hamil?

385 19 0
                                    

Afkar termenung dua minggu sudah sejak kejadian afkar melamar diba, gadis tersebut tak pernah lagi membeli seblaknya, Ia tahu mungkin diba risih denganny.

"abang afkar tamvan seblaknya 2 dibungkus yah" ucap gadis tersebut dengan gaya centilnya

Afkar tersentak lalu menoleh kearah tersebut, "siap mbak cicil". Ucapnya sambil tersenyum.

"ihh cecil bukan cicil"

"sama saja"

"BEDA, kalau dipanggil cicil itu berasa kek hutang dicicil gitu" ucap cecil sambil cemberut.

"iya mbak cicel ini seblaknya ya".

"terserah deh terserah" kesal cecil, apakah namanya sangat susah disebut? Perasaan engge de.

Afkar terkekeh, dalam hati ia ingin sekali menanyakan tentang diba, pasalnya ia bila ada cecil selalu ada diba.

"kok tumben engga sama mbak diba?"

"oh dibaa, dua minggu ini aku ajak selalu nolak katanya dia males terus aku tanya kenapa males terus katanya males ngeliat orang disini terus aku tanya lagi siapa orangnya katanya aku gabole tau karna aku masih kecil padahal mah kita seumuran" cerocos diba dengan polosnya.

Afkar menghela nafas ia tak tahu dampaknya akn seperti ini, kalau afkar tahu ia lebih baik memendam perasaan namun ia masih bisa melihat diba saat membeli seblaknya.

"mari deh babang tamvan"

"iya makasih mbak ya"

🌻🌻🌻

10.00 PM, afkar baru akan pulang, karena setelah mangkal didepan sekolah SMA NUNA JAYA,ia lanjut menjajakan seblaknya sebab masih tersisia banyak, tepat jam 10.00 malam ia memutuskan untuk pulang karena  sudah habis.

Diperjalanan pulang saat masuk ke gang kecil menuju rumah gubuknya ia melihat seorang gadis yg duduk sambil memeluk lututnya menangis tersedu-sedu.

Ia  menghampiri gadis tersebut. Mengapa seperti....diba? Afkar langsung mempercepat jalannya untuk menghampiri gadis tersebut.

"diba kamu kenapa?!"

Diba mendongak dengan sesegukan, melihat siapa yg memanggilnya diba tertunduk ia sangat malu kepada afkar dirinya merasa kotor sangat, namun kakinya lemas untuk pergi.

"hikss.."

Afkar merengkuh diba dalam pelukan ia merasa hatinya hancur melihat diba dalam keadaan seperti ini, sebenarnya apa yg terjadi itu pertanyaan yg terngiang ngiang dalam benaknya.

"saya antar pulang ya?"

"hikss.. e-engga hiks.. ma-uu".

"yasudah kerumah saya mau?"

Diba mengangguk, lagi pula afkar tidak punya pilihan lain selain membawa kerumahnya, tidak mungkin ia meninggalkan diba disini sendirian, apalagi dalam keadaan rapuh.

🌻🌻🌻

Sesampainya di depan rumah-gubuknya afkar menyuruh masuk diba masuk kedalam terlebih  dahulu karena ia ingin membereskan dagangannya terlebih dahulu.

Hati diba terenyuh saat masuk kedalam rumah afkar yg kecil lusuh hanya ada ruang tamu yg menyambung kedapur satu kamar dan satu kamar mandi, tidak ada tv ataupun lemari lainnya. Ia jadi merasa bersalah karena pernah menyinggung afkar kala itu.

"kenapa ga masuk? Rumahnya kecil ralat gubuknya kecil dan lusuh ya? Maaf kalau kamu ga nyaman saya cuma punya gubuk ini untuk tinggal" ucap afkar sambil berlalu kedapur meletakkan barang dagangannya.

Diba tersentak ia tak bermaksud seperti itu, ia masuk dan duduk dikursi kayu ruang tamu. Tak lama afkar datang membawakan teh hangat.

"diminum ya"

"e-eh iya makasih". Ucap diba, ia sudah berhenti menangis cape nangis dari tadi.

Afkar duduk disebelah diba dengan menatap intens, ia bingung apa yg membuat diba malam malam begini menangis dalam keadaan kacau.

"kalau boleh tau kamu kenapa?". Tanya afkar hati hati.

"a-aku aku hamil dan diusir dari rumah, katanya aku gaboleh pulang kerumah kalau engga bawa ayah-janin ini, terus tadi aku kerumah pacar aku katanya dia engga percaya kalau ini anaknya terus dia bilang aku wanita murahan" jelas diba dengan nada gemetar hemdak menangis.

Deg

Hamil? Hatinya hancur sekali mendengar gadis yg semalama ini dicintainya disentuh orang lain apalagi diluar nikah. Dan apa tadi? Tidak percaya kalau janin diba anaknya? Ia menyebut diba murahan? Tidak mau bertanggung jawab? Brengsek!.

Afkar menggeram tertahan, ia membawa diba kedalam pelukannya, diba kembali menangis pilu hatinya sakit sekali mendengar penjelasan dari diba.

"hikss...ma-as afkar percayakan di-ba diba bukan wa-nita murahan kan mas? Hikss... Diba  diba gak hikss..murahan ma-aaas" ucap diba sesegukan sambil mendongak menatap afkar.

"iya mas percaya kok sama kamu, udah ya lelaki brengsek ga pantes ditangisin seorang diba, diba itu seorang yg sangat berharga dimata mas, jadi gausah ditangisin lagi pasti ada jalan keluarnya kok" ucap afkar lembut sambil jari-jari nya menghapusi airmata yg terus menerus keluar.

Hati diba menghangat mendengar hal itu ia jadi sedikit tenang. "tapi jalan keluarnya gimana mas, pacar aku aja gamau tanggung jawab, atau aku gugurin aja ya mas? "ucap diba enteng.

"jangan ngadi ngadi kamu" sahut afkar sambil menjitak kening diba

"adoh sakit tau mas, ya terus gimana? Yg dibikiran aku cuma itu" ucap diba sambil cemberut

"saya akan menikahi kamu"

Mendengar itu diba tersentak dan refleks melepaskan pelukannya dan menjauh. Ia menatap afkar tajam. Apa maksudnya? Apakah ia ingin jadi pahlawan kemalaman?

"aku gamau!"

"saya tau kamu ga akan mau sama menikah sama saya, tapi setidaknya pikirkan anak yg kamu kandung apabila ia tak memiliki ayah, bagaimana nasibnya nanti? Saya janji akan menyayangi anak itu sepenuh hati saya, kalau kamu khawatir dengan ekonomi, saya akan menambah pekerjaan lagi dan lebih bekerja keras lagi untuk mencukupi kehidupan kita"ucap afkar yakin.

Adiba yg mendengar hal itu tersentuh, betapa baik hati afkar, namun ia gengsi memperlihatkannya ia memasang wajah angkuhnya.

"yasudah kalau itu jalannya, tapi aku gamau ya kalau pernikahan kita ada yg tau" ketus diba. Afkar hanya mengangguk sambil tersenyum, biarlah ai tak diakui didepan umum tak masalah baginya, yg penting ia benar benar memiliki diba.

"baik besok saya akan datang kerumah kamu"

"tidurlah dikamar, maaf ya tidak pakai kasur" lanjut afkar.diba hanya mengangguk sambil berjalan menuju kamar.

Nyambung gak seh? 😫

Cinta Pria BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang