Setelah meeting usai Ezar melenggang pergi begitu saja, bukan ke ruangannya melainkan menuju parkiran. Tanpa pamit pada siapapun dan tanpa sepengetahuan Nalendra yang bertugas menyusun segala jadwalnya. Berpapasan dengan Hansen pun ia tidak bertegur sapa dan langsung masuk ke mobilnya kemudian meninggalkan kawasan kantornya.
Sepeninggal Ezar dari kantor, Nalendra mencarinya kemana-mana hingga Hansen mengatakan jika ia baru saja bertemu Ezar di parkiran. "Lo kenapa gak telpon gue sih!" omel Nalendra pada Hansen yang sebenarnya tidak tahu apapun.
"Ya mana gua tau kalo tuh orang kabur, lagian juga ini perusahaan dia, terserah dia lah mau ngapain kek." balas Hansen. Sebuah bantal mendarat tepat di wajahnya setelah berucap.
Gua duluan, mau temenin Rafa cek kandungan
Perdebatan antara Hansen dan Nalendra pun terhenti ketika Ezar memberikan alasan kepulangannya yang tidak memberi kabar pada siapapun. Matthew yang sejak tadi menyimak mengingatkan jika kejadian seperti ini akan terulang kembali, pasalnya Ezar sedang berusaha menjadi calon ayah yang siaga untuk keluarga kecilnya.
Ezar melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah, Rafael telah berpesan jika calon ayah dari bayi yang berada di kandungannya itu haru berhati-hati jika berkendara. Ditengah perjalanan, Ezra kembali mengingatkan kakak kembarnya untuk datang tepat waktu karena dokter yang dipilih olehnya adalah dokter terbaik di rumah sakit miliknya.
Hanya butuh waktu sebentar walaupun dengan kecepatan normal untuk sampai di kediaman Galendra. Mobil Ezar di parkir tepat di depan pintu rumah agar calon suaminya tidak perlu berjalan jauh untuk sampai ke mobil. Kepulangan Ezar disambut oleh tingkah lucu kekasihnya yang sedang berkeliling menggunakan skuter listrik dan diawasi oleh bubu dan kedua orang tua Rafael.
"Eh, anak gantengnya bubu udah pulang," sapa bubu begitu melihat Ezar muncul di ambang pintu. Rafael dan kedua orang tuanya yang mendengar bubu menyebut panggilan Ezar lantas Rafael melajukan skuternya menuju kekasihnya.
"Daddy~ daddy Ezar sudah pulaaaang." ucap Rafael riang. Baik bubu ataupun Ezar terkejut dengan sikap menggemaskan Rafael, Ezar merentangkan kedua tangannya menunggu Rafael memeluknya seperti biasa namun kali ini ekspektasi si dominan tidak terwujud.
Rafael menggelengkan kepalanya dengan bibir yang mengerucut, "Kata Ezra gak boleh peluk Ezar kalo Ezarnya belum bersih-bersih, Ezar kan dari luar, iyakan bubu?" ujarnya dengan nada lucu.
Kedua orang tua Rafael cukup terkejut dengan tingkah putranya yang seperti anak kecil berusia 6 tahun. Sedangkan, dalam hati Ezar tidak terima tetapi Ezra ada benarnya terlebih lagi calon suaminya itu sedang mengandung, harus extra hygiene. Dengan langkah gontai ia melangkah menaiki anak tangga menuju kamar tidurnya dan membersihkan diri agar bisa memeluk makhluk lucu yang setahun belakangan ini mengisi hari-harinya.
Saat baru menaiki tiga anak tangga, suara Rafael merengek terdengar. Atensi Ezar sepenuhnya teralihkan pada prianya. "Kenapa sayang?" tanya Ezar sembari menuruni kembali anak tangga yang sudah ia pijak.
"Kenapa kamu naik tangga? Aku dilarang naik tangga." keluh Rafael.
Ezar tersenyum, ingin sekali mencubit pipi chubby milik Rafael namun ia takut dimarahi. "Ya aku kan mau ke kamar, mau mandi terus ganti baju abis itu peluk kamu."
"Mau ikut." ucapnya.
Ezar terkekeh.
"Yaudah ayo, kamu naik lift, aku naik tangga. Kita balapan, gimana?" ajak Ezar.
Rafael menggelengkan kepalanya.
"Gak mau."
Pada akhirnya Ezar mengalah dengan mengikuti kemauan Rafael untuk menaiki lift yang jarang sekali Ezar gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
U Just Can't Be Replaced | NOREN [END] ✓
FanfictionKisah pertemuan Ezar dengan Rafael yang secara tidak sengaja disaat ia akan memasuki masa Rut. Entah dorongan darimana, Ezar membawa Rafael untuk menjadi objek pelepasannya hingga mereka terlibat dalam perjanjian kontrak layaknya Friends with Benefi...