Iceland

651 102 24
                                    

"Kamu mau ke mana?" cegah Hana sambil memegang ujung jaket Hans.

Hans yang baru hendak membuka pintu mobil terpaksa mengurungkan niatnya, terlebih saat dia melihat mata bulat Hana terbelalak ketakutan.

"Mau cek knalpot sebentar, Na. Takutnya ketutupan salju," ucapnya setenang mungkin, mencoba menghapus rasa cemas yang dirasakan Hana sejak dia menepikan mobil di pinggir jalan karena merasa terlalu bahaya jika dia memaksakan diri untuk terus melaju di tengah kepungan badai salju.

"Tapi saljunya masih deres begini, anginnya juga kenceng. Are you sure?" tanya Hana tak yakin.

"Takutnya kesumbat, Na. Mending aku cek sebentar ketimbang nanti kita keracunan karbon monoksida." Tangan Hans terulur menyentuh puncak kepala Hana, mengusapnya pelan sambil tersenyum manis. "Tunggu sebentar ya...."

Hana menggigiti bibirnya, masih tetap merasa ragu, namun, dengan berat hati, dia melepaskan jaket Hans perlahan.

Merapatkan jaketnya dan memastikan boot's yang dipakainya terikat kencang, Hans mengenakan hoodie menutupi kepalanya, kemudian bergerak secepat mungkin untuk keluar.

Mereka baru saja hendak kembali ke penginapan setelah berpergian menuju dua tempat wisata sekaligus yang jaraknya memang agak jauh dari tempat mereka menginap. Alasan ingin menikmati perjalanan, malah menjadi petaka karena mereka lupa memastikan kondisi cuaca hari ini yang memang sedang tidak menentu sejak mereka menginjakkan kaki di Iceland. Ada kalanya cuaca sangat cerah, namun, tiba-tiba saja turun salju. Akan tetapi, baru kali ini mereka merasa kalau hujan salju tidak seperti biasanya.

Penginapan mereka berjarak 40 km lagi dari tempat mereka berhenti sekarang, namun Hans tidak berani mengambil resiko untuk menjalankan mobilnya walau perlahan terutama karena dia tidak mengenal medan yang harus dia tempuh dan terlebih lagi, jarak pandangnya pun terlihat kabur karena salju yang turun dengan deras ditambah suara angin yang menderu-deru.

Hana menanti dengan cemas, tiap detik terasa berjalan sangat lambat sampai akhirnya Hans membuka pintu mobil dan menerobos masuk lalu cepat-cepat membanting pintu di belakangnya. Tangannya yang tidak memakai kaus tangan gemetar. Walau tadi sebelum masuk ke mobil dia mencoba mengibaskan salju yang turun di kepala dan bahunya, tetap saja saat masuk, rambutnya terasa basah. Hans masih mencoba tersenyum ke arah Hana yang duduk meringkuk. Dia mengacungkan jempolnya yang gemetaran sambil berkata dengan bibir yang bergemeletuk, "Aman, Na. Belum terlalu tinggi saljunya, masih ada di batas aman, kecuali kalau badainya terus kayak begini sampai dua jam ke depan. Tadi udah aku bikin ceruk juga biar gak ganggu knalpot."

Hana tak menyahut, dia hanya bergegas menangkup ke-dua tangan Hans dan menggosok-gosoknya agar tetap hangat. "Kamu gak pake sarung tangan!"

"Basah, jadi sebelum masuk mobil lagi, aku lepas." Hans menarik sarung tangan dari kantung jaketnya, melemparkannya ke bawah.

Hana yang masih sibuk menggosok-gosokkan tangannya agar tangan Hans tidak sedingin sekarang mulai memerhatikan Hans baik-baik. "Jaket kamu basah juga!" ucapnya.

Hans mengangkat bahu. "Ya mau gimana lagi?"

Hana terpaku sejenak, melupakan upayanya menghangatkan telapak tangan Hans, lalu tiba-tiba saja dia melepaskan jaket yang dia kenakan dan juga kausnya sampai yang tertinggal hanya bra-nya saja

"What the hell are you doin'?" tanya Hans dengan mata terbelalak. "Kamu mulai hipotermia ya?" tambahnya lagi.

Hana mengabaikan ucapan Hans. "Take off your clothes!" perintahnya.

"What??" tanya Hans lagi, masih terbengong-bengong tak mengerti melihat Hana melakukan pertunjukan striptis di depan matanya.

"Cepet! Aku udah kedinginan, nih!! Baju kamu basah! Take off your clothes... Now!!!"

Ha-Ha The Alternate Universe (a very long journey)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang