Save Me, Save You : 18

2.2K 362 89
                                    

Desa yang  terkenal dengan kesejahteraannya. Petak sawah yang dibuat terasering disepanjang jalanan saat itu memang membuat siapapun betah untuk dipandang.

Tangannya dengan cekat memikul padi bersama dengan orangtuanya. Mereka tertawa dengan semangat yang terus membara. 

Backsound dengan cicitan burung pipit dan ayam berkokok ikut mematuk sisa-sisa padi yang jatuh dilantai. Beruntung, suasana pagi itu sangat cerah.

"Junkyu"

Pemuda manis yang saat itu baru saja menginjak 20 tahun pun menoleh. "Ada apa ibu?" responnya masih dengan kegiatan memanen padinya.

Jisoo tersenyum kecil. "Ayah dan ibu sudah membelikanmu rumah untuk kau bekerja dikota nanti" ucapnya lembut dan Suho merangkul pinggang istrinya seraya menatap anak tunggalnya yang masih terdiam.

"Maaf, kami tak bisa membelikanmu rumah yang lebih besar" Jisoo menggigit bibirnya kecil, merasa bersalah sebab ekonomi mereka yang tak mencukupi hingga Junkyu terpaksa putus sekolah dikelas 1 menengah atas dulu.

"Jika kau sudah dapat pekerjaan, sering-seringlah berkunjung. Jangan lupakan kami disini"

Grep'

"A-ayah ibu— hiks terimakasih banyak" sekuat apapun Junkyu untuk tak menangis didepan orangtuanya, tentu akan kalah dengan tatapan berharap dari mereka.

Suho terkekeh kecil meskipun tak sinkron dengan tetes air mata yang ikut menetes.

"Kami pasti akan selalu merindukanmu nanti" Junkyu mengerucutkan bibirnya sebal mendengar penuturan ayahnya.

"Apa-apaan ayah ibu ini, aku masih lama untuk pergi ke kota" sungutnya sebal yang hanya dihadiahi kekehan gemas dari kedua orangtuanya. Ah, figur keluarga yang hangat.

Namun, itu hanya sesaat.

DOR!

DOR!

"CEPAT SEMUANYA PERGI DARI SINI!"

Teriakan para petani membuat keluarga Kim saat itu mematung sebab otaknya tiba-tiba merasa kosong. 

"Ayah ada apa ini?!" pekik Junkyu yang kaget, panik dan takut mendengar teriakan warga desa disana. Tubuh mereka sudah tumbang dengan darah yang mengucur.

Daun padi yang tadinya berwarna hijau kini tercampur dengan cairan merah kental yang berbau anyir. Junkyu menangis—merasa takut berlebihan melihat pemandangan yang sangat mengerikan itu.

"Ayo cepat kita pergi dari sini!" teriak Suho menarik pergelangan Junkyu dan melindungi istri dipelukannya untuk lari cepat.

Tapi takdir berkata lain.

DOR!

DOR!

"A-ayah ibu..."

Dadanya serasa ditusuk belati tak kasat mata. Kakinya langsung merosot lemah jatuh diatas tanah. Junkyu menangis hebat memeluk tubuh kedua orangtuanya yang dengan tragis terkena tembakan.

"Kau harus pergi"

Suara itu membuat Junkyu yang tadinya menunduk menjadi mendongak. Tatapan yang menyimpan sejuta rasa kesedihan kini bercampur dengan tatapan penuh dendam.

Pria yang berdiri menjulang tinggi memakai jas hitam. Gayanya seperti orang angkuh, dilihat dari gestur tubuhnya. Junkyu bangkit berdiri- menatap penuh amarah padanya.

Can't Control Myself [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang