6. Janji

14 10 4
                                    

Dari setiap berita yang Rea tonton. Berita tentang Galih dan Rasty lah yang paling ditunggu.

Bukan karena ia senang sang suami memiliki pacar, melainkan karena hubungan mereka yang sampai kapan berakhir.

Pagi ini, Galih belum keluar kamar sama sekali. Sarapan miliknya juga belum disentuh dan Rea akhirnya sarapan sendiri untuk pertama kali.

Duduk di sofa ruang tv sesekali menyesap kopi buatannya, seperti biasa Rea juga menonton tayangan berita pagi.

Awalnya seperti berita pada umumnya, tapi setelah beberapa menit berlalu. Berita tentang Galih dan Rasty muncul, tapi anehnya, bukan berita tentang kemesraan mereka berdua seperti kemarin, melainkan tentang acara pernikahan yang diadakan hari itu.

Rea nggak nyangka kalau Galih mengambil keputusan yang hina itu.

Di berita, pernikahan mereka akan dilaksanakan pada jam sembilan pagi. Saat itu Rea sedang menonton pada jam delapan pagi.

Apa mungkin, Galih di dalam kamarnya sedang bersiap-siap untuk pernikahannya yang kedua?

Tidak disangka, selama usia pernikahan mereka. Galih melakukan hal sekeji itu, ia tak habis pikir dengan jalan yang Galih buat untuk kelangsungan hubungannya.

Otak Rea memunculkan banyak pertanyaan dan ia lebih tertarik untuk menanyakan hal tersebut lebih lanjut ke Galih daripada menangis meraung-raung di depan tv.

Pintu kamar Galih terbuka, menampilkan seorang lelaki dengan balutan jas yang sangat rapi.

Galih berjalan menghampiri Rea yang memasang muka tegas, ia belum pernah melihat wajah tersebut.

"Rea—"

"Selamat atas pernikahannya ya Galih. Maaf, aku nggak bisa hadir—oh iya lupa, kan aku nggak di undang ya?"

Galih sudah siap dengan penuturan pedas yang Rea ucapkan, memang itu yang pantas untuk dirinya saat hari itu tiba.

"Rea, maaf. Setelah ini, semua berakhir. Nggak ada lagi penghalang untuk kita berdekatan lagi."

Rea menghela nafasnya kasar. "Iya. Setelah kamu setuju dan tanda tangani surat perceraian kita."

Galih merasa tersambar petir, ia tak menyangka kalau Rea akan berujar seperti itu.

Galih mengambil tubuh Rea, merengkuh dengan erat. Tak lupa air mata Galih yang dari kapan telah jatuh membasahi pipi.

"Aku mohon, jangan bilang itu lagi. Setelah ini, kita harus sama-sama terus. Aku janji bakalan selesaikan semuanya dan cerita sama kamu apa yang terjadi selama ini."

Rea diam bergeming di dalam pelukan Galih. Entah mengapa, penuturan Galih yang ia dengar sangat tulus dengan penuh keyakinan di setiap katanya. 

Apakah kali ini ia harus percaya pada Galih?

"Kalau kamu balik ke apartemen sendiri, aku bakalan maafin kamu dan juga, jangan lupa janji kamu ceritain semuanya ke aku. Kalau nggak, hari ini surat cerai harus di tanda tangani."

[03.06.2022]

HOW TO EXPLAIN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang