-Meet Me At Seven~Kouvénta-
Haloooooooo ini Geaa
Okei jadi kalau menurut urutan aksara Yunani, setelah upsilon itu seharusnya chi, tapi kenapa malah kouventa?
a talk, especially an informal one, between two or more people, in which news and ideas are exchanged.
Okei definisi kouventa dalam bahasa Inggris itu yang conversation, percakapan. Jadi di part ini aku pengen ngobrol sama kalian, pembaca-pembacaku sedikit banyak tentang cerita ini.
Kalian boleh ngajuin pertanyaan apa aja di kolom komentar, tapi di sini aku mau crita-crita sedikit dulu tentang buku inii.
Nulis Meet Me At Seven itu bener-bener suatu bentuk penyembuhan dan pelarian paling baik yang pernah aku lakukan. Ya, aku juga seorang penyintas masalah kesehatan mental yang kasusnya mirip seperti Kiran, walaupun beda, aku berbeda sama Kiran. Sampai sekarang mungkin bisa dibilang belum sepenuhnya sembuh.
Aku manusia biasa yang belum bisa se religius itu apa-apa larinya ke Tuhan. Ya walaupun kalau benar-benar jatuh emang ngga ada tempat lain buat mengadu selain sajadah emang. Tapi seenggaknya, aku selalu berusaha enggak melarikan diri ke tempat yang negatif.
Yang ku yakini, menulis adalah salah satu sarana yang diciptakan Tuhan untuk membantuku tetap waras.
Aku sayang sekali sama Kiran, karakter yang ku temukan setelah perang batin beberapa kali. Karakter yang benar-benar aku cintai lebih dari diriku sendiri. Meski jadi yang paling banyak menangis, Kiran sebetulnya adalah tokoh yang sangat kuat, terlampau kuat malah.
Aku belum bisa sekuat Kiran, karenanya aku kagum banget sama dia.
Selain Kiran, ada juga Kalila. Yang mirip sama aku juga, sedikit banyak ada cerminan dan sifat diri penulis di dalam dia. Yang seringkali merasa rendah, beban, padahal dia adalah alasan kakaknya masih berjuang sampai sekarang. Enggak, aku bukan yang seistimewa, sebaik, dan sepintar Kalila.
Sifatku yang ada di Kalila, kebanyakan malah jeleknya. Manja, cengeng, dan kadang ceroboh tapi suka overthinking. Tapi bagaimanapun, Kalila juga adalah karakter paling manis yang pernah aku temukan.
Bian, karakter yang paling banyak dominasi jalan cerita yang sebetulnya gak panjang-panjang banget ini. Kalau yang lain itu adalah cerminan aku. Maka Bian adalah sosok yang aku berharap sekali bisa hadir di kehidupanku.
Enggak harus sebagai teman hidup sepertinya bersama Kiran. Ruang aman sudah lebih dari cukup. Dan beruntungnya, sosok Bian di kehidupan penulis sudah ditemukan selama proses penulisan bab akhir cerita ini.
Okei, itu sedikit cerita dari sisi penulis yang aku pengen bagikan ke kaliann, orang-orang keren yang mau menyempatkan waktu buat membaca tulisanku sampai sini. Respect, terima kasih!
Lewat cerita ini, aku pengen mengatakan kalau perasaan orang lain, apalagi jiwa seorang anak-anak bukanlah mainan. Dan bukan hal yang harus disepelekan. Kalian berhak bersedih, merasa lelah dan bahkan putus asa, sesaat. Tanpa fase itu, manusia cuma bakal jadi makhluk fisik yang berjalan hanya supaya jantungnya enggak berhenti.
Padahal jiwanya mati, keras sebab enggak pernah dimengerti.
Meskipun aku enggak kenal kamu mungkin, kamu boleh gedor dm instagram atau wattpad aku. Sebisa mungkin aku bakal bersikap baik dan menyediakan ruang buat kamu.
Selain itu, aku juga pengen bilang bahwa jadi anak kecil sesekali itu boleh.
Apalagi ya, oh ini penting banget si. Sebelum memaafkan, ada fase yang disebut penerimaan. Seberapa lama waktu yang kamu butuhkan buat melewati fase itu, cuma kamu yang tahu. Gak perlu buru-buru.
Seperti Bian yang akhirnya bisa menerima kalau ayah dan bunda memang gak bisa bersatu lagi setelah usianya 23. Seperti Kalila yang harus ulang tahun ke 16 dulu, baru bisa menerima kalau keluarganya memang enggak sempurna. Seperti Kiran, yang harus dewasa dulu hingga bisa memeluk tubuh cantiknya sendiri.
Take your time, menerima dan memaafkan memang bukan perkara mudah.
Terakhirr banget, jangan pernah meremehkan hal-hal kecil. Karena hal-hal kecil bisa berpengaruh sangat besar di kehidupan kamu. Sebelum melangkah buat menghadapi sesuatu yang lebih besar, jangan lupa perhatikan hal-hal kecil di sekitarmu dulu yaaaa
Mungkin cukupp, Gea di sini mau mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya buat kalian yang sudah menyempatkan membaca dan memberi apresiasi buat Meet Me At Seven, aku sayang banget sama kaliaannnn.
Mohon maaf juga kalau dalam tulisannya masih banyak kesalahan, hal-hal kurang berkenan, ataupun apapun itulah cacatnya. Semoga tetap bisa dinikmati dan memberi manfaat buat kita semua, aamiin.
Semoga doa baik selalu menyertai kita semua🌼
Gracias,
-🌠
Malang, 28 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me at Seven
JugendliteraturCerita sederhana tentang jiwa anak-anak yang terjebak dalam tubuh serta rutinitas orang dewasa. Cerita yang berjalan apa adanya, tentang mereka yang sama-sama terluka, yang sama-sama rapuh, berusaha menyembuhkan dan menguatkan satu sama lain. Akan...