1. Fuku

30 6 3
                                    

.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.

Dua bulan sudah sejak pemakaman sang kakak berlalu. Dua bulan juga berlalu sejak terakhir kali Aldora bertemu Amarantha. Ia tidak tahu kemana Amarantha pergi setelah malam hujan yang meriah itu, bahkan wanita bersayap itu tak mengatakan apapun. Ia menghilang begitu saja setelah menyentuh tangan Aldora.

Aldora menyeruput tehnya, "Francis bilang akan datang besok."

"Dia sudah pulang?" tanya sang Ibu yang duduk di kursi sebelahnya.

"Ya. Dia sudah berlayar selama 6 bulan, berusaha cepat pulang setelah mendengar Fuku muncul di London," jawab Aldora. Ia memakan biskuit yang terletak di meja dengan anggun.

Francis Wilson adalah tunangan Aldora yang merupakan kerabat dekat bangsawan Oxford di Inggris. Mereka pertama kali bertemu di sebuah teater dan memutuskan menjalin kasih setelah bertemu ketiga kalinya, akhirnya setelah 5 bulan menjalin kasih Francis melamar Aldora.

"Kalau begitu, kau harus bersiap-siap," ujar sang Ibu. Nyonya Gracia lalu berdiri, "putuskanlah kapan kalian akan menikah."

Aldora hampir saja tersedak. Ia menatap Ibunya dengan tegas dan berkata, "aku masih harus membalaskan dendam kakak pada pembunuhnya."

Sang Ibu ternganga, "itu urusan kepolisian Aldora, kau tak berhak ikut campur!"

"Aku berhak!"

"Dia sudah pergi," ucap sang Ibu dengan sedih.

Aldora menggeleng, "tidak dengan dendamnya."

Hening.

Setelah menatap Aldora lama, nyonya Gracia melangkahkan kakinya keluar dari ruang duduk. Aldora masih terdiam. Ia tidak akan berhenti sampai dendam kakaknya terbalas.

"Ku dengar kau ingin membalaskan dendam kakakmu."

Aldora terlonjak kaget. Ia lalu berbalik dan menghadap ke jendela.

"Amarantha?"

Di sana. Tepat di depannya kini Amarantha berdiri tegap dengan pedang di tangan kiri. Namun kali ini matanya bukan berwarna merah, melainkan coklat. Ntah sejak kapan ia berada di sini, semua jendela tertutup. Dan jika pun bisa dibuka, tak mungkin ia lolos dari penjaga. Lagi-lagi hal tak masuk akal terjadi, dan dari semua itu selalu ada Amarantha.

"Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Aldora kebingungan. Ia melirik pedang di tangan Amarantha.

"Ntahlah. Aku hanya berpikir kau ingin bertemu denganku, lalu aku berada di sini," jawab Amarantha dengan santainya.

Aldora masih berusaha mencerna jawaban dari wanita di depannya ini. Tanpa sadar, Amarantha kini di belakangnya dan berbisik.

"Siapa yang harus ku bunuh untuk membalaskan dendam kakakmu, Aldora?" bisik Amarantha yang membuat Aldora bergidik ngeri.

IMMORTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang