IX. Luka Anna

20.7K 739 91
                                    

Sayangku, cintaku, muah. Kan di deskripsi ceritanya udah di kasih tahu kalau cerita ini meng-tag Mature – Abnormal – Kink – Naughty.

Jadi, ya, isi ceritanya memang begitchu 😋

Tentang BDSM, dan aktivitas seks liar lainnya. Be wise, yes! Kalau misalnya gak cocok dengan kalian, langsung gasss skip / tinggalkan lapak ini aja. 😍

***

     Suara burung berkicau mulai terdengar di pagi hari yang dingin ini. Secara perlahan, Anna mencoba membuka kedua kelopak matanya yang terasa berat. Bahkan bulir-bulir air mata masih menempel pada pipinya yang putih.

Setelah membuka mata, sakit di kepala tiba-tiba menyerangnya. Sampai membuat Anna mendesis pelan. Efek karena terlalu banyak menangis, ternyata begitu buruk baginya.

Dengan pandangan yang samar-samar, Anna melihat ke berbagai arah. Ia masih di tempat yang sama, serta Jordan yang masih setia di sini bersamanya.

Tetapi, kali ini tampak berbeda. Kedua tali yang selama semalaman penuh mengikat pergelangan tangan Anna, kini sudah terlepas. Bahkan Anna baru menyadari kalau dirinya tertidur di pelukan Jordan.

Pemuda yang memiliki sifat konyol itu terlelap dalam damai, wajahnya pun tampak menenangkan jika di pandang. Namun, hal tersebut justru menampar kuat Anna dari ilusinya. Bahwa Jordan tidak layak di sebut sebagai manusia.

Dengan sisa tenaga yang tersisa, Anna memilih bangkit. Berusaha menjauhkan tubuhnya dari Jordan. Anna langsung memungut pakaiannya yang sudah terlihat tidak terbentuk. Tetapi, ia memilih untuk memakainya.

Anna ...” suara serak khas orang bangun tidur mulai menyapa.

Tubuh Anna kontan menegang seketika, dirinya bahkan beringsut mundur sampai ke sisi ujung saung. Menatap cemas pada Jordan yang sekarang tengah mendudukkan tubuh tegapnya.

“Masih pagi, nanti gue antar ke pos Kesehatan.” ucapnya, seperti tahu isi pikiran Anna.

Gadis itu hanya terdiam sambil memilin jari-jarinya satu sama lain. “Lo ... emang nggak punya hati, Jordan.”

Jordan dapat mendengarnya. Tetapi, berusaha untuk menghiraukan. Lantas, tangannya terulur. “Sini, mendekat ke gue.”

“Nggak.” balasnya yang diiringi gelengan.

Cepat-cepat Anna bangkit dari duduknya, merangsek tergesa ke arah pintu bambu yang masih tertutup rapat. Anna mendorong pintu tersebut sekuat tenaga agar terbuka. Namun, seperti tertahan oleh sesuatu dari luar sana.

Jordan ... buka!” cicit Anna, ia ingin menangis kembali kali ini.

Jordan lantas mendekat, “Yang kunci pintu ini, Sakha. Nanti juga bakal terbuka, Anna.”

Anna segera menundukkan kepalanya. Menggapai lengan Jordan, lalu menancapkan kuku-kukunya, mencakar Jordan hingga berdarah. Meluapkan kekesalan serta kesedihannya yang mendalam. Tangis tergugu lagi-lagi memenuhi saung berukuran sedang ini.

“Kalau gue kayak gini ..., apa lo bakal cambuk gue lagi, Jordan?” tanya Anna pelan sembari menarik lengan pemuda itu yang terlihat mengeluarkan cairan segar.

Anna Journey [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang