Ratna sibuk dengan catatannya, membolak-balik kertas dengan pulpen di tangan kanan sementara Hana dan Hans menanti dengan sabar di sofa two seater rumah Bayu.
"Venue?" tanya Ratna.
"Udah bayar!" jawab Hans.
"Catering?" tanya Ratna lagi.
"Besok mau test food." Kali ini Hana yang menjawab.
Ratna menoleh ke arah mereka. "Menunya udah fix?"
Hana dan Hans saling memandang. "Ayam goreng mentega, ikan asam manis, sapi lada hitam, sup kimlo, karedok, nasi goreng, lontong cap go meh, kambing guling, kalau gubukan-nya standar, sih. Zuppa, siomay, bakso, ice cream," jawab Hana.
"Segitu cukup, kan?" Hans bertanya ke Ratna.
"Cukup, kok. Banyak malah itu... Undangan udah cetak?" lanjut Ratna sambil memberi catatan pada list-nya. Pernikahan Hans dan Hana berlangsung kurang dari dua bulan lagi dan sekarang mereka merasa membutuhkan saran dari pihak ke-tiga karena sudah terlalu kewalahan mengurus semuanya walaupun sudah dibantu oleh WO.
"Minggu ini dikirim ke rumah," jawab Hans.
"Tes make up sama fitting minggu lalu udah, kan, ya... Hans cocok ya ternyata pake baju adat sunda. Tapi lebih bagus lagi pas pake jas," ucap Ratna sambil lalu.
"Yah... begitulah kalau terlahir tampan," jawab Hans jumawa dan Hana langsung berseru, "Bhuuuuuuuuuu...." Sambil memberi isyarat jempol ke bawah.
Mereka memutuskan untuk memakai pakaian adat sunda saat akad. Itu pun Hana memilih untuk sewa saja karena dia enggan menyimpan wedding dress yang hanya dipakai sekali seumur hidup. Namun, dia juga sudah menyiapkan baju resepsi yang modern dengan desain sederhana dan bisa membuat dia bergerak leluasa karena dia tidak begitu berminat diam saja dipajang di pelaminan. Konsep acara mereka memang semi formal yang membuat Hana dan Hans bisa turun menyapa tamu undangan yang berhasil mereka tekan sampai 300 undangan saja demi kenyamanan acara.
Itu sebabnya acara dibuat jadi dua hari. Pesta selamatan setelah akad diadakan di rumah Hana yang dimaksudkan untuk menampung para tetangga, kolega, dan undangan lain yang sebetulnya adalah tamu-tamu para orang tua. Untungnya untuk acara itu sepenuhnya diambil alih pelaksanaannya oleh orang tua Hana sedangkan sisanya yang diundang ke resepsi resmi versi mereka hanya terdiri dari orang-orang terdekat saja.
Ratna kembali mendata apa saja yang sudah dilakukan oleh pasangan itu dan mulai membahas yang terlewatkan.
"Hotel sama kendaraan buat kerabat gimana? Udah dipikirin?" tanya Ratna membuat Hans dan Hana saling berpandangan dengan wajah horor.
"Belommmm.... Cuma book hotel buat tempat rias dan lain-lain aja. Kan, pesta akadnya di rumahku. Itu juga udah sewa tiga kamar sendiri," ucap Hana yang nadanya terdengar syok.
"Tiga kamar cukup, kok, buat yang sepuh-sepuh aja. Jaga-jaga kalau mereka butuh istirahat sama seenggaknya tempat buat naro tas. Gak harus di hotel yang sama kalau gak kebagian tempat, Na... Tapi seenggaknya cari yang tinggal jalan kaki ke tempat resepsi. Banyak yang dateng dari Bandung, kan?"
"Bentar, aku cek dulu. Di tempat kita masih ada sisa kamar gak?" Hans bergegas menelepon ke hotel dan diberitahu kalau standard room hanya tersisa dua kamar saja. Hans menoleh ke Hana, meminta persetujuan dan Hana langsung mengangguk dan berkata. "Ambil aja!" Hans mengacungkan jempol tanda setuju dan langsung memesan.
Setelah semua selesai, dia kembali duduk di sebelah Hana, mendengarkan Ratna mengoceh lagi.
"Pre-wed udah ya...." gumam Ratna tahu kalau dua minggu lalu Hans dan Hana melakukan foto pre wedding di kawasan kota tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ha-Ha The Alternate Universe (a very long journey)
Roman d'amourthis is a story about Hans and Hana in another universe.