29. Don't Let Him Know

3.2K 373 10
                                    

Pada akhirnya Nalendra mengungkap siapa pemilik hasil laboratorium yang ia kirim pada Ezra, dan pada saat yang bersamaan pula Rafael menyetujui permintaan teman-temannya untuk ikut ke Jakarta. Rafael langsung dibawa malam itu juga karena Ezra bilang ia sudah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Berbekal pesan dari kedua orang tua Rafael untuk menjaga putranya pun sudah disimpan dengan rapat oleh keenam pria yang semula hanya ingin mengjenguk.

"Kalian udah janji ya," seru Rafael saat mereka akan melakukan boarding. Ketiga sahabatnya kembali meyakinkan jika ia akan berada ditangan yang tepat demi kesehatan dirinya sendiri.

Rafael cukup gugup selama perjalanan menuju Jakarta, pasalnya ia sudah menghilang cukup lama dari hadapan keluarga Galendra termasuk Ezra, orang yang ia janjikan akan tetap menjadi teman apapun yang terjadi dengan dirinya dan Ezar. Sepanjang penerbangan, Rafael terus ditenangkan oleh Harsa karena Matthew dan Hansen sudah mulai mengeluh akan aroma pheromones yang Rafael timbulkan di cabin pesawat.

"Maafin gue, gue gak tau gimana cara controlnya," lirih Rafael pelan, Harsa dengan sabar mengelus rambut Rafael bermaksud menenangkan.

Waktu perjalanan yang ditempuh hanyalah 1 jam 30 menit namun terasa sedikit menyiksa Matthew dan Hansen akibat aroma pheromones yang diciptakan Rafael. Begitu mendarat di bandara Jakarta, ketujuh pria itu langsung menuju rumah sakit milik Ezra untuk mempertemukan Ezra juga Rafael.

Begitu tiba di rumah sakit, Ezra langsung memeluk Rafael dengan erat padahal disisi lain Rafael justru takut Ezra akan marah padanya akibat melanggar janji yang sudah mereka ikrarkan. "Gue kangen banget sama lo, sebenernya gue mau marah tapi gue kangen," ocehan Ezra membuat yang lain memutar bola mata malas. Ezra merasa lega ketika Nalendra berhasil membawanya ke Jakarta, ia tidak menyangka jika hasil lab pasien yang Nalendra berikan itu milik Rafael, kini Rafael sudah mendapatkan kamar untuk menetap selama masa pemeriksaan yang akan Ezra lakukan di rumah sakitnya.

Rafael mendapatkan kamarnya sewaktu ia jatuh sakit akibat mabuk tempo lalu, semua orang berjanji untuk merahasiakan keberadaan Rafael di Jakarta saat ini terutama pada Ezar. Ia tau Ezar telah mencari dan mencoba menghubunginya ribuan kali namun ia tidak memiliki keinginan untuk bertemu atau kembali bertukar kabar.

"Zra," panggil Rafael begitu Ezra selesai melakukan pemeriksaan awal untuk Rafael, ia menoleh dan menatap Rafael.

Ia tersenyum dan mengatakan, "Tenang, diluar sana gue udah perintahin security dan akses masuk ke lantai ini cuma bisa sama gue, tapi kalo temen-temen lo bisa akses bebas."

Rafael menghela nafasnya dan mangangguk, "Thanks ya Zra, maaf kalo gue akan ngerepotin lo," ujar Rafael.

"Lo gak ngerepotin, kan gue yang minta lo kesini, udah sekarang lo istirahat aja, gue mau pulang dulu," ucap Ezra dan berlalu setelah berpamitan pada Harsa.

Di ruangan VVIP yang Rafael tempati kini tinggal ia dan Harsa karena kedua sahabatnya yang lain harus pulang untuk istirahat. Harsa yang akan menemani Rafael selama masa pemeriksaan bergantian dengan Setya juga Yarsa.

"Udah lo tidur aja, capek kan abis perjalanan jauh," seru Harsa yang melihat Rafael menatap televisi di depannya. Rafael menoleh dan mengangguk kemudian ia memutuskan untuk tidur.



***


Ezra tidak langsung kembali ke rumahnya karena ia menunggu hasil pemeriksaan Rafael untuk mengetahui apa yang Rafael alami. Ketika sedang bersantai di ruangannya, Ezra mendapat pesan singkat dari kembarannya, Ezar. Ia ingin meminta bantuan dari Ezra untuk mencari tau dimana keberadaan Rafael sekarang, namun Ezra tidak ingin mempertemukan mereka.

Ezar harus bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan, bahkan papi dan bubu pun tidak mau membantunya, "Nyadar lo anjing," gumam Ezra yang kesal dengan sikap sang kembaran yang menurutnya bodoh.



Flashback saat baru landing di Jakarta.

Jet pribadi yang ditumpangi Ezar, Rafael dan teman-teman mereka telah landing sejak pukul 4 sore di bandara Halim Perdanakusuma. Ezar dan Rafael benar-benar kembali seperti tidak saling mengenal satu sama lain, Ezar lebih dulu kembali dengan mobil yang sudah menjemputnya sedangkan Rafael dibawa oleh teman-temannya menuju apartment lama miliknya.

Diperjalanan menuju penthouse, Ezar mendapatkan pesan dari bubu yang ingin bertemu dengan Rafael dan berniat mengajaknya makan malam bersama. Bukan hanya bubu namun papi juga Ezra begitu bersemangat untuk bertemu dengan Rafael, disisi lain, Ezar justru bingung apa yang harus ia katakan pada keluarganya tentang hubungannya dengan Rafael sekarang. Sejak awal, papi dan bubu mengira jika Rafael adalah kekasih Ezar maka dari itu kini sudah saatnya mereka bertemu dengan calon menantu mereka.

I'm so sorry, we're not a couple. We're just, someone with benefits, we even not a friend.

Ungkapan Ezar di pesan singkatnya membuat ia harus berurusan dengan keluarganya, papi, bubu dan Ezra terlihat sangat marah dan memintanya untuk segera pulang ke rumah untuk menjelaskan apa yang terjadi di antara ia dan Rafael.

Perjalanannya menuju rumah tidak memakan waktu yang lama, hanya membutuhkan waktu 30 menit Ezar tiba di rumahnya, mobil Ezra sudah terparkir rapih di garasi. Kepala pelayan yang membukakan pintu untuknya mengatakan jika ia sudah ditunggu di ruang tengah oleh papi, bubu dan Ezra. Ia menghela nafas panjang dan melangkah masuk ke rumah besar itu.

"I'm home," ucapnya. Maid yang berkerja untuk keluarganya dengan sigap menyambutnya, Ezar melangkahkan kakinya menuju ruang tengah, suasana rumah itu begitu tegang ketika Ezar muncul dari ambang lorong. Semua mata tertuju padanya dengan tatapan penuh selidik, ia duduk di kursi ujung berhadapan dengan sang papi, disamping kanan dan kiri ada Ezra juga bubu. Ezar tidak berani membuka suara sampai papi yang membuka percakapan.

"Jelasin, apa maksud kamu?" pinta papi.

Ezar mengusap wajahnya sebelum menjelaskan, menghela nafas kemudian mulai menjelaskan apa yang terjadi dengannya dan Rafael. Ia menjelaskan panjang lebar dan setelah selesai menjelaskan, Ezra bangkit dari duduknya kemudian mendekati Ezar. Dengan satu gerakan bunyi pukulan terdengar, Bugh.

"Lo orang paling brengsek dan bajingan yang pernah gue lihat, gue malu jadi saudara lo, gue berusaha sekuat tenaga gue buat jaga lo biar gak ngerugiin orang lain karena masa rut lo yang selalu bikin onar tapi sekarang lo permainkan usaha gue dengan cara korbanin orang lain yang gak salah sama sekali, anjing lo." maki Ezra tepat di depan wajah Ezar.

Papi dan bubu yang melihat adegan itu hanya bisa siam, mereka tau jika anak mereka tidak akan melakukan hal mengerikan ketika bertengkar. Amarah Ezra yang melutup sudah mewakilkan kekecewaan yang di alami oleh kedua orang tuanya.

"Zar, papi kecewa sama kamu, papi gak pernah ajarin kamu untuk merugikan orang lain," ungkap papi dan pergi meninggalkan ruang tengah.

Bubu hanya diam menyaksikan semuanya dan menatap putra sulungnya yang tertunduk merasa bersalah. "Sekarang kamu cari dia, minta maaf dan kasih apapun yang kamu janjikan ke dia, papi dan bubu sudah ajarin kamu cara bertanggung jawab sejak kecil," pinta bubu yang juga ikut meninggalkan Ezar di ruang tengah dengan pipi berdenyut akibat pukulan Ezra tadi.

Ezar sudah mencoba segala cara selama 3 hari setelah pertemuan terakhir dirinya dengan Rafael, ia sudah mencari namun usahanya selalu gagal ketika hampir berhasil. Beberapa hari ia lewati dengan perasaan kalut dan sedih, ia merindukan pelukan Rafael, ia merindukan ocehan Rafael jika pekerjaannya tidak sesuai, ia merindukan aroma Rafael, pada dasarnya ia sudah memiliki rasa dan hatinya telah jatuh pada sosok pria mungil itu tepat sebelum perjanjian mereka selesai, namun dalam perjanjian yang ditanda-tangani ia tidak boleh memiliki rasa lebih.


Flashback Ends





Tbc...

U Just Can't Be Replaced | NOREN  [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang