CHAPTER 03 : Impostor

61 7 1
                                    

A/N : VOTE, KOMEN & SHARE CERITA INI.

A/N : INSYALLAH UPDATENYA 4 HARI SEKALI YA.

A/N : CEK Ig @its_totobaebae

"Senang-senang di masa muda emang boleh dan justru wajib banget. Tapi jangan sampai gara-gara mencari kesenangan itu, kalian lupa soal masa depan yang menakutkan. "



Brum! Brum! Brum!

“Yang kalah traktir seblak! “ pekik Dinda lalu memutar gas motornya dan melaju cepat, mendahului Alvaro yang masih menyalakan motor.

“Anjay! Tungguin woi! “ pekik Alvaro.

Jalanan sudah ramai. Asap kendaraan mengepul di udara. Untungnya Dinda selalu memakai masker duckbill hitam. Selain untuk menghalau debu, maskernya juga bisa untuk menutupi aurat wajahnya yang jelek.

Meskipun balapan, Dinda dan Alvaro selalu menerapkan protokol berlalu lintas yang baik. Saat lampu merah, mereka berhenti dan saat akan menyalip, mereka menyalip dari sisi kanan serta menyalakan lampu sein kanan. Berkendara bukan hanya soal kita yang menjaga keamanan, tapi di mulai dari diri sendiri bisa mengurangi presentase kecelakaan lalu lintas.

“Helm yang gue beliin mana? “ tanya Alvaro saat berhenti di lampu merah. Beberapa minggu yang lalu, Alvaro membelikan Dinda helm bogo hitam memakai uang hasil jerih payahnya joki tugas.

“Di rumah! “ pekik Dinda supaya Alvaro kedengaran.

“Kenapa nggak di pakai? “ tanya Alvaro.

“Nggak enak! Kesempitan! “ Alvaro mencebikkan bibirnya kecewa karena barang pemberiannya nggak di pakai sama Dinda.

Setelah lima belas menit di jalanan, mereka sampai di depan gerbang besar SMA Tunas Bangsa. Dinda yang datang lebih dulu langsung turun dan mendorong motornya sebagai bentuk kesopanan pada para guru dan siswa organisasi yang berjaga.

“Kak Dinda! “ pekik Zahra sambil melambaikan tangan dan bibir tersenyum sumringah. Dia salah satu adik kelas Dinda se-organisasi OSIS yang bisa di bilang akrab dengan Dinda.

“Entar pulang sekolah, traktir gue seblak Incess, “ pinta Dinda seraya melemparkan tasnya kea rah Alvaro.

“Bangke lu! “ umpat Alvaro karena wajahnya kena timpuk tas Dinda. “Mau kemana lo? “ tanya Alvaro.

“Ke hati lo! “ jawab Dinda ketus.

“Gue beneran ini, “ ucap Alvaro dengan tatapan malas.

“Gue mau jaga, “ jawab Dinda sambil menunjuk ke arah para siswa yang sedang berjaga.

Alvaro hanya ber-oh sambil mengangguk-angguk lalu melangkahkan kakinya ke depan, mengikis jarak antara dirinya dan Dinda. Dengan cepat tangan besar Alvaro naik ke kepala Dinda lalu mengacak rambutnya perlahan, “Jangan sampai kecapean, “ nasihat Alvaro sambil tersenyum tulus.

Sejenak Dinda terdiam. Dia nggak bisa bernafas karena kaget. Matanya melebar melihat wajah Alvaro yang tampan. Hidungnya mancung. Garis rahang yang tegas. Kulit putih serta bibir kemerahan. Apalagi yang kurang dari sosok Alvaro Ahmad?

“Jangan melotot dong, Din, “ ucap Alvaro sambil menyentil puncak hidung Dinda, membuatnya kaget.

“Apaan sih lo?! “ berang Dinda sambil memukul lengan Alvaro.

AWH!! “Sakit bego! “ Alvaro mengelus lengannya yang kemerahan dan nyeri karena di cubit kecil sama Dinda.

“Gue jaga dulu, “ pamit Dinda lalu berlari meninggalkan Alvaro.

Oops! Friendzone?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang