Chapter Two : His Name

503 89 6
                                    

"ngomong apaan dah, biasa aja kali" kilah Doyoung sambil terus memperhatikan Junghwan yang makan dengan lahap.

Jeongwoo makin menatap aneh Doyoung hingga mereka berpisah diperempatan Jalan seusai membeli mie ayam.

"Wan," panggil Jeongwoo.

Junghwan memajukan badannya setelah merasa terpanggil, "Kenapa kak wu?"

"Kalau dideketin sama Doyoung, jangan mau ya? Ini demi kebaikan lo" peringat Jeongwoo yang mungkin tak terdengar sepenuhnya hingga jok belakang.





[ Until I Found You ]





Setelah peristiwa hujan dan bertemu teman-teman Jeongwoo untuk pertama kalinya, tak banyak lagi hal yang terjadi pada Junghwan.

Ia tetap berangkat sekolah bersama Jeongwoo atau Riki ㅡAnak komplek sebelah yang tengil bukan mainㅡ. Meski masih canggung dengan lingkungan sekolahnya, Junghwan merupakan pemuda yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler maupun organisasi.

Terkadang Jeongwoo dan Haruto rela pulang sore demi menunggu dan dapat melihat Junghwan yang sedang berlatih taekwondo di lapangan sekolah.

Sore ini contohnya, Junghwan sudah berganti pakaian khas taekwondo setelah jam mata pelajaran terakhir selesai. Hari ini ada penilaian, sebelum pulang Jeongwoo memberinya seplastik cilor dan sebotol teh pucuk sebagai pengganjal perut.

"Nanti pulang sama siapa?" Tanya Jeongwoo sambil menghentikan motor bersticker Vanellope khas miliknya ditengah lapangan.

Junghwan menoleh dengan senyum lebar, "SAMA RIKI!"

"Yaudah ati-ati, gue pulang dulu"

Setelahnya Junghwan meringis pelan merutuki kebodohannya sebab ia lupa hari ini Riki tidak masuk karena sakit. Harusnya ia tadi berpesan untuk dijemput ayahnya saja.

"..ah ya sudah, naik bis aja." Tekadnya.

***

Sesi latihan hari ini ditutup dengan cepat sebab lapangan dibagi dua bersama ekstrakurikuler basket. Dengar dengar sih team utama akan mengadakan sesi Sparing bersama Sekolah lain.

"So Junghwan!" Seru Doyoung sambil melambaikan tangan.

Spontan Pemuda So itu menoleh dan mengangguk pelan tak lupa tersenyum tipis ke gerombolan anak basket yang dihadiahi koor menggoda ke Doyoung.

"DEK JANGAN MAU SAMA BUAYA!" Seru seorang pemuda lain yang Junghwan ketahui bernama Takata Mashiho, sebelum Junghwan masuk ke ruang osis untuk mengambil tas-nya.

Setelah menimbang-nimbang cukup lama, Ia memutuskan untuk menunggu jemputan di trotoar. Junghwan malu saat anak basket memusatkan perhatian padanya setelah dipanggil oleh Doyoung.

Dan seperti yang diduga, tidak ada yang datang menjemput karena Junghwan tidak mengatakan apapun sebelumnya hingga ekstra basket bubar sebab waktu telah menunjukkan pukul lima.

"Oi? Lagi nunggu jemputan?"

"Iya, tapi kayanya bakalan lama.." jawab Junghwan sambil mengusap tengkuknya.

Doyoung menyedot capcin miliknya dan mengulurkan satu buah capcin yang masih utuh. "buat lo nih, minum aja mumpung masih dingin."

"makasih kak, ngomong-ngomong, kenapa gak pulang?" tanya-nya saat melihat Doyoung masih betah nangkring diatas motor tanpa berniat pulang.

"ya, nungguin lo." jawab si anggota osis.

Junghwan menghela nafas, "boleh pinjam hape, kak? buat nelfon ayah."

"ngapain? bareng gue aja, cepet naik."





[ Until I Found You ]





Sampai di pos ronda dekat komplek, mereka berdua bertemu dengan Jeongwoo dan Asahi yang sedang bermain catur random. Kebiasaan remaja jompo gabut.

Dan ketika sampai dirumah, Ayah sedang menyiram bunga. sedikit kaget sebab tak menyadari sang putra semata wayang belum pulang sekolah sejak siang.

"ayah kira udah di kamar."

Junghwan tertawa, kemudian pemuda itu menunjuk Doyoung dengan helm kuning nyentrik yang masih betah didepan gerbang, "kakak kelas yang nganterin aku."

"ganteng, dek. pacar kamu?" tanya ibu di teras saat Pemuda So itu melepas sepatunya ke dalam rumah.

"KAKAK KELAS."

Hendak dikata apa, ia sudah terlanjur malu. Lebih baik langsung masuk ke dalam kamar, meninggalkan Doyoung yang berbincang seru dengan Sang Ayah.

Meskipun badannya tinggi besar, Junghwan ini mudah malu. bahkan ketika dipuji oleh orang tuanya sendiri, ia masih sering salah tingkah.

"oh iya belum bilang terimakasih." ujarnya pelan setelah ingat ia nyelonong masuk begitu saja.

Rupanya Doyoung sudah pulang, dan ia memutuskan untuk menemui Doyoung saja besok disekolah. Malu juga bila harus meminta nomor ponselnya kepada Jeongwoo, nanti dikira naksir.

"Lucu juga kak Doyoung, sayang tengil banget." gumamnya tanpa sadar sambil mengadah, menatap langit-langit kamar.

Junghwan itu belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Ia tidak dapat membedakan antara kasmaran dan kagum semata. itulah mengapa, setiap seseorang menyukai dia, Junghwan hanya diam. Tidak menjawab, juga tak menolak. Ia tak ingin tahu-menahu tentang hal seperti itu.

Biasanya, Jeongwoo yang menceramahinya. ㅡ Pemuda itu bertindak sebagai dokter cinta ㅡ mentang-mentang sudah berpacaran lama, jadi suka memberikan nasihat. padahal, Junghwan tidak paham.

"apa besok bilang ke kak Jeongwoo aja?" monolognya dengan mata terpejam.

Catat, Junghwan tak pernah merasakan hal semacam ini.

[ ... ]

Note's:
Adakah yang masih nunggu book ini? kaget banget waktu buka akun ini, notifnya selalu banyak. makasih banyak buat antusias-nya. 🤍✨

UNTIL I FOUND YOU | HWANBBY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang