Seven

3.9K 244 71
                                    

Junkyu duduk gelisah saat tatapan tajam itu terus ia dapatkan dari seberang sana, Haruto sama sekali tak memindahkan tatapannya pada adiknya yang berada tepat di hadapannya.

"Junkyu kau mau tambah makan mu?"

"Kyu sudah kenyang Bunda... "
Junkyu menggeleng dan menolak halus Jisoo.

"Yasudah kalau begitu"
Jisoo pun memaklumi, akhir-akhir ini anaknya terlihat berbeda. Junkyu lebih banyak melamun sekarang.

"Bunda... Kyu ingin pulang ke rumah boleh?"
Jisoo menoleh mendengar perkataan anaknya itu, kenapa tiba-tiba sekali dia ingin pulang.

"Di sini kan rumah mu sayang, kita berempat tinggal bersama-sama di sini"
Bukan Jisoo yang menjawab melainkan Hanbin yang bersuara. Junkyu menggigit bibirnya gundah, bagaimana cara agar ia bisa keluar dari sini? Sementara itu ia sangat tahu bahwa Haruto saat ini terus mengamatinya sejak tadi. Ia takut...

"Iya Papa... Junkyu tahu, tapi Kyu hanya ingin pulang ke rumah s-sebentar untuk mengambil barang Junkyu yang masih berada di sana... "
Junkyu semakin gugup saat matanya tak sengaja bertatapan dengan mata kelam itu.

"Begitu ya... Kau ingin di temani sayang?"
Haruto yang berada di samping Hanbin pun mendecih pelan, apa-apaan Papa nya itu bisa-bisanya memanggil anak orang lain dengan sebutan itu, sedangkan untuk dirinya sendiri yang bahkan anak kandung tak pernah di panggil seperti itu.

"Ada apa Haruto?"
Hanbin menoleh saat mendengar decakan pelan dari anaknya itu.

"Kau ingin mengantarkan Junkyu? Atau menemaninya?"
Haruto menatap Papanya, ia ditawari? Di menoleh Junkyu yang wajahnya sudah mulai pucat. Otak liciknya menemukan sesuatu.

"Iya Pa, aku akan menemani Junkyu di sana"
Hanbin tersenyum, dia berpikir mungkin kedua anaknya itu mulai bisa saling menerima satu sama lain.

"T-tidak usah, aku bisa sendiri kak"
Junkyu kesusahan untuk berbicara. Lidahnya kaku saat mengucap kata yang terakhir.

"Hei, lagipula Haruto sendiri setuju kan? Tak apa Junkyu, kau berada di sana bersama Haruto sementara waktu. Jadi Papa dan Bunda mu bisa tenang jika kau ada yang menemani"
Junkyu memejamkan matanya, jika akan seperti ini maka ia tadi tak sudi untuk meminta izin pulang ke rumahnya. Dia akan terjebak lagi dengan pria brengsek itu!

"Tapi Junkyu sudah besar Papa... Dan kak Haruto juga pasti sangat sibuk dengan pekerjaannya, Kyu tidak mau merepotkan"

"Bagaimana Haruto? Papa serahkan kepadamu, lebih baik kalian bicara kan ini berdua dulu"

"Ayo"
Haruto mengajak Junkyu untuk pergi ke kamarnya, mau tak mau dia mengikuti Haruto dari belakang.

.
.
.
.
.
.
.

Mereka tiba di kamar dan Haruto langsung menguncinya rapat, ia menatap Junkyu bak singa yang kelaparan. Kejadian itu sudah seminggu yang lalu, namun ia sangat yakin pemuda manis ini pastilah masih trauma.

"A-aku tidak mau, aku bisa sendiri pergi ke sana"
Junkyu mencoba menolak Haruto.

"Apa kau pikir aku akan menurutimu Junkyu? Seharusnya kau mau, kita pasti akan bersenang-senang nanti"

"Kak, lepaskan aku"
Junkyu takut saat Haruto mengenggam kedua tangannya.

"Kenapa Junkyu? Kau mau menangis? Menangislah yang keras, mereka tidak akan mendengar mu"
Junkyu menatap Haruto bertanya, apa maksudnya?

"Kenapa? Kamar ini kedap suara, kau mau berteriak sekeras apapun tak akan ada yang mendengar... Termasuk saat kau mendesah di bawahku"
Haruto berkata tepat di depan wajah Junkyu.

Step Brother [Harukyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang