CHAPTER 10

270 1 0
                                    

"Balik kelas, yuk. Lagian kita juga udah praktek'kan," ajak Shafa. Berusaha menyangkal perasaan cemburu, juga menahan emosinya. Ia akan menanyakan perihal ini kepada Zefan nanti.

Nanda menaikkan satu alisnya, ia diam sejenak kemudian mulai mengerti situasi yang terjadi. Sahabatnya ini tengah dilanda rasa cemburu. Ia menggenggam botol minumnya dengan erat lalu menarik lengan Shafa.

"Kita mau kemana sih? Ini bukan arah ke kelas kita, Nda," ucap Shafa kesal, ketika menyadari kalau mereka berjalan berlawanan arah dari koridor yang seharusnya mengarah ke kelas 1-1.

Nanda mendengus sebal. Namun, ia tetap tidak menjawab pertanyaan Shafa. Mereka berjalan cepat menuju salah satu koridor, setelah itu berhenti didepan mading. Gadis itu menoleh kearah Shafa. "Kita diem disini sebentar dan jangan lihat kearah kiri," bisik Nanda lirih.

Keduanya pun akhirnya sama-sama diam sembari berakting seolah-olah tengah melihat beberapa lembar kertas yang terpasang di mading.

"Jangan melewati batas. Saya sudah punya pacar dan saya tidak ingin dia sampai salah paham. Mohon pengertiannya, terimakasih."

Shafa mengenali suara berat itu. Ia pun segera menoleh, dan yang ia lihat adalah punggung sang kekasih yang perlahan menghilang dari pandangannya juga seorang perempuan yang sedang menghentakkan kakinya lantaran mendapat perkataan yang sedikit menyakiti hati.

Nanda menyenggol lengan Shafa dengan sikunya kemudian menampakkan senyum meledek. "Gimana? Masih cemburu? Punya pacar setia kok masih aja dicurigai."

***

Shafa memutar-mutar pena ditangannya itu kemudian meletakkannya dengan kasar.  Ia menoleh kearah samping kanannya, menatap sosok Zefan yang tengah sibuk mengamati buku catatan miliknya.

Gadis itu merasakan ada yang berbeda dari wajah Zefan hari ini. Wajah pemuda itu nampak murung dan sedih.

Shafa menggeser duduknya seraya meletakkan kedua jari telunjuk di ujung bibir untuk membuat lengkungan senyum lalu mendekatkan wajahnya kearah Zefan. "Ayo senyum kayak gini, Kak."

Zefan menoleh, dahinya mengernyit heran kemudian tertawa kecil. "Kamu lucu," kata Zefan, lalu mengusap-usap kepala Shafa dengan tangannya.

"Kalau boleh tau, Kakak lagi ada masalah apa?" tanya Shafa. Pertanyaan gadis itu membuat usapan lembut di kepalanya terhenti.

Zefan menghela napas kemudian mencubit pelan pipi Shafa. "Masalah saya biar saya sendiri yang selesaikan. Tapi, kalau masalah kamu itu harus kita selesaikan berdua."

Never Ending Love | Jay ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang