Sesampainya di dalam kamar tersebut, mereka berdua tampak memandang satu sama lain. Gilang sepertinya tengah menilik penampilan Kasih dari atas sampai bawah, membuat Kasih yang ditatap seperti itu merasa risih.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya wanita itu ketus.
Gilang menjawab dengan gelengan kepala saja sambil tersenyum tipis.
"Sesuai dugaan, kamu adalah wanita yang baik-baik, itulah yang aku cari."
"Maksud kamu?" tanya Kasih tak paham.
Gilang menghela napas. "Sebenarnya wanita itu banyak, nggak cuma satu, yang cantik banyak, yang seksi juga banyak, apalagi yang aduhai. Hanya saja, berurusan dengan wanita seperti itu sangat menjengkelkan. Sudah dikasih uang, mereka pasti nantinya akan meminta lebih, dan aku yakin kamu tidak akan seperti itu."
Kasih terus saja diam, karena dia masih tidak paham dengan apa yang Gilang maksud. Tanpa sadar dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada usai Gilang berkata seperti itu.
Gilang yang melihatnya hanya mampu tertawa.
"Kamu juga cantik, kok, dan aku tebak pasti body kamu juga bagus. Hanya saja karena tertutup dengan pakaian saja makanya body kamu tidak terlihat."
Kasih menatap Gilang dengan sorot mata tajam, kentara sekali kalau wanita itu tidak suka dengan ucapan Gilang yang terlalu fulgar.
"Apa bisa kita mulai sekarang?" tanya Gilang, pria itu mengerlingkan sebelah matanya.
"Emm ... uangnya?" tanya Kasih lirih.
"Uangnya udah aku siapkan, kamu tenang aja. Butuh cash, kan?"
Kasih mengangguk cepat.
"Kalau urusan kita selesai, kamu boleh membawa uang itu."
Awalnya Kasih tampak bernapas lega. Namun, detik selanjutnya wajah wanita itu tampak menegang ketika Gilang dengan perlahan mendekatinya, membuat Kasih refleks memundurkan langkahnya. Sialnya hal itu terbaca dipikiran Gilang, hingga pada akhirnya pria itu langsung menarik tangan Kasih dan mendekap tubuh wanita itu dengan erat.
"Kenapa menghindar?" bisik pria itu.
"A--aku tidak menghindar, a--aku cuma gugup," jawab wanita itu jujur.
Gilang tertawa lirih. "Kamu bukan perawan lagi, jadi untuk apa gugup. Enjoy saja, aku yakin kamu akan menikmati permainanku. Aku akan membuatmu mengerang nikmat di bawah kendaliku. Gimana? Udah bisa dimulai sekarang?" tanya pria itu.
Kasih menahan napas karena saat ini di antara mereka sama sekali tidak ada jarak lagi. Bahkan Kasih bisa mencium aroma dari mulut pria itu, yang sialnya membuat Kasih ingin mencicipi bagaimana rasanya berciuman dengan Gilang.
"Bisa mundur sedikit?" pinta Kasih.
"Tidak bisa!" bantah Gilang.
"A--aku--"
Mata Kasih membulat ketika bibir Gilang mendarat tepat di bibirnya. Pria itu mendorong tubuh Kasih ke dinding, membuat Kasih terpekik kaget.
"Rileks, Honey," kata pria itu di sela ciuman mereka. "Kita akan bersenang-senang malam ini, buang semua beban yang ada dipikiran kamu sejenak, lampiaskan semuanya malam ini. Mendesahlah dan sebutlah namaku ketika kamu merasakan kenikmatan."
Tubuh Kasih yang tadinya menegang kini terlihat tampak tenang. Dia pun memejamkan matanya dan ikut membalas ciuman yang Gilang berikan.
"Oh, ya Tuhan. Bibirmu sangat menggoda."
Kasih memejamkan matanya, suara Gilang menurutnya terdengar begitu seksi, membuat bulu kuduknya meremang. Antara takut dan juga terangsang.
Kasih tak kuasa menolak sentuhan-sentuhan lembut yang Gilang berikan. Bahkan tanpa sadar wanita itu mendesah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner di Atas Ranjang
RomanceSebelum baca, difollow dulu ya, guys 😘 Lanjutan ceritanya ada di KaryaKarsa ya, untuk menghindari plagiat. Silahkan klik bio wattpad saya agar bisa terhubung di KaryaKarsa dan bisa juga membaca cerita saya yang lainnya. Namanya Kasih, wanita manis...