Kebelet Kawin

4.4K 67 10
                                    


Kasih masih terdiam ketika Gilang sudah menoleh ke arahnya. Wanita itu menatap Gilang dengan tatapan tak terbaca, begitu pun sebaliknya, Gilang juga menatap Kasih dengan senyum seringainya.

"Sudah siap?"

Kasih menelan salivanya dengan susah payah, dia ingin berkata tidak, tapi tidak bisa, suaranya tercekat.
Gilang yang melihat wajah Kasih tampak tegang pun mengerutkan keningnya.

"Are you oke? Apa kamu beneran tidak enak badan?"

Kasih menggeleng, dia berdeham kecil untuk mengubah ekspresi wajahnya, berusaha keras untuk tersenyum, walaupun kaku.

"Nggak, nggak apa-apa."

"Kalau tidak bisa jangan dipaksakan," tegur pria itu.

"Apa boleh lain kali saja?" tanya wanita itu dengan wajah berbinar. Ucapan Gilang merupakan angin segar untuknya.

"Sayangnya tidak bisa. Karena aku sudah ngebet banget pengin kawin," sahut Gilang dengan santainya.

Senyum Kasih perlahan memudar, dia menatap pria itu dengan malas.

'Tau gitu kenapa tadi ngomong seperti itu, kalau hasilnya juga sama aja,' gerutu Kasih dalam hati.

"Yuk, aku nggak mau menunda lebih lama lagi, semakin cepat semakin bagus."

Kasih menjawab dengan anggukan saja, dia mendekati mobil pria itu. Ketika dia ingin membuka pintu mobil di belakang, tiba-tiba saja tangannya dicekal oleh Gilang

"Kamu mau duduk di belakang?"

"Iya, emangnya mau di mana lagi?"

"Di depan! Enak aja, emangnya aku supir kamu," dengkus pria itu.

"Oh, oke."

Kasih langsung mengiyakan permintaan Gilang, wanita itu malas berdebat dengan pria itu.

Sepanjang perjalanan Kasih larut dalam pikirannya. Masih bingung dengan jalan pikiran Gilang yang menurutnya sangat aneh.

'Sudah dua kali aku mendengar dia menyebut kata sayang. Apa dia tidak pernah merasa bersalah ketika main belakang dengan kekasihnya? Kalau dilihat-lihat, sepertinya dia cinta banget sama wanita itu. Tapi kenapa dia bisa mempunyai pikiran selingkuh? Padahal kalau dia kepengin juga bisa dengan wanitanya, kan? Kenapa harus dengan orang lain? Oke, nanti akan aku tanyakan saja padanya.' Batin Kasih bertanya-tanya.

Kasih terlonjak ketika ada yang menepuk pundaknya, dia langsung menoleh ke samping. Dilihatnya Gilang tengah mengerutkan kening ke arahnya.

"Dari tadi dipanggil-panggil kenapa diam aja?"

"Hah? Oh, ini ... aku lagi ...."
Kasih tampak kesulitan untuk berbicara, tiba-tiba saja pikirannya blank, dia hanya bisa menampilkan senyuman tipis.

"Kenapa?" tanya wanita itu mengalihkan pembicaraan.

"Kita sudah sampai, kamu tidak ingin turun?"

Mata wanita itu mengerjap secara perlahan, dia melihat sekeliling tempat itu.

"Ini di mana?" tanya Kasih bingung.

"Rumahku, ayo turun."

"Rumah kamu? Kamu ingin kita melakukannya di rumah kamu? Serius?" tanya Kasih dengan mata terbelalak.

"Ada yang salah? Come on, di rumah itu hanya ada kita berdua, jadi kamu jangan takut."

Gilang keluar dari mobil itu, dia membuka pintu mobil yang Kasih duduki, lalu mengulurkan tangannya.

"Tidak usah, aku bisa sendiri," sahut Kasih. Wanita itu tidak menerima uluran tangan dari Gilang.

Kasih pun turun dari mobil itu, dia mengikuti Gilang dari belakang. Tepat di depan pintu, Kasih langsung menghentikan langkahnya.

Partner di Atas RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang