Prolog
Zaya kuliah lagi.
Sebagai seorang istri dan ibu baru, tentu ia perlu pandai mengolah waktu. Beruntung, sang suami, Afriz, tak segan-segan mendukung penuh dari segala aspek.
Tetapi, entah kisah mereka lucu atau justru rancu.
Ketika Zaya berusaha menjaga pandangan terhadap lawan jenis, salah satu dosennya yang tengah mencari calon istri, justru penasaran. Lelaki itu kerap meminta Zaya menghadap dengan segala alasan yang dibuat-buat.
Secara kebetulan pula, sang dosen tampan itu ternyata merupakan teman seangkatan Afriz saat SMA, walau tidak begitu dekat. Meski begitu, pria matang itu tahu bahwa Afriz mempunyai seorang adik perempuan.
Suatu hari, pemuda lajang itu menghadap kepada Afriz, dengan niat meminta izin untuk mengajak Zaya ta'aruf.
***
Mula Buka
"Mas, gimana?"
Mendengar pertanyaan Zaya barusan, Afriz akhirnya menoleh. Tatapannya memindai penampilan istrinya itu dari kepala hingga kaki.
Matanya tak berkedip memandang ibu beranak satu yang tampil bak mahasiswi baru.
Laki-laki itu masih mencari alasan apa lagi untuk melancarkan protes.
Tadi, alasan celana yang terlalu ketat, meski sebetulnya longgar. Kemudian atasan yang kurang klop, lalu kembali dia protes karena riasan Zaya yang menurutnya terlalu tebal.
Padahal, masalahnya cuma satu: dia hanya ingin melarang Zaya tampil cantik ketika hendak keluar rumah. Tetapi caranya saja yang berputar-putar tidak jelas dan membuat istrinya jadi dongkol.
"Mas sebenernya niat mau ngantar aku daftar ulang nggak, sih?"
"Niat."
"Kenapa dari tadi kayaknya cari alasan terus biar aku nggak berangkat-berangkat?"
"Ya kamu itu kalau keluar rumah jangan cantik-cantik, lah. Nggak usah dandan."
Dahi Zaya mengkerut. Heran, padahal ia hanya memoleskan lipstik tipis-tipis supaya bibirnya tidak tampak pucat. Wajahnya pun hanya diolesi pelembab dan tabir surya agar bisa menghadang efek negatif dari paparan sinar matahari. Lagi pula, ia masih sadar diri akan statusnya sebagai seorang istri dan ibu dari satu anak.
"Kenap ...."
Belum selesai Zaya dengan ucapannya, tanpa aba-aba Afriz sudah memeluk perempuan itu. Tindakan tiba-tiba tersebut jelas saja menambah tanya di benak Zaya. Apalagi saat pelukan lelaki itu makin erat, masih pula ditambah dengan kepala yang menyusup di bagian lehernya.
Jelas saja Zaya bingung.
"Kangen."
Lah, belum ditinggal ke mana-mana Afriz sudah bilang begitu?
Zaya berusaha memaklumi, jika Afriz bertingkah demikian. Sejak bayi mereka lahir, laki-laki itu memang belum pernah menyentuhnya lagi. Sepertinya, Afriz sekarang mulai frustrasi karena harus menahan diri selama ini.
"Dalam minggu ini kayaknya aku udah selesai masa nifas. Mas sabar dulu, ya."
***
Afriz cuma mau bilang kangen aja banyak tingkah 🤣
Kalo tahu istrinya bakalan diajak ta'aruf sama cowok lain gimana, ya? Apalagi sekarang posesifnya nggak ketulungan 🤣🤣🤣
Ada usul nama buat Pak Dosen Muda?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkut Paut
General FictionZaya kuliah lagi. Sebagai seorang istri dan ibu baru, tentu ia perlu pandai mengolah waktu. Beruntung, sang suami, Afriz, tak segan-segan mendukung penuh dari segala aspek. Dukungan penuh dari suami dan kesungguhan Zaya mengenyam pendidikan sembari...