Day 4
[Pulang Ke Rumah Dimana Ia Menghabiskan Waktu Saat Dulu]Ruangan bernuansa klasik tradisional yang biasanya tidak di tempati siapapun, sekarang seseorang mengisinya. Ruangan bersih, kinclong, tak ada noda sedikit pun disana adalah kamar dari seorang putra di sebuah keluarga kerajaan.
Cahaya matahari tak bisa menembus jendela kamar itu sepenuhnya karena terhalang pohon-pohon di sekitar tempat itu.
Selimut yang acak-acakan karena dipakai, meja yang dipenuhi oleh lembaran-lembaran kertas putih, bantal-bantal yang terjatuh ke lantai, dan lemari kayu yang isinya sudah berantakan.
Pintu terbuka, seorang dengan tubuh tinggi menaruh tangannya di pinggang, menunjukkan wajah tidak paham. "Apa seharusnya aku ikat di kasur ya? Udah tau sakit kenapa tiduran di lantai jir" ucapnya.
Orang ini masuk ke dalam lalu mengangkat tubuh remaja yang tertidur di lantai. Memindahkannya ke kasur, lalu membenarkan selimutnya. Menaruh bantal di bawah kepala remaja itu.
Ia membereskan kertas-kertas yang berserakan. Menatanya lalu membawa kertas-kertas itu bersamanya. Meninggalkan ruangan itu dalam keheningan.
Keliatannya, umur pria ini tidak terlalu jauh dengan Indonesia. Rambutnya acak-acakan, wajahnya terlihat sedikit kelelahan, dan ia memakai kemeja yang kusut karena di pakai saat tidur juga. Walau begitu, dalam kondisi tertentu ia masih terlihat memiliki banyak energi, salah satunya jika ia sedang berkelahi dengan adiknya.
Membenarkan lengan kemejanya, ia memasuki suatu ruangan. Bagian bawah pintu ruangannya penuh dengan coretan-coretan yang terlihat sudah sangat lama berada disana. Sebuah gantungan tergantung miring di gagang pintu, bertuliskan "Ruangannya Panca!" Yang juga terlihat usang.
Apakah dia bisa dikatakan personifikasi? Yah anggaplah bisa dan memang.
Personifikasi bernama Panca ini menutup pintu dan menaruh kertas-kertas yang berada di tangannya di atas meja di tengah ruangan itu. Sebuah ruangan yang agak luas tapi hanya memiliki meja untuk bekerja dan 3 pintu lain. Mungkin banyak sejarah di ruangan ini, tapi ga usah di ceritain :D masa lalu itu memalukan.
Panca duduk di kursinya lalu menghela napas panjang. Ia mengambil ponselnya diatas meja dan bersandar di kursinya dengan malas. Menekan angka-angka untuk menelpon seseorang. Ia menaruh ponsel di telinga kanannya, lalu nada telefon berdering terdengar.
"Apa nelpon-nelpon? Kangen? Makasih tapi saya ga kangen"
"Ge'er kali. Siapa pula yang kangen, iyuh"
"Bilang aja kangen, ada apa?"
"Lu pulang hari ini kan?"
"Ngga, 1 abad lagi"
"Oh, yaudah. Kalo udah pulang ntar beliin belanjaan y. Udah w kasih listnya"
"Apa-apaan, kenapa ga lu yang beli anj"
"Gw sibuk ygygy. Tinggal beli jir, ntar pulang w kasih hadiah"
"Hadiah hadiah pala bapak kau"
"Bapak kita sama, PKI"
"Y in. Hadiah nya apaan?"
"Boneka berbi"
"Anjir, ga dulu, kasih TNI aja bai"
Telefon pun di matikan. Itu adalah salah satu orang yang paling sering berkelahi dengan Panca, soalnya mereka kakak adek.
Tempat ini selalu sepi, hanya ada Panca seorang. Saudaranya yang lain memiliki kerjaannya sendiri-sendiri. Walau kadang mereka kembali, mereka hanya kembali jika memang dibutuhkan atau sedang gabut. Khusus salah satu adiknya (bukan PKI), dia pulang karena kemauannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only One Week [CountryHumans] [END]
FantasySebuah cerita tentang seorang personifikasi yang baru saja terkena kutukan dari sebuah bunga. Oh!! Kebetulan sekali yang mendapat kutukan itu adalah Indonesia-! Cerita ini akan berfokus kepada aktivitas Indonesia dan keluarganya. Jadi, bagaimana kes...