6 • Third Class Building.

292 66 70
                                    

HAI HAI HAIII🙋

ADA CERITA APA HARI INI?!

SEMOGA SUKA PART INI YAAA...

RAMAIKAN JUGAAA, AI LOP YUUU💗




RAMAIKAN JUGAAA, AI LOP YUUU💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sudah jam 9 malam dan Karin masih menunggu kepulangan Daisy. Karin dibuat semakin cemas karena urusan yang kata Daisy 'hanya sebentar' sampai sekarang tidak ada kabar.

Sedari tadi Karin mencoba menghubungi ponsel Daisy namun ternyata benda pipih itu berada di dalam tas yang ia bawa ikut serta. Apalagi yang harus Karin lakukan? Dia berpikir keras sambil berjalan mondar-mandir di kamar asrama.

"Oke, pikir .... Pikir, Karin! Kalau lo jadi Daisy, lo pergi kemana?" gumam Karin kepada dirinya sendiri. Kalau Karin tau maka dia akan menyusul Daisy dan menyeretnya masuk ke kamar. Tapi, dimana? Daisy dimana?

Drrrt! Drrrt!

Smartphone milik Daisy berbunyi. Ternyata seseorang sedang menghubunginya, dan nama itu adalah ... Reyhan?

"Reyhan? Ngapain dia nelpon Daisy?"

Karena penasaran Karin mencoba mengangkatnya tanpa mengatakan 'halo' lebih dulu.

"Gimana? Berhasil apa yang gue suruh?"

Suruh? Jadi ....

"OHH JADI INI SEMUA ULAH LO?!" tebak Karin tanpa berpikir panjang lagi. Sudah jelas bahwa perginya Daisy sekarang adalah karena Reyhan yang menyuruhnya.

"Hah? Ini siapa?"

"Ini gue. Karin. Lo nyuruh Daisy ngapain, hah? Sampai sekarang dia belum balik ke asrama. Ini udah jam sembilan, Reyhaann. Kalau Daisy kena hukuman lo bisa apa?" omel Karin panjang lebar tanpa menghentikan langkah mondar-mandirnya.

"Apa? Daisy belum balik?" Suara Reyhan terdengar panik. Bahkan setelahnya ada bunyi 'bruk' yang mungkin dia jatuh dari tempat tidur. "Terus hpnya kenapa bisa ada sama lo?"

"Lo liat sendiri tadi sore kalau Daisy nitip tasnya ke gue. Hpnya ada di dalem."

"Dasar cewek goblok," desis Reyhan bermaksud kepada Daisy.

Karin mengernyit heran. "Loh? Kok gue sih yang dikatain goblok?" tanyanya yang merasa.

Reyhan berdecak kesal sebelum mengakhiri panggilan itu tanpa jeda. Reyhan mengambil walkie talkie dari dalam laci untuk menghubungi teman-temannya. Kenapa harus walkie talkie? Karena guru-guru brengsek itu pasti merekam setiap panggilan suara para murid. Bahaya jika ketahuan.

"Roger, masuk!" mulai Reyhan dengan berbisik-bisik agar teman sekamarnya tidak mendengar.

"Ya?"

WIRABRATA | ENHYPEN LOKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang