Save Me, Save You : 20

2.3K 347 124
                                    

Sedari tadi mereka berdua hanya diam. Sampai-sampai rasa jenuh dan penasaran langsung buyar mendengar suara teko air panas diatas kompor.

"Jeongwoo"

Yang dipanggil menoleh, tersenyum. Meskipun Junkyu bisa melihat gambaran rautnya yang terlihat kusut dengan tatapannya yang sendu.

"Kau sudah meminum obatmu?"

Junkyu menggeleng. Ia kini tengah sibuk membuat teh chamomile dengan potongan bunga krisan didapur.

"Minumlah" Jeongwoo tersenyum kecil menerima dengan senang hati cangkir teh yang diberikan pemuda manis kelahiran Chungju tersebut.

"Kau jangan lupa meminum obatmu, Junkyu" peringat pemuda tan itu pada Junkyu yang menyengir lalu mengangguk.

Setelah meminum obatnya, Junkyu kembali duduk disamping Jeongwoo.

Lihat?

Bahkan suara decitan kursi pun perhatian Jeongwoo tak teralih padanya. Keinginan Junkyu untuk bertanya lebih jauh semakin tinggi saat ini.

"Kau kenapa?" tanya Junkyu hati-hati sembari menyentuh bahu Jeongwoo yang terkesiap terkejut.

"Tak ada. Memangnya aku kenapa?" justru Jeongwoo malah balik bertanya padanya.

Sembari menyesap teh chamomilenya, setidaknya pikiran Jeongwoo saat ini perlahan mulai membaik meskipun tak sepenuhnya.

"Kenapa?" Jeongwoo tiba-tiba terkekeh gemas melihat gelagat Junkyu yang nampak mau membicarakan sesuatu tapi terlihat malu-malu.

"Kau dipecat ya?" jawaban lirihan dari Junkyu itu sukses membuat bola mata Jeongwoo membesar karena terkejut.

"Darimana kau tahu?"

"Kau mengaktifkan loudspeakermu..."

Bodoh! Park Jeongwoo bodoh!

Jeongwoo sendiri sibuk mengumpati kebodohannya dalam batin hingga tak menyadari bahwa saat ini Junkyu menundukkan kepalanya.

"Hey kau menangis?" panik Jeongwoo menangkup pipi Junkyu hingga terlihat air mata yang meleleh dengan hidung bangir lucunya memerah.

Jeongwoo tiba-tiba dilanda rasa pusing dan bimbang antara merasa gemas atau merasa kasihan. Junkyu terlalu istimewa.

"Maafkan aku merepotkanmu disini. Pasti kau menghabiskan banyak uangmu untuk kebutuhanku" cicit Junkyu merasa tak enak hati.

"Mulai sekarang aku juga ikut bekerja agar tak membebanimu lagi" imbuhnya lagi.

"Tidak, kau tidak perlu merasa tak enak hati" kedua tangannya yang terasa dingin, Jeongwoo genggam dan diusap agar merasa hangat.

"Kau juga tak perlu bekerja"

Junkyu mengerjapkan matanya ketika pipinya disentuhー tidak, bukan itu. Jeongwoo yang tersenyum ke arahnya menimbulkan gelenyar aneh didalam dadanya.

Tidakー ada apa dengan diriku ini? 

Sibuk dengan pikirannya, Junkyu sampai-sampai tak tahu jika tubuhnya kini didorong agar Jeongwoo bisa mendekapnya dengan mudah.

"Aku tak merasa keberatan sama sekali untuk mencukupimu" Jeongwoo berbicara dan tersenyum dibalik punggung pemuda manis itu.

"Karena orang yang kucukupi adalah orang yang kucintai" imbuhnya lagi.

"Jeongwoo... ughー" lirihan yang terdengar bergetar membuat Jeongwoo cepat-cepat melepaskan pelukan mereka.

"Astaga! Kenapa kau menangis lagi?!" Junkyu mengerutkan dahinya kesal lalu memukul pundak Jeongwoo yang tertawa meledekinya.

"Yaaa! Aku terharu!" pekiknya kesal membuat tawa Jeongwoo reda tergantikan senyum jahil.

Can't Control Myself [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang