ch 8

660 20 0
                                    

hy guys 🫶🫶🫶

----

"Kaimari Sander Baskara, kalau kamu cuman mau bermain main seperti itu dan menempatkan dirimu dalam bahaya, mengapa kamu tidak ke Timur Tengah saja? Kebetulan disana butuh orang orang ceroboh sepertimu!" kata Gendis, matriarki keluarga itu dan gemar menata segala hal sebelum mereka makan.

Hermann sedang asyik membaca koran.

Kaimari duduk di samping Hermann dan sibuk memainkan ponselnya. Ponsel itu kemudian direbut oleh Gendis dan dilempar ke lantai, namun tidak hancur.

"Bilang saja uang uang itu hanya untuk mabuk." kata Gendis kepada Kaimari. "Kamu bisa mabuk dan bangkrut sekaligus. Tapi, mama tak mau menoleransi kebohongan lagi."

"Oh Tuhan." Kaimari menggaruk kepalanya. "Aku cuman main, ya ampun."

"Ya, dan kamu akan mati muda. Saran papa, kurangi alkoholnya atau kamu bakal jadi gila." kata Hermann, masih terpaku kepada korannya.

"Mau katakan hal yang sama ke Sega?" tanya Kaimari kepada ayahnya.

"Jika itu pilihan Sega buat mati, papa tidak punya hak buat melarang. Oh ya, omong omong, apa dia menelepon?"

Kaimari yang menjawab, "tidak."

"Apa yang kamu harapkan? Anak itu memang berhasrat untuk meyatimpiatukan dirinya sendiri sejak lama." kata Gendis. Ia sudah sarapan duluan.

Kaimari berdecak dan ikut menyantap roti. "Jangan sakit hati begitu."

"Mungkin dia lelah. Aku tak bisa menyalahkan. Perusahaan kita memang sangat melelahkan, untung aku juga tidak mati muda, maka sebelum aku terlanjur mati kelelahan, aku pensiun dan menyerahkan semuanya kepada Sega. Nah, Kaimari, kenapa kamu tidak mulai belajar buat membantu kakakmu? Ia pasti butuh sekretaris yang hebat sepertimu." kata Hermann. Ia melipat korannya dan ikut sarapan pula.

Kaimari berdecih pada kata kata positif itu dan membayangkan respon Sega, dulu, yang sempat ia terima.

Sega secepat mungkin menghina adiknya.

"Aku? Punya sekretaris sepertinya? Lebih baik aku bunuh diri. Kamu bukan malah membantu, tapi malah hanya akan menyusahkanku, Kaimari."

Kaimari ingin menjambak rambut Sega saat itu. Maka dari itu, Kaimari terus mengejar cita citanya. Ia belajar menggunting rambut kesana sini hanya untuk menjadi penata rambut sejati. Kini, ia sedang memulai karirnya di sebuah salon kecantikan megah dan besar. Pemilik salon itu adalah teman sosial Gendis.

Setelah selesai sarapan, Kaimari memungut ponselnya dan pergi ke kamar. Hari ini, ia tak akan datang ke salon. Ia ingin bertindak jahil. Sudah tiga hari sejak kejadian itu. Ia tersenyum dan duduk di tepi ranjangnya.

Ponsel itu masih bekerja dan Kaimari masih bisa menelepon Rangga yang menurutnya keren dan tenang.

"Halo?"

Itu suaranya.

Kaimari terdiam sebentar. "Halo, Rangga, ini Kaimari."

"Oh ya, ada apa?"

Kenapa dia dingin begitu?, batin Kaimari bingung.

my dearest revolutionary.|drama romance•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang