Ya allah
---
Aturan pertama menjadi aktivis kebenaran adalah; mempertahankan misi. Aturan kedua; jangan cari siapa pun yang menghilang. Aturan selanjutnya, tetap waspada bila sewaktu waktu seorang polisi negara mengetuk pintu dan tiba tiba menyeret. Saat itu, kamu pasti sudah mengacau. Entah aktivitasmu tersebar atau kamu diadukan oleh seseorang.
Nah, masalahnya, Rangga sama sekali tak bisa mematuhi itu semua. Ia mungkin bisa, tapi untuk orang lain. Untuk Hazal, urusan lain. Cinta membuatnya cemas, khawatir dan sedih.
Semua orang boleh menyerah dalam menemukan Hazal, tapi tidak untuk Rangga. Ia diam diam terus mencari, kecuali melapor ke polisi. Dalam relung hatinya terdalam, biarkan saja ia menemukan Hazal, dalam keadaan apapun, ia akan menerimanya. Jika benar bahwa Hazal sudah mati, Rangga ingin tahu dimana kuburannya--jika ia memang mati dengan cara yang layak dan bahkan diberi ruang di tanah.
Semua pesanan yang silih berganti ini sama sekali tak bisa mengalihkan pikiran Rangga selama berbulan bulan ini. Di hadapan semua peralatan dapur dan kompor, ia mengepalkan kedua matanya.
Apa gunanya bekerja dan memasak makanan enak saat Hazal tak ada untuk mencicipinya?
Ia berdecak dan saat lewat pukul enam sore dan pesanan sudah mulai berkurang, ia pergi ke bagian belakang. Ia bersandar ke dinding bangunan dan diam di gang itu. Ia merokok dan duduk di undakan tangga.
Pikirannya melayang lagi.
"Hei! Tolong!" teriak seseorang. Nampaknya seorang perempuan yang berlari dalam hak tinggi dan tas di tangan kirinya.
Rangga berdiri dan membuang rokoknya ke genangan air. Suara mendesis rokok yang mati segera terdengar.
"Ada apa?"
"Tolong aku, ia ingin merampokku!" jerit gadis itu sambil bersembunyi di belakang Rangga.
"Hei, jangan ikut campur. Berikan saja dia." seorang pria tinggi besar kemudian muncul. Rambutnya agak keriting dan ia memakai jaket bomber serta jins dan sepasang boots.
Rangga kira, ditendang oleh boots seperti itu pasti akan menyakitkan.
"Ada apa?" tanya Rangga, waspada, membiarkan si gadis terus di belakangnya.
"Kamu jangan ikut campur." kata pria itu. "Ini tidak seperti yang kamu pikirkan."
"Bohong! Dia ingin merampokku!"
"Apakah kamu gila? Aku cuman menjalankan tugasku!" bentak si pria.
"Hei, berhenti disitu." kata Rangga kepada si pria. "Lebih baik kamu pergi."
"Kamu tak tahu apapun, diam saja." kata si pria. "Berikan dia. Aku punya urusan yang belum selesai dengannya."
"Jangan! Aku tidak mau! Aku takut!" teriak si gadis sambil menyentuh tangan Rangga.
"Dia akan tetap disini." kata Rangga setelah menoleh sebentar ke si gadis. "Sana pergi."
"Sialan, kamu pikir aku kucing yang bisa begitu saja diusir?" tanya si pria dengan marah. "Tinggalkan saja dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
my dearest revolutionary.|drama romance•
Romancecaution; 21+, tema sensitif. 🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️ Hazal, gadis revolusioner yang mendapat sial dan terdampar di Marseille--satu tujuan dimana semua pria mendapat hiburan--dan harus menjadi salah satu gadis disana untuk membayar...