CHAPTER 04 : Obat Nyamuk

61 8 2
                                    

A/N : VOTE, KOMEN & SHARE CERITA INI.

A/N : Ig @its_totobaebae

"Jangan terlalu keras sama diri sendiri. Karena kalo bukan diri lo sendiri yang mau ngertiin, siapa lagi yang bakal ngertiin lo di dunia yang keras ini? "



Dinda berdiri di ujung gang sambil menggerakkan kakinya kesal menunggu Alvaro yang katanya akan datang menjemputnya buat CFD-an. Langit masih kemerahan dan embun-embun pagi masih mengepul menutupi jalan.

Inilah salah satu hal yang membuat Dinda terkadang kesal dengan Alvaro. Cowok itu selalu ngaret. Bahkan di ajang kompetisi Nasional beberapa bulan lalu, Alvaro juga ngaret sampai setengah jam dan membuat para guru kewalahan mencarinya.

Tiba-tiba sorot lampu mobil muncul dari balik embun. Dinda mendesah kesal saat melihat Alvaro dan Ines duduk di kursi depan mobil. Pasti hari ini dia akan jadi obat nyamuk doang.

“Masuk, Din! “ teriak Alvaro dari dalam mobil sambil menunjuk ke kursi belakang.

Bibir Dinda naik sebelah, malas sekali melihat senyum sumringah Ines. “Kebiasaan ngaret lo itu bikin gue mati menggigil disini, “ ketus Dinda sebelum masuk.

“Ya sorrylah, Din. Gue kesiangan hari ini. Mana harus jemput ayang dulu tadi, “ balas Alvaro.

“Kamu kedinginan ya, Din? “ tanya Ines sambil memiringkan tubuhnya, menghadap ke belakang.

Dinda memelototi Ines. “Ya menurut lo gimana? “

“Jangan marah-marah mulu lah, Din, “ sahut Alvaro sambil meliriknya dari kaca depan. Wajah sahabatnya itu sudah merah padam dengan bibir melengkung ke bawah.

“Gue marah juga ada penyebabnya kali. Nggak tiba-tiba marah kayak orang kurang asupan gitu, “ sergap Dinda, tak terima.

“Aku nyalain lagu, ya. Al? “ Ines menekan tombol play. Suara merdu Troye Sivan mengiringi perjalanan mereka hari ini.

“Kamu udah beli album terbaru dia, Nes? “ tanya Alvaro. Tangan kirinya bergerak perlahan-lahan meraba tangan Ines lalu dengan enjoy-nya, mereka bergandengan tangan di depan jomblo.

“Belummm, “ jawab Ines sambil menggeleng lucu dengan bibir pink yang mengerucut.

“Kamu lagi godain aku, ya, Nes? “ Alvaro menyentil bibir manyun Ines lalu keduanya tertawa riang seolah dunia milik berdua.

“Jijik banget anjir! “ umpat Dinda dalam hati.

“Din! Entar kalo udah nyampe, lo bawain kamera gue, ya? Lo fotoin gue sama Ines, “ pinta Alvaro.

“Ogah! “ balas Dinda ketus.

“Kok ogah sih?! Lo gue ajak tuh biar bisa fotoin gue sama Ines tau, “ ujar Alvaro.

“Kalo gitu turunin aja gue disini, “ ancam Dinda.

Alvaro jelas ketar-ketir. Ucapannya barusan hanya bercanda, tapi mungkin karena Dinda sedang nggak mood, akhirnya candaannya jadi malapetaka. “Jangan gitulah, Din. Gue cuma minta tolong fotoin aja, masa’ nggak bisa sih? “
Dinda menghela nafas berat lalu melirik Ines yang masih tersenyum sambil menatap penuh cinta pada Alvaro, “Gue fotoin, tapi beliin gue bakso mercon. “

Oops! Friendzone?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang