1. Teman Baru

581 71 1
                                    



Black Magic Chapter 1 —

Arcadia, tahun 2070.

Sebuah akademi di mana para putri mahkota terpilih dari seluruh penjuru kerajaan di Ragnarok dikumpulkan. Para putri kerajaan itu kemudian dilatih, baik fisik, pengetahuan, hingga mental, untuk menjadi seorang ratu yang layak bagi kerajaannya.

Arcadia sendiri berada di pusat kota Ragnarok, tepatnya di ibukota Prontera. Semua putri mahkota yang telah sepakat untuk menjalani masa bimbingannya di Arcadia, diwajibkan untuk patuh terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh kepala akademi. Karena, setiap pelanggaran ada hukumannya. Dan setiap perbuatan, tentu akan ada konsekuensinya.

Putri mahkota yang dibimbing dalam akademi ini, adalah calon pewaris dari kerajaan tempat mereka berasal, dan telah melewati masa belajarnya di bangku sekolah selama 9 tahun. Tidak semua putri mahkota di kawasan Ragnarok ini bisa masuk ke dalam Arcadia. Hanya putri mahkota terpilih dan layaklah yang pada akhirnya bisa belajar dan mengemban ilmu di dalam Arcadia.



Black Magic Chapter 1 —


Pagi yang cukup indah bagi Arcadia. Langit yang cerah, berwarna biru muda, dipenuhi awan putih yang tampak memesona bagi indra penglihat dan memikat semua murid yang datang untuk belajar. Sudah kurang lebih 6 bulan, sejak angkatan terakhir masuk ke dalam pelatihan.

Terhitung sudah cukup lama, sudah satu musim berlalu, tetapi Joohyun masih sendiri. Menepi di dekat pohon beringin yang bergoyang diterpa angin. Tampaknya, hiruk pikuk lingkungan sekitar tak bisa mengusik ketenangan Joohyun dalam membaca buku serial Harry Potter yang sudah sangat melegenda itu. Lembar demi lembar sudah ia habiskan, tetapi Joohyun justru nampak makin antusias.

Entah sejak kapan, Joohyun begitu tertarik dengan hal-hal berbau sihir. Meski dirinya tahu, seorang putri tidaklah boleh percaya akan hal yang tak masuk akal semacam itu. Di dunia yang maju dan modern seperti ini, apakah legenda kuno semacam sihir hitam masih masuk akal untuk dipercaya? Bukankah tidak? Persetan dengan itu semua. Joohyun hanya butuh hiburan di tengah kesepian. Dan buku ini sudah ia anggap teman.

Lembar terakhir dari buku karya J.K Rowling ini telah Joohyun selesaikan. Wanita itu bernapas lega. Series Chamber Of Secrets telah selesai ia baca. Joohyun meletakkan buku itu di sebelah kursi tempatnya duduk, kemudian dia mengambil sebotol air mineral yang dibawanya. Ketika Joohyun sedang meneguk airnya, sebuah suara datang dari arah belakang. Joohyun tersentak, bahkan dia hampir menyemburkan air yang masih berada dalam mulutnya.

Rambut pendek kepirangan, tubuh mungil, juga wajah ayu nan rupawan. Seungwan yang tampak seperti putri idaman itu berdiri dengan buku Harry Potter milik Joohyun dalam genggamannya.

"Kamu membaca tentang sihir? Bukankah seorang bangsawan tidak boleh percaya sihir?" ucapnya sembari mengamati buku itu.

Joohyun yang ditanya tampak panik. Kedua jarinya bertaut, berusaha mencari jawaban paling masuk akal atas pertanyaan yang dilontarkan Seungwan. Joohyun begitu ketakutan, dia takut Seungwan akan melapor pada bagian kedisiplinan tentang buku itu. Jika dia dilaporkan, maka kemungkinan terburuk adalah, dirinya akan dikeluarkan dari akademi.

Buku itu diamati lebih detail oleh Seungwan. Putri dari Kerajaan Geffen itu tampak serius, Seungwan memang dikenal sebagai putri paling cerdas dan memiliki banyak pengetahuan. Bahkan kecerdasannya melebihi rata-rata putri mahkota yang ada di akademi ini.

"Harry Potter? Ini cerita fiksi? Dari mana kamu dapat buku ini?"

Di luar dugaan, Joohyun yang sempat gugup karena tertangkap basah, justru merasa sedikit lega karena Seungwan nampak antusias. Wanita itu kini duduk di sebelahnya sambil membuka halaman depan buku itu.

"Itu cerita fiksi, kamu salah sangka kalau mengira itu buku tentang menuntut ilmu sihir. Buku itu hanya menceritakan kisah Harry Potter yang menjadi anak keturunan penyihir. Aku menemukan itu di perpustakaan akademi," jawab Joohyun.

"Perpustakaan? Aku tidak yakin kalau buku ini akan diletakkan di sana. Bagaimana bisa? Bukankah akademi ini tidak menyukai sihir?" tanya Seungwan keheranan.

"Di rak paling ujung, tempatnya sedikit gelap. Di sana banyak sekali buku fiksi. Kamu bisa mencarinya di sana." Joohyun berucap sembari beranjak dari duduknya. Joohyun menepuk bahu Seungwan, kemudian hendak beranjak dari sana. Tetapi Seungwan menahannya.

"Boleh aku pinjam? Sejujurnya, aku sedikit percaya kalau sihir itu ada."

Seungwan dan Joohyun saling menatap satu sama lain, setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Joohyun memutuskan untuk meminjamkan buku itu pada Seungwan.

"Tolong kembalikan segera setelah kamu selesai membacanya."

"Kamu putri dari Kerajaan Alberta, 'kan? Ayo berteman! Aku Seungwan, dari Kerajaan Geffen."

Joohyun hanya diam setelah Seungwan menawarinya pertemanan. Hal ini disebabkan karena dirinya sama sekali belum pernah berinteraksi dengan orang lain seperti ini.

Selama ini dirinya hanya mengucap sepatah dua patah kata apabila berinteraksi dengan sesama murid di akademi. Bukannya dia tidak mau berinteraksi, tetapi entah mengapa saat dirinya pertama kali menginjakkan kaki di akademi ini, dia selalu saja menjadi bahan olokan para murid lain.

Terutama dari seorang provokator bernama Sooyoung yang berasal dari Kerajaan Izlude. Entah apa yang membuat Sooyoung begitu membencinya, beberapa murid di kelasnya sempat menduga karena dulu kerajaan Joohyun dan kerajaan Sooyoung pernah berselisih paham dan memutuskan untuk menjadi musuh. Akan tetapi, kejadian itu sudah terjadi beberapa ratus tahun yang lalu. Dan dalam aturan kerajaan, permusuhan antara dua kerajaan itu sudah usai. Jadi, Joohyun sama sekali tak mengerti mengapa Putri Sooyoung begitu membencinya.

"Hei? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Seungwan lagi. Ucapan putri cantik itu menyadarkan Joohyun dari lamunannya. Dengan gelagapan, Joohyun kemudian tersenyum kecil dan mengangguk.

"Mari berteman, aku Joohyun dari Kerajaan Alberta. Maaf, aku bingung harus menjawab apa, karena aku belum pernah berbicara dengan murid lain seperti sekarang."

Seungwan menutup buku yang sedari tadi dibacanya sekilas, kemudian berjalan mendekat ke arah Joohyun. Dengan senyum manisnya itu, Seungwan mengulurkan tangannya, mengajak Joohyun berjabat tangan.

"Sebetulnya, kamu juga teman pertamaku. Kita berdua sama-sama baru mempunyai teman. Salam kenal, Joohyun."

.
.
.

Black Magic Chapter 1 Selesai —

BLACK MAGIC - SEULRENE SHORT FIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang