Siapa yang menantikan cerita ini up?
Follow dulu dong biar nggak ketinggalan notif upnya><
~Daffodil~
~H a p p y R e a d i n g~
Setiap langkah yang dia ambil selalu mendapatkan lirikan heran, julid dan mengintimidasi dari orang-orang yang dia lewati. Satu tangannya memperbaiki letak kacamata yang dia pakai. Mata lentiknya tentu menyadari tatapan orang disekitarnya.
Tujuannya sekarang adalah ruang kepala sekolah. Rambut yang disanggul acak lalu ditutupi oleh penutup kepala hoodie yang dia pakai. Seragam yang ia kenakan nyaris tidak terlihat karena hoodie besarnya.
Pada belokan pertama di koridor matanya menangkap empat orang gadis dimana salah satu dari mereka tengah diejek oleh tiga gadis lainnya.
"Lo kira kita benaran teman?" Ucap salah satu dari mereka dengan ekspresi menahan tawa.
"Sya, liat bibirnya." Ketiga gadis itu tertawa keras. Sedangkan orang yang sedang ditertawai menundukkan kepalanya malu.
"Jeha,"
Salah satu dari ketiga gadis itu mendekat dan menatap penuh intimidasi kepada gadis gendut yang terus menundukkan kepalanya.
"Jangan terlena! Hanya karena selama ini lo selalu bareng sama kita. Bukan berarti lo udah jadi bagian dari kita." Dua orang gadis lainnya tersenyum penuh ejekan mendengar perkataan dari bos mereka.
"Kita beda jauh. Lo dari kalangan terendah sedangkan gue? Semua orang tau gue siapa disini. Jangan bersikap seolah-olah lo udah bagian dari kita. Sadar akan posisi lo yang seorang babu dan sampah di sekolah ini. Paham!"
Siswi yang bernama Jeha itu mengangguk cepat dan mencoba menahan air matanya.
"Lo itu cuman babu kita. Nggak usah sok berpenampilan kaya kita. Beda jauh anjing!" Gadis cantik dengan name tag Mada Wistara ikut menimpali.
"Lo mau malu-maluin Birsya yah? Sok segala pake make up. Ingat lo tuh dari kalangan rendahan di sekolah ini. Kita sama lo tuh beda jauh apalagi sama Birsya yang berasal dari keluarga terkaya di sekolah ini. Ibarat sampah sama berlian beda jauh. Dasar gendut!" Dia adalah Arin Balara.
"Ck"
Terdengar suara decakan dan kekehan kecil dari seseorang yang memperhatikan mereka sejak tadi. Mereke menoleh pada seorang gadis dengan penampilan yang sedikit tomboy.
Birsya dan teman-temannya mengerutkan kening melihat gadis itu. Sebelumnya mereka belum pernah melihat seorang siswi yang berpenampilan seperti itu.
"Lo siapa?"
Mada menatap tidak suka orang itu, tawa kecil dari gadis berkacamata itu seakan mengejek mereka. Orang yang ditanyai tersebut mendekat, ia menghampiri Jeha yang kini juga menatapnya heran.
"Cantik. Lebih cantik dari mereka." Ucapnya pada Jeha, suaranya terdengar sangat lembut dan menenangkan. Jeha semakin bingung, dia tidak mengenal orang ini.
"Lo bercanda?" Arin tersenyum tidak percaya mendengar itu. "si gendut ini lebih cantik dari kita? Mata lo nggak bermasalah kan? Bahkan orang-orang disini jelas tau siapa yang lebih cantik."
"Terus?" Gadis berkacamata itu menunjukkan raut wajah tidak peduli.
"Pendapat orang beda-beda dan gue berpendapat bahwa dia lebih cantik daripada lo bertiga." Ucapnya tanpa rasa takut.
"Murid baru?"
Birsya yang sejak tadi diam kini bersuara. Ia sejak tadi menatap tajam gadis berkacamata itu. Sempat terbesit rasa iri ketika melihat siswi itu memiliki kulit yang sangat putih. Puth alami bukan karena make up, bahkan kemerahan dikedua pipi gadis itu merah alami dan Birsya sadar akan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daffodil
Teen FictionTato yang bertuliskan 'Daffodil' tertulis jelas dikulit tannya. Kata itu tepat berada didada bidang pemuda itu. Mata gadis itu melotot melihatnya, pipi putihnya yang kemerahan semakin merona. Ia menatap pemuda itu dengan tanda tanya yang begitu besa...