PROLOG

12.9K 1.8K 623
                                    


Hai, guyss^^
Aku punya cerita baru nih🌚

Semoga kalian suka sama ceritanya><

~H a p p y R e a d i n  g~

Darah terus menetes dari telapak tangannya. Wajah datar dengan tatapan tajamnya mengarah ke sungai kecil yang mengalir begitu deras. Tidak ada ringisan kesakitan walau dia terluka dan darah dari lukanya terus menetes di atas batu besar yang dia duduki.

Bocah laki-laki yang mungkin berumur sekitar 8 tahun duduk disebuah batu besar yang berada dipinggir sungai. Entah apa yang sedang dia pikirkan sampai mengabaikan luka ditelapak tangannya. Terlihat dari bentuk lukannya sepertinya dia mendapatkannya dari goresan benda tajam.

"Tanganmu berdarah."

Entah datang darimana, seorang gadis kecil menghampiri anak laki-laki itu. Gadis kecil dengan kulit seputih susu itu memakai dress kecil berwarna putih dengan pita kecil yang menghiasi pinggangnya.

Suaranya terdengar sangat imut seperti wajah dan matanya yang berbinar lucu. Di rambutnya ada bandana berwarna kuning yang menghiasi rambut panjangnya.

Bocah laki-laki tadi langsung menoleh kearah gadis kecil yang kini duduk disampingnya. Ia menatap tajam sekaligus mengernyit bingung dengan keberadaan gadis kecil ini di sini.

"Gadis kecil sepertimu tidak seharusnya bermain di dalam hutan seperti ini." Ucapnya datar dan kembali mengalihkan pandangannya pada sungai. 

Bibir sang gadis kecil mencebik lucu, "kamu juga masih kecil." Ucapnya, kemudian meraih tangan tan yang terlihat sangat  berbeda dengan tangan putihnya.

Mata tajam bocah laki-laki itu kembali melirik sang gadis. Ia memperhatikan pergerakan gadis kecil itu yang melepas bandananya dan melilitkannya pada telapak tangannya yang terluka.

"Apa ini tidak sakit?"

Gadis kecil itu melirik sekilas pada bocah laki-laki itu sembari melilitkan bandana kuningnya pada tangan yang terluka tersebut.

"Itu hanya luka kecil." Bocah laki-laki itu menatap lekat gadis ini. Sekarang dia merasa tidak bisa mengalihkan pandangannya. Seakan ada sesuatu yang menarik untuk terus menatap gadis yang mempunyai pipi kemerahan ini.

"Sudah. Sekarang darahnya tidak akan menetes lagi." Sang gadis kecil tersenyum manis dan itu tidak lepas dari tatapan sang bocah laki-laki.

"Namamu siapa?" Mata binarnya membalas tatapan bocah laki-laki itu.

"Kiral." Bocah laki-laki itu langsung menjawab tanpa sadar. Matanya terus menatap gadis kecil itu yang kini memiringkan kepalanya seakan berpikir.

"Raja? Arti dari namamu adalah Raja."

Lagi-lagi bocah laki-laki yang bernama Kiral tersebut tanpa sadar mengangguk. "Lalu, siapa namamu?" tanyanya dengan terus menatap gadis itu.

"Nona!"

"Nona!"

Sang gadis tersentak, ia menoleh kebelakang dimana suara seseorang yang berteriak memanggil nonanya. Gadis itu kembali menatap Kiral.

"Sebenarnya aku sedang bermain dan tanpa sengaja masuk ke hutan. Bibi pasti sangat mengkhawatirkanku. Aku harus pergi." Gadis kecil itu turun dari atas batu besar yang mereka duduki bersama dan hendak pergi dari sana.

"Tunggu!"  Tapi Kiral menghentikannya. Gadis itu kembali membalikkan badannnya untuk menghadap Kiral yang masih duduk di atas batu.

"Bagaimana  dengan ini?" Kiral mengangkat tangannya dan menunjukkan kain kuning yang terlilit ditelapak tangannya.

"Itu adalah benda kesayanganku. Karena Mami yang memberikannya. Tapi kata Mami kalau membantu orang itu adalah perbuatan yang baik."

"Akan ku kembalikan."

"Tapi.. "

"Di sini, besok. Kamu harus ke sini lagi."

Sang gadis kecil terdiam sejenak, dia menggeleng pelan. "Aku tidak janji. Maaf tapi aku harus pergi sekarang. Senang bertemu denganmu Raja."

Dia langsung berlari meninggalkan Kiral karena suara yang memanggilnya sejak tadi semakin mendekat.
Kiral menatap punggung kecil yang mulai menjauh itu. Dia menatap kain kuning tersebut, wajah dari gadis kecil tadi masih terbayang di kepalanya.

-----

Keesokan harinya, Kiral kembali lagi ke hutan. Tepat dipinggir sungai yang sama seperti kemarin.

Ditangannya memegang kain kuning pemberian dari gadis kecil yang ditemuinya kemarin untuk pertama kalinya. Wajah dari gadis itu masih berada di kepala Kiral. 

Ia meremas erat kain tersebut. Kiral sudah menunggu dari siang sampai sore hari dan malam akan segera datang. Tapi gadis kecil itu belum muncul juga. Kiral memutuskan untuk pulang, dia berpikir mungkin gadis itu mempunyai alasan yang membuatnya tidak bisa datang.

Hari berikutnya, Kiral datang lagi. Tapi sama seperti hari sebelumnya gadis itu tidak datang. Begitupun dengan hari-hari kedepannya sampai pada hari ketujuh gadis itu sama sekali tidak muncul lagi.

Kiral menggertakkan giginya, matanya menatap tajam. Wajahnya terlihat sangat marah, ia mengangkat kain yang berada ditangannya.

Kain kuning yang selalu dibawah oleh Kiral selama tujuh hari ini. Mata tajamnya melirik pada salah satu ujung kainnya yang ternyata mempunyai sebuah tulisan di sana. Ia memperhatikan tulisan kecil pada kain tersebut.

Daffodil

Kiral sang bocah laki-laki itu mengusap tulisan tersebut, sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Kita pasti akan bertemu lagi."

Kiral membawa kain itu dihidungnya dan menghirupnya begitu dalam. Bayangan wajah gadis kecil itu selalu terlintas dikepalanya ketika dia memejamkan matanya.

Beberapa tahun kemudian....

.
.
.
.
.
Next chapter 1

Bagaimana dengan prolognya? Komen dan vote yah, biar lebih semangat lagi^^

DaffodilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang