Save Me, Save You : 8

4.3K 435 60
                                    

Hembusan nafasnya yang teratur dan kulit hidungnya yang licin dan terawat membuatnya mengulas senyum.

Jari telunjuknya membelai lembut kelopak matanya yang tertutup sebelum naik menyingkap poninya yang menutupi dahi.

Indah.

Itulah satu kata yang terlintas dibenaknya.

Bibir yang selalu menjadi hal yang ia idam-idamkan selama ini dikecupnya dengan lembut.

Tak ada respon dari sang empu, maka dirinya semakin berani bertindak lebih jauh. Melumat dan menggigit hingga terdengar erangan yang akhirnya menyapa di telinganya.

"Eungh~ Haruto?"

Haruto tersenyum, mempersempit jarak diantara mereka berdua hingga selimut tebal itu tersingkap begitu saja. Menunjukkan tubuh telanjang mereka berdua yang langsung disapa hembusan angin pagi.

"Hey, come on wake up baby" bisik Haruto pada kekasihnya yang masih terlihat mengantuk.

Semalam, bagai satu momen yang menggoreskan waktu berharga disatu malam. Membuat Haruto memberi kehangatannya kembali pada Junkyu diatas ranjang.

Pakaian yang berserakan mengenaskan diatas lantai, begitupun bau percintaan yang khas.

"Eumh pusing" keluh Junkyu memegangi kepalanya yang terasa berputar-putar efek meminum wine disaat makan bersama tadi malam.

Haruto tersenyum. Memeluk tubuh telanjang dengan erat sebelum—

Plok!

"Akh sakit!"

Pria itu terkekeh geli diperpotongan leher kekasihnya yang memekik sakit. Sementara Junkyu baru menyadari bahwa kejantanan Haruto belum terlepas sedari mereka selesai bercinta.

Gila, lubangnya semakin perih ketika sang dominan kembali menggerakkan pinggulnya dengan buas.

"Anghh anghh kumohon ini mhh p-perih!" mohon Junkyu mendorong dada Haruto yang terlalu dekat dengan wajahnya.

Haruto menyeringai remeh, menatap kepayahannya yan mencoba menolak tapi lubangnya yang berkedut meminta lebih untuk digagahi lebih lama.

"Making love in the morning doesn't sound very romantic, baby?"

🦋🌻🦋

Sebenarnya tak ada yang aneh, semua orang yang awalnya hendak memasuki kantor dan sebagian ada yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing terlihat mematung secara mendadak.

"H-haruto, aku malu"

Rengekan Junkyu yang bersembunyi didalam dadanya, membuat Haruto tersenyum simpul.

Kaki jenjangnya terus berjalan memasuki lift, tak menghiraukan sapaan dan berbagai tatapan dari bawahannya.

Bunyi denting lift pun berbunyi bersamaan dengan suara rengekan dari Junkyu yang meminta dari gendongannya. Bisa ditebak, tentu Haruto tak menggubris permintaannya.

"Makanlah. Aku tahu kau belum mengisi perutmu tadi" ujar Haruto menyerahkan dua sandwich ham, satu bungkus melonpan dan satu kotak susu.

Junkyu menerimanya dengan senang hati. Memang pagi dihari kerjanya ini, ia tak sempat memasak karena tubuhnya yang remuk dan sakit.

Alasan itulah Haruto menggendongnya sedari turun dari mobil sampai masuk ruang kerjanya.

Jam masuk kerjanya sudah terlambat satu jam lebih yang lalu. Hal itu bukan jadi permalasahan karena Haruto pemiliknya dan Junkyu kekasihnya.

Mengusap surai madunya dengan sayang sekali lagi lalu Haruto beranjak untuk duduk dikursi kerjanya. Sesekali matanya mengamati Junkyu yang sibuk dengan makanannya di sofa ujung ruangan.

Can't Control Myself [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang