Tuh kaaan, gak lamaaa. Ya dua minggu lebih, sih. Tapi lumayan cepet, lah. Anggap aja gitu :D
Selamat membaca 🥰
🍂🍂
[Jangan lupa minyak telon + samponya]
Afriz hampir saja lupa jika tak diingatkan oleh istrinya. Dia yang baru akan keluar dari ruangan kaca setelah selesai mencetak ratusan foto, kini menyempatkan diri untuk membalas pesan dari istrinya itu. Tetapi sebelum membalas, sudah ada pesan lagi.
[Minyak telonnya yang varian lavender. Kayak gini 👇]
*Kali aja ada endorse dari produk yang tercantum 😹*
[Iya]
Afriz pamit untuk pergi seperti biasa kepada salah satu karyawatinya, dan langsung dimengerti.
Sebelum merealisasikan rencana untuk menghabiskan jam istirahat di rumah sembari bermain-main dengan putrinya, Afriz segera saja menuju toko serba ada untuk membeli keperluan yang istrinya minta, sekaligus sesuatu yang amat dia butuhkan. Sudah pasti, dia menuju ke tempat yang jauh dari lingkungan tempat kerjanya.
Begitu tiba di depan pintu tujuan, muka Afriz mendadak merah. Keningnya mulai berkeringat. Langkahnya terasa berat, hingga dirinya melewati depan meja kasir dan mengambil keranjang belanjaan. Dia merasa malu, seolah semua mata tertuju padanya. Padahal keadaan tidak begitu ramai.
Dia berputar-putar dulu untuk mencari minyak telon, sekalian mencari keberadaan sesuatu, supaya tak perlu bertanya kepada kasir. Beruntung, dia menemukan benda yang dicarinya.
Saat hendak mengambil, dirinya bertingkah seperti pencuri. Gugup dan tegang sendiri. Matanya makin awas dalam memindai situasi supaya tak ada yang memergoki.
Dulu, saat Afriz masih berpacaran dengan Vita dan nyaris melakukan hubungan suami-istri, alat kontrasepsi yang salah satunya berbahan dasar lateks itu sudah siap pakai. Vita yang membeli dan membawa, dan Afriz sebenarnya tinggal menggunakan sebagai pengaman agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari. Cuma terima beres, andai memang terpaksa menggunakan. Jadi, ini merupakan kali pertamanya membeli, dan ternyata situasinya sememalukan ini.
Begitu tangannya terulur, langkah seseorang menginterupsi. Jantung Afriz seolah ingin copot dari tempatnya, khawatir ada yang mengetahui. Tetapi, beruntungnya langkah itu kian jauh. Dan tanpa basa-basi, lelaki itu mengambil dan memasukkan benda di depannya itu ke keranjang belanjaan.
Ada perasaan lega saat Afriz bergeser lalu berpindah dari posisi semula. Karena itu artinya dia bisa menutup benda laknat tersebut dengan barang-barang lain yang sekiranya normal dan tidak memalukan. Ada sampo, sabun mandi, deterjen, pewangi pakaian, pasta gigi, hingga cairan pembersih lantai.
Setelah memastikan bahwa posisi kondom sudah aman, Afriz menuju kasir. Di tempat inilah adrenalinnya terpacu kembali.
Memang, barang itu sudah tertutup sementara. Tetapi nanti, setelah satu per satu belanjaan dihitung, benda itu akan terlihat. Terpampang nyata dan sudah pasti akan dipegang oleh perempuan berseragam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkut Paut
General FictionZaya kuliah lagi. Sebagai seorang istri dan ibu baru, tentu ia perlu pandai mengolah waktu. Beruntung, sang suami, Afriz, tak segan-segan mendukung penuh dari segala aspek. Dukungan penuh dari suami dan kesungguhan Zaya mengenyam pendidikan sembari...