Beberapa minggu kemudian
Aku sudah mulai melupakan bayangan laki-laki itu. Mulai sibuk dengan orderan yang Alhamdulillah bertambah banyak. Hari ini aku cuti menerima pesanan. Kata bunda takut aku sakit jika kurang istirahat dan tak ada waktu refressing.
Maka dari itu aku memutuskan untuk ikut kajian di masjid. Setelah bersiap-siap, aku segera pamit pada bunda. Aku memutuskan untuk naik motor saja supaya hemat.
Aku bersholawat sepanjang perjalanan, kadang murojaah hafalan. Karna kalau punya hafalan tapi jarang di murojaah, lama-lama bisa lupa.
Jalanan sedikit sepi dan yang membuat aku kaget adalah ada dua orang tentara sedang dikeroyok sekitar 10 orang. Mereka membawa senjata tajam dan sepertinya itu adalah geng motor yang suka rusuh.
Aku harus membantu mereka. Di pesantren dulu aku memang belajar bela diri, sebagai perempuan harus bisa melindungi diri sendiri. Tapi sekarangkan aku pakai gamis, gimana caranya? Aku berpikir keras, sampai satu ide muncul. Aku melihat ada pengamen, sepasang suami istri.
Aku sembunyi dibalik mobil tentara itu. Lalu aku membunyikan sirene polisi di hp ku, lalu mendekatkan pada mikrofon. Seperti dugaanku, geng motor itu lari ketakutan. Mereka menaiki motor dan meninggalkan 2 tentara itu. Aku segera mengembalikan mikrofon dan speaker pengamen tadi. Aku juga memberikan sedikit rezeki ku pada mereka.
Aku kemudian berlari kearah 2 tentara itu."Bapak nggak papa?" Tanyaku.
Aku membulatkan mata terkejut,dia Azzam, laki-laki itu. Bagaimana mungkin setelah sekian lama aku bertemu lagi dengannya.
"Tidak apa-apa. Terima kasih atas bantuannya" jawab temannya. Tapi aku melihat lengan kanan Azzam berdarah, sepertinya tangannya terkena pisau penjahat tadi.
"Itu ada yang terluka pak. Sepertinya cukup dalam. Saya punya kotak P3K,bapak bisa obati temannya" ucapku pada teman Azzam. Dia ikut melihat kearah tangan kanan Azzam.
"Astaghfirullah,Azzam ayo diobati dulu tangannya" kata temannya. Dia hanya mengangguk dan duduk dipinggir jalan. Aku mengeluarkan kotak P3K dan memberikan pada mereka.
Sepertinya,tentara memang mandiri. Menjaga kedamaian, kerja bakti dan juga terampil dalam mengatasi luka-luka seperti ini. Aku menunggu cukup jauh dari mereka. Kulihat mereka berbicara, tapi dengan volume kecil jadi aku tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.
Kulihat teman Azzam itu, berjalan kearahku. Lalu mengembalikan kotak P3K ku."Ini kotak P3Knya, terima kasih banyak atas bantuannya"ucapnya.
"Oh iya,sama-sama pak. Kalau begitu saya permisi dul-" belum sempat aku bicara untuk pamit, seseorang menghentikanku.
"Tunggu". dia Azzam. Dia berjalan kearahku. Lalu berdiri tak jauh dariku.
"Ada apa?"tanyaku,sebenarnya jantungku sudah dag dig dug. Aku gugup hanya mendengar suaranya.
"Boleh tau nama kamu?"tanyanya.
"Untuk apa ya pak?" Aku tidak langsung menjawab. Bagiku nama adalah rahasia, takutnya nanti jodohku ditikung di sepertiga malam. Hehe...
Dia tersenyum, sangat tipis sampai tak terlihat.
"Untuk saya langitkan di sepertiga malam dan disetiap sujud,agar ada pertarungan dilangit sana antara saya dan orang yang juga kamu langitkan namanya." ucapnya yang sukses membuatku syok dan blushing. Bukankah dia sudah beristri?"Dasar buaya versi hijrah. Udah punya istri masih mau godain perempuan lain."batinku
"Bapak sudah punya istri kan,jadi alangkah baiknya hargai istri bapak." kataku padanya. Temannya tadi kemudian tertawa.
******
Maaf,
Cerita dihapus untuk kepentingan penerbitan E-book
Penasaran kelanjutannya, stay tune
Nanti Syahira share link E-booknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Tentara (SUDAH TERBIT VERSI EBOOK)
General FictionCerita ini tentang Perempuan pemimpi yang berharap menjadi seorang dokter. Namun mimpi itu harus ia tunda karena ekonomi orang tua yang tak mampu membiayai pendidikan itu. Kisah cintanya dimulai dari dia menolong seorang bapak-bapak yang menjadi kor...