Hans meraba-raba kasur dan baru menyadari kalau Hana tidak ada di sebelahnya. "Na...." panggilnya walau masih mengantuk, namun dia tidak mendengar jawaban.
Hans bergegas bangkit walau badannya limbung dan merasa pusing. Berjalan agak terhuyung dia membuka pintu kamar dan mencari-cari istrinya yang tidak terlihat batang hidungnya.
Setelah mencari seluruh ruangan di lantai satu, Hans akhirnya menemukan Hana di loundry room lantai dua sedang bengong memerhatikan mesin cuci yang berputar.
"Na, it's 2 AM! What the hell are you doin' here?" tegur Hans agak kencang karena dia merasa kesal. Dia sudah panik dari tadi, ternyata Hana malah ada di sini.
Hana hanya menoleh sekilas kemudian kembali memerhatikan mesin cuci. "Kok, kamu bangun?" Hana malah balik bertanya.
Hans mendengkus sebal. "Ya pasti kebangun, lah, kalau gak ada kamu! Kamu ngapain, sih, Cintaaa? Kan, besok pagi juga ada Mbak dateng buat nyuci!" seru Hans gemas.
"Gak bisa tidur...." jawab Hana pelan.
Menarik napas dalam, Hans ikut bersimpuh di sebelah Hana, mengusap-usap perut buncitnya. "Baby gerak-gerak terus? Atau kebangun gara-gara kaki kamu kram lagi?"
Hana menarik lepas tangan Hans yang ada di perutnya. Sepertinya suasana hatinya sedang buruk. "Sebentar lagi selesai, kok. Lagi spin... Kamu tidur lagi aja, Hans... Nanti aku nyusul."
Hans menghela napas berat, menjelang minggu-minggu terakhir kehamilan, mood Hana memang gampang sekali berubah. Kadang dia marah-marah tanpa alasan jelas, kadang sedih berlebihan, walau masih sering berperilaku normal dan tetap ceria seperti biasa. Akan tetapi, perubahan mood yang drastis ini sering kali mengejutkan Hans dan membuatnya agak pusing kepala.
Memutuskan untuk membiarkan saja Hana melaksanakan 'me time' versinya, Hans mengecup kepala Hana dan kembali ke tempat tidurnya.
Sekitar 15 menit kemudian, Hana kembali ke tempat tidur, menyelimuti dirinya, lalu memerhatikan Hans yang sudah terpejam lagi.
"Kalau diliatin terus, aku jadi gak bisa tidur, lho, Na...." gerutu Hans walau matanya masih terpejam
Tangan Hana terulur mengusap lembut rambut Hans. "Aku bersyukur anak kita pasti mirip kamu. Seenggaknya aku tau anak kita akan ganteng. Aku kesel sama kamu for no reason soalnya...."
tertawa sedikit, Hans membuka mata walau matanya memerah. "Lucunya mama kamu, Dek...." ucapnya sambil mengusap-usap perut Hana.
Hana mendekat dan Hans otomatis memeluknya. "Aku gak lucu, aku annoying akhir-akhir ini. Maaf ya, Suami...."
Hans mengusap-usap rambut Hana, mengecup keningnya. "I can handle your rough day or your bad day than any day without you...."
Hana mendongak menatap Hans. "You really are the blessings that I don't deserve...."
Hans tertawa. "Kamu tau gak kalau aku suka berpikir hal yang sama kayak kamu? Sometimes I feel like I don't deserve this kind of happiness... Aku, tuh sebetulnya pernah berbuat baik apa sampai bisa dapetin kamu?"
Tersenyum, Hana mengecup ujung hidung Hans. "I love you ...."
"I know... Sekarang tidur ya, Cinta... Bentar lagi kita harus kerja buat bayar biaya pendidikan anak!"
Hana mengecup Hans sekali lagi, berbalik memunggunginya sementara Hans memeluknya erat sambil sesekali mencium kepalanya dan tak lama kemudian dia pun jatuh ke alam mimpi.
------------
"Gimana, Na? Udah enakan?" tegur Ratna yang sedang ber-video call ria bersamanya. Ratna agak khawatir saat Hana memberitahu kalau dia merasakan kontraksi dalam jangka waktu lama padahal usia kandungannya baru memasuki minggu ke 36 dan Hana ada di rumah sendirian karena Hans sedang dinas luar dan baru bisa pulang tiga hari lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ha-Ha The Alternate Universe (a very long journey)
Romancethis is a story about Hans and Hana in another universe.