.
.
.
..
.
.
."Fuku!"
"Ada apa?" tanya Lucien yang bingung menatap adiknya.
Aldora tersadar. Ia melihat ke dalam bis, dimana orang-orang menatapnya dengan wajah sinis. Aldora baru ingat, tak ada seorangpun yang tahu wujud asli Fuku. Bisa-bisa ia dianggap membual. Untuk sekarang, Aldora berharap semuanya akan baik-baik saja.
"Bukan apa-apa," bisik Aldora pada Lucien.
Sesampainya di teater, kedua kakak adik itu turun dari bis. Ada cukup banyak orang yang datang ke teater ini, alasannya tentu saja karena hiburan inilah yang biasa mereka dapatkan. Aldora dan Lucien masuk bersamaan dengan orang-orang yang lainnya. Mereka berdua duduk di bangku terdepan.
"Nikmati pertunjukannya, Aldora," bisik Lucien yang duduk di samping kanan Aldora.
Beberapa saat kemudian, pertunjukan dimulai. Semua orang di sana menonton dengan serius, terkadang tertawa saat ada bagian yang lucu.
"Kau tahu, aku dulu ingin sekali menjadi pemain teater," ujar Lucien di sela-sela pertunjukan.
"Oh ya?"
Lucien mengangguk, "tapi saat mendengar ayah bercerita tentang masa-masa perang lalu, aku tertarik menjadi prajurit. Aku tidak menyangka akan benar-benar menjadi prajurit."
"Kenapa?" tanya Aldora. "Tidak mungkin hanya dengan alasan itu kau ingin menjadi prajurit."
"Benar. Aku ingin menjaga orang-orang di sekitar ku dari ancaman dunia luar. Aku telah bersumpah untuk mempertahankan negaraku," jelas Lucien. Matanya berbinar saat mengatakan itu.
Aldora dapat melihat ketulusan dari kakaknya. Ia tahu itu, Lucien adalah orang yang sangat penyayang. Ia tidak akan membiarkan orang-orang terdekatnya sedih atau menderita. Hanya saja, sifat pendiam dan gengsinya yang tinggi terkadang menutupi sifat peduli yang ia miliki.
Berbeda dengan Louis, kakak keduanya. Pria yang baru meninggal dua bulan lalu itu, dikenal sebagai orang yang humoris dan tidak bisa diam. Ia juga sangat terang-terangan bahkan terkadang tanpa sadar menyakiti hati orang lain dengan ucapan dan perbuatannya.
"Aku tahu itu." Aldora menggandeng tangan kakaknya, "kau sangat menyayangi kami, kau selalu ada saat aku dan Louis membutuhkan mu. Setidaknya, menurut ku dan Louis kau adalah yang terbaik."
Lucien tersenyum, "aku harap bisa ada di sana dan menyelamatkannya saat itu."
Aldora menjadi sendu, "itu sudah menjadi takdirnya."
Saat dipertengahan pertunjukan, tiba-tiba saja ada yang membanting pintu. Orang itu berlari kencang ke depan panggung, sementara para pemain kebingungan begitu pula dengan penonton. Ia tampak ketakutan dan berusaha mengontrol napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMMORTAL
FantasyTahun 1939 adalah tahun yang menegangkan bagi Aldora Gracia. Kakak keduanya baru saja meninggal, sang ibu yang sangat sedih sedang terpuruk. Sementara kakak pertamanya yang seorang tentara harus pergi berperang. Rasa kesepian dan dendam pada pembun...