Chapter Six : Hawkings

153 25 1
                                    

"Ibu, Junghwan boleh nggak nanti malem keluar sama temen?"

Anak tunggal keluarga so itu bertanya pada sang ibu yang sedang memasak makan malam. Ibu heran, kok tumben anak ini mau diajak keluar malam dengan temannya.

"Sama siapa adek?"

Junghwan menggigit bibir bawahnya, lah iya sama siapa. Yoshi hanya bilang bahwa dia akan dijemput seorang kenalannya, pukul tujuh nanti.

"... Ni-ki."

Bagus, sekarang nama anak komplek sebelah yang ia jadikan alasan. Padahal cowok semampai itu tidak ada sangkut pautnya dengan masalah disekolah tadi.

Ibu tersenyum kemudian mengangguk sembari terus mengaduk sup rumput laut buatannya — sebuah reward sebab Junghwan lolos masuk SMA yang dia inginkan.

"Boleh kok, tapi dijemput, kan? biar ayah nggak khawatir kalau pulangnya kemaleman."

Junghwan melempar senyum ke arah Ibu, "Iya, ke acara ulang tahun temen aja, kok."



* * *

"LOH KAK JEWU?"

Junghwan menatap keheranan tetangganya tersebut. Cowok itu udah nangkring ganteng diatas motor Scoopy biru nya, menggunakan jaket hitam berlogo sayap khas —

— Tunggu.

"Harusnya kakak yang nanya. Kamu ada masalah apa sama Yoshi sampe dia nyuruh kakak ngajak kamu ke arena."

Junghwan makin bingung.

"Tapi ak—"

"Oalah jadinya sama Jewu, hati-hati ya nak naik motornya."

Jeongwoo kaget, walah lupa ga izin. "Eh, iya tante. Ini Jewu ajak Juju keluar bentar ya, nyari angin ~"

Junghwan melotot, bukan itu izinnya ke ibu tadi sore.


[ Until I Found You ]


Di jok belakang, Junghwan asik menyantap donat yang ia bawa dari rumah — seolah tidak peduli makanannya akan terkena debu atau kotoran, yang penting dimakan dulu.

"Kamu hutang penjelasan sama kakak loh, dek." peringat Jeongwoo.

Bungsu Park itu tadi selepas pulang sekolah sempat berkumpul dengan Yoshi dan Jaehyuk di markas mereka. Tentunya tanpa diketahui oleh Haruto, Doyoung maupun Yedam.

Iya, mereka adalah satu circle.

Sebelum pulang, Yoshi sempat meminta Jeongwoo menjemput Junghwan pukul tujuh untuk dibawa ke markas. Jeongwoo kebingungan, kok bisa ini anak sampai punya urusan dengan Yoshi?

"Widih, siapa nih?"

Jaehyuk menyapa diambang pintu begitu Jeongwoo tiba di pelataran rumah Yoshi — yang beberapa tahun ini dijadikan markas oleh geng mereka.

Junghwan kebingungan, maksudnya selama ini Jeongwoo adalah komplotan mereka? dua anak bebal pembuat onar seantero sekolah?

"Anu ..."

"Ini bocah yang salah bawa papan nama itu, kan?"

Loh, kok ada Jihoon juga?

"Kaget? tunggu bentar, gue bakal balik bawa sesuatu. Ayo Wu." Yoshi menarik lengan Jeongwoo untuk dibawa keluar dari bangunan tersebut, entah kemana perginya mereka berdua.

Dan, begitulah Junghwan ditinggalkan seorang diri.

Atmosfer didalam ruangan ini rasanya berbeda. Junghwan merasa kikuk sendiri sementara anggota lain berbaur bersama. Lagipula, ia belum tau apa tujuan Yoshi menyuruhnya kemari.

"Mau kopi ga?" tawar Jihoon. Junghwan menggeleng, dia tidak minum semacam itu. "Nggak kak, makasih ya."

"Gausah ambil pusing. Kalau ketemu di sekolah, usahain biasa aja." pesan Jihoon. Jadi, mereka ini geng rahasia? tapi kenapa? ini terlalu rumit untuk dijelaskan secara gamblang.

Dua puluh menit berlalu, Yoshi akhirnya kembali sembari membawa tas kertas berisi Jaket hitam, persis seperti yang dikenakan oleh Jeongwoo — bedanya ada bordir nama dirinya di saku sebelah kanan.

"Ini ..." Junghwan mendongak bingung.

"Lo bilang mau ngelakuin apapun kan? Ya ini, lo sekarang bagian dari Hawkings."

Si bungsu panik. Dia kira Yoshi akan menyuruhnya melakukan sesuatu, tapi ternyata diminta masuk kedalam geng nya? Tunggu, ini tidak seperti yang ia pikirkan. Maksudnya bukan begini.

"T—tapi aku ... ga bisa, aku—"

"Apapun, kan?" ulang Yoshi.

Junghwan meneguk ludah pasrah, "Iya ..."

Disinilah dia sekarang, memeluk erat jaket denim tadi tanpa dapat berkata lagi. Rasanya jahat sekali, mengingat dia anak baru — bahkan baru sekali mentas dari kegiatan mpls. Juga, menyoal Doyoung. Junghwan hanya ingin melindungi Doyoung dengan rela masuk dalam perkumpulan milik tersangka — yang seharusnya Junghwan benci, sebab membuat Doyoung mendapat luka toreh sana sini.

Junghwan pikir, ia hanya perlu mengikuti alur — seperti perkataan Jihoon tadi, Gausah diambil pusing. Cukup bersikap biasa saja tanpa harus gembar gembor bahwa ia terpaksa bergabung untuk menyelamatkan satu nyawa. Anggap saja ini sebagian kecil kisah yang nantinya dapat menjadi sebuah kenangan bila ia sudah dewasa. Ya, Junghwan harap.

"Ayo balik." Ajak Jeongwoo, anak itu terlihat habis menikmati sekotak ayam saus pedas.

"Kak, aku pulang dulu." Junghwan pamit pada empat cowok yang duduk melingkar didepan televisi — sedang asik bermain kartu remi.

Jaehyuk mengangkat jempol, "Tiati, kalo Jeongwoo meleng, tampol aja palanya."

"Ye, elu gua lempar helm." balas Jeongwoo sarkastik.

Junghwan hanya mengangguk, diekori Jeongwoo hingga keluar rumah. Ah, rasanya akan terjadi banyak hal dalam beberapa hari kedepan.




* * *



"Jangan kasih tau apapun ke Haruto."

"Eh?" Junghwan terhenyak.

Jeongwoo menarik nafas panjang sebelum melanjutkan. "Kakak gabung Hawkings, demi Haruto. Demi nyawa dia. Jadi, kakak mohon, apapun yang kamu lihat tadi, besok dan seterusnya, cuma jadi rahasia kita."

Pemuda so itu belum dapat merespon sepenuhnya. "Nyawa Kak Haruto? Kenapa?"

"Nanti kamu juga tau. Kakak pulang dulu, ya. Besok kakak jemput jam 6, bye adek!"

Kalau boleh jujur, malam ini ada begitu banyak hal bersarang di kepala Junghwan.


[ ... ]

UNTIL I FOUND YOU | HWANBBY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang