6

4.1K 581 105
                                    

 Ciee nungguin 😌

~Kesepakatan~

 Pintu dibuka kasar, seorang wanita tua yang masih terlihat cantik dan elegan masuk tanpa seizin pemilik kamar. 

   "Apa yang terjadi di sekolah hari ini?"

   Pemuda berumur 18 tahun yang merupakan pemilik kamar tersebut tidak menjawab pertanyaan wanita yang baru saja memasuki kamarnya. Dia sibuk memasang jam tangan dan jaketnya yang sebelumnya dia ambil dalam lemarinya. 

   "Rainer!"

   Rainer menoleh malas kearah ibunya, "ibu sudah tau kan? Kenapa masih menanyakannya lagi?" Dia menjawab dengan nada kesal.

   "Apa yang kalian bicarakan?" Ibunya terdengar tidak sabaran.

   "Tidak ada bu."

   "Ibu sudah bilang, jangan pernah terlibat dengannya Rainer!!"

   "Apa yang ibu takutkan?!"

   "Ibu tidak mau orang-orang curiga..."

  "Curiga apa?" Rainer mencoba menahan amarahnya.

   "Orang-orang tidak ada yang tau, kecurigaan ibu tidak mendasar sama sekali. Kenapa ibu sangat takut?"

   Sang ibu mendekati anaknya dan menangkup kedua pipinya.

   "Rainer" panggilnya dengan penuh kasih sayang.

   "Ibu tidak akan membiarkan berandalan itu merebut hakmu."

   Rainer berdecak kesal, ia melepas tangan ibunya dari pipinya.

   "Ibu jangan bertindak seolah anakmu ini tidak mampu melakukannya sendiri. Aku gak takut sama siapapun, jadi cukup bu."

  "Rainer!"

  "Rainer!"

   Rainer mengabaikan panggilan ibunya, dia pergi begitu saja dari kamar dan keluar dari rumah dengan motornya. Ibunya mendesah khawatir.

   "Kamu gak tau apa-apa Rainer, berandalan itu akan menjadi ancaman terbesarmu untuk mencapai impianmu. Impian ibu."

----------

   "Sesuka itu lo sama gue sampai lancang masuk apartemen gue?"

   Kiral terdiam, dia menoleh perlahan untuk melihat seseorang yang berada tepat dibelakangnya. Tapi tepat saat dia berbalik Lia langsung melemparkan vas bunga dikepala pemuda itu.

  Kiral mundur beberapa langkah, pelipisnya berdarah. Ia tidak meringis tapi sedikit merasakan pusing. Sedangkan gadis yang menyebabkan itu lari keluar dari kamar. Dia bergegas mengejar Lia tapi sialnya gadis itu mengunci pintu kamar dari luar.

   "Daffodil" geramnya.

   Lia mondar mandir didepan pintu kamarnya, tangannya masih bergetar. Dia tidak menyangka akan melakukan hal sejauh itu.

   "Dia gak mati kan?" gumamnya pelan dengan rasa takut yang kentara di wajahnya.

   "Lagian ngapain tiba-tiba ada disini sih?"

   "Lia buka!"

   Lia tersentak, untunglah dia masih hidup. Dia mundur beberapa langkah, "gamau."  jawabnya tanpa sadar.

   "Buka atau identitasmu terungkap Nona Adiyaksa"

   "Huh?" Lia kebingungan.

   'Sesuai dugaan gue, dia musuh papi'  

DaffodilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang