YOK2 VOTE DULU+KOMEN!
SELAMAT MEMBACA💗
••••••••••••••••••••
Seren tengah duduk di ruang tamu rumahnya sambil menikmati secangkir teh bersama kedua orangtuanya. Beginilah kebiasaan baru mereka setelah pindah ke rumah yang baru.
Alhamdulillah. Gaji Seren selama bekerja sudah cukup untuk membelikan rumah baru untuk orangtuanya. Baru satu bulan lebih mereka menempati rumah ini. Rumah Seren yang dulu letaknya di dekat daerah palang kota.
Seren benar-benar gadis yang nyaris mendekati sempurna. Cantik, mapan, pekerja keras, penyayang, baik hati. Dia itu cewek ambisius dan pintar. Kalau tidak, kenapa ia bisa diterima di perusahaan Andromeda? Padahal ia cuma gadis lulusan SMA.
Seren tidak datang dari keluarga terpandang ataupun keluarga berkecukupan. Dulu ayahnya tak mampu membiayainya kuliah. Tapi bukan Seren namanya kalau menyerah begitu saja. Cewek itu selalu berusaha keras agar bisa masuk tiga besar di ujian kelulusannya.
Nilai itu akan digunakannya sebagai modal mencari pekerjaan. Dan nasib baik berpihak padanya. Saat itu salah satu perusahaan besar di Jakarta tengah membuka peluang lowongan kerja bagi lulusan SMA berprestasi.
"Kamu lembur lagi besok?" Tanya Ibunya. Sari, nama ibu Seren. wanita paruh baya yang duduk di sofa sebelahnya.
Seren mengangguk singkat menanggapi pertanyaan ibunya tadi. "Iya Bu, aku besok lembur karna banyak berkas yang harus dikerjain."
"Kalau bisa jangan terlalu capek, Nak..." Ujar Ayah-nya, Pak Mariono. Lelaki paruh baya yang biasanya disapa Mario oleh tetangganya.
Kondisi ayahnya yang sudah sakit-sakitan membuatnya jarang melakukan aktivitas, terutama keluar rumah. Sudah tidak kuat lagi untuk melakukan aktivitas berat, berjalan pun membutuhkan bantuan tongkat roda portabel.
"Enggak Yah, Seren juga tau waktunya buat istirahat." Balas Seren.
"Kamu sudah sebesar ini harus bisa jaga diri baik-baik." Ucap Ibunya.
Mengingat usia Seren yang sudah menginjak 23 tahun, membuatnya berpikir untuk segera menikah. Ia merasa malu masih melajang di usianya yang sekarang. Kalah sekali dengan anak SMA jaman sekarang yang pada pinter mencari pasangan.
"Ibu jadi kepikiran sama anak muda yang nolongin ibu dulu." Gumam ibunya.
Seren meletakkan cangkir teh nya. Ia mengerutkan keningnya. "Maksut ibu?"
Sari hanya tersenyum simpul mengingat kejadian itu. Mengingat dimana ia dan suaminya masih diambang masa-masa sulit karna kesulitan ekonomi. Untuk sekedar makan saja kadang ada kadang tidak. Ia teringat kejadian di lampu merah bertahun-tahun silam.
"Waktu ibu mau lahiran dulu, motor bapak kamu mogok di lampu merah, pas kita mau ke rumah sakit."
"Ibu udah kesakitan banget tapi nggak ada yang mau nolongin. Bapak kamu berusaha nyari bantuan, dan Alhamdulillahnya ada dua anak SMA cowok sama cewek yang baik banget mau nganterin ibu ke rumah sakit." Jelas Sari.
Mario ikut manggut-manggut. "Sayangnya kita nggak bisa bertemu mereka lagi untuk mengucapkan terima kasih."
Sari menatap nanar keluar jendela. "Pasti mereka sudah pada besar ya pak? Ibu pengen sekali ketemu anak-anak itu lagi."
"Andai aku tau alamat rumahnya, aku pasti cariin Bu. Aku juga pengen ketemu mereka." Ucap Seren.
Seumur hidup ia benar-benar baru tahu cerita tentang hal itu. Ibu nya nggak pernah kasih tahu soal hal ini padanya. Ayahnya? Apalagi. Ia jadi penasaran dengan orang yang pernah menolong orang tuanya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet 18 Andrean
Teen Fiction•SQUEL DARI (ARASI) •helo Pabi, baca Arasi dulu, baru baca ini ya. •vote dan komen di setiap part. •••••••••••••••• "Umur cuma angka." -Andrean- Ini bukan perihal percintaan remaja SMA yang penuh lika-liku kegalauan remaja. ini adalah cerita Andrean...