-Meet Me At Seven~Theta-
Riuh suara tawa dan teriakan anak-anak menyapa pendengaran Bian begitu masuk ke dalam panti. Lelaki itu masuk dengan tenang. Sembari tersenyum melihat acara amal yang berjalan dengan lancar. Ia langsung meluncur ke mari setelah selesai berurusan dengan papanya Kiran.
Bian langsung mencari Jamal begitu di dalam. Sebab Ia belum mengenal siapa-siapa selain Jamal dan Rere-teman kantornya yang lain-di sana. Namun beberapa menit berkeliling, dia tidak melihat batang hidung kedua temannya tersebut.
Menyerah, Bian akhirnya memilih menyapa para relawan lain di sana. Kemudian ikut membantu mereka di kesempatan kali ini. Melupakan sebentar tumpukan pikiran yang seringkali membuatnya melamun di beberapa waktu.
Beberapa saat kemudian, netranya menangkap keberadaan Jamal juga akhirnya. Bian hampir menghampiri dan menyapanya, kalau saja tidak dilihatnya manusia tengil tersebut tengah asyik bercengkerama dengan seorang perempuan. Ya sudahlah, dia masih bisa curhat di lain kesempatan.
Di sudut taman panti, Bian melihat seorang perempuan sendirian, duduk memandangi mobilitas orang-orang. Perempuan yang sama yang menyita perhatiannya selama di jalan. Juga untuk saat ini, lantas langkahnya mendekat ke arah Kiran.
"Boleh saya duduk di sini?" tanya Bian.
Kiran mengangguk, "Boleh boleh sini."
"Kak Bian jadi volunteer juga? Kaget banget loh Kak Bian tiba-tiba muncul."
Sama seperti Kiran, yang bersangkutan sendiri juga terkejut melihat keberadaan gadis itu. Padahal dia sudah sengaja menemui ke rumahnya. Namun malah dengan kebetulan dipertemukan di tempat ini setelahnya.
"Kamu kok sendirian aja di sini? Enggak ikut ngumpul sama relawan yang lain?"
"Aku takut manusia Kak, jadi diam di sini aja, damai banget rasanya ngeliatin mereka main sambil ketawa-ketawa bareng temennya."
Keduanya lantas mengembalikan pandangan ke depan. Kiran benar, menyenangkan menyaksikan mereka bermain, bercanda, dan berteriak bersama teman-temannya tanpa perlu mencemaskan apa-apa. Bian mungkin tidak ingin kembali ke dirinya di usia itu. Tapi Bian selalu ingin merasakan apa yang mereka rasakan, jika dia bisa meminta.
Ia juga ingin menjadi anak kecil yang bahagia.
"Makasih lagi ya Kak buat jaket sama tumpangannya semalem, maaf juga aku ketiduran, jujur malu banget."
"Ahaha iya sama-sama, saya juga minta maaf sama kamu."
"Minta maaf buat?"
"Semalem waktu kamu saya anter pulang, saya megang tangan kamu, demi Allah saya enggak ada maksud modus atau gimana. Kamu tidur dan saya takut kamu jatuh, gitu aja, beneran deh kalo saya bohong nanti ban motor saya bocor. Maaf banget Kiran, semoga kamu mau maafin saya, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me at Seven
Dla nastolatkówCerita sederhana tentang jiwa anak-anak yang terjebak dalam tubuh serta rutinitas orang dewasa. Cerita yang berjalan apa adanya, tentang mereka yang sama-sama terluka, yang sama-sama rapuh, berusaha menyembuhkan dan menguatkan satu sama lain. Akan...