Perfect Love || 12

664 64 6
                                    

Hai, hai!

Aku datang lagi. Semoga kalian masih setia menanti.

Jangan lupa vote, komen, dan tandai typo-nya ya!

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.35 ketika dering di ponsel Kenzie berbunyi. Tanpa melihat siapa yang meneleponnya, pria itu mengangkatnya.

"Halo," sapa Kenzie.

Kenzie mengeryit ketika bunyi krasak-krusuk tidak jelas terdengar. Beberapa orang terlihat berbicara dan itu bisa Kenzie simpulkan jika si penelepon berada di tengah keramaian.

Kenzie baru saja akan berbicara kembali tetapi lawan bicaranya berujar lebih dahulu.

"Maaf, apakah anda keluarga dari pemilik ponsel ini?"

Pertanyaan itu membuat Kenzie menjauhkan sedikit ponselnya untuk membaca nama penelepon. Tulisan Briella Berisik membuat Kenzie mengangguk tanpa sadar.

"Ya, saya keluarganya," jawab Kenzie seraya bangkit dari duduknya untuk mengambil jasnya.

Pria itu mulai memakai jasnya dengan ponsel yang terjepit di antara telinga dan pundak.

"Syukurlah. Nona pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan—"

Tanpa menunggu orang itu berbicara lebih banyak, Kenzie segera menarik kunci mobil dan dompet sebelum berlari keluar dari ruangannya untuk segera ke lokasi tempat Briella dirawat sekarang.

Melupakan janji yang dibuatnya tiga jam lalu.

●●●

Malam sudah menyapa ketika ruang rawat inap Briella kini ramai. Gadis itu tampak mengerikan dengan perban yang hampir memenuhi seluruh tubuhnya.

Orang tua Briella sedang dalam perjalanan menuju ke sini karena sebelumnya mereka berada di luar kota. Hanin, Hazel, dan Devian baru saja pamit pulang untuk berganti pakaian. Yang tersisa adalah Irina dan Zayyan. Kenzie dan Natta (anak Javas) tadi keluar untuk membeli makan.

Dering tanda pesan masuk terdengar. Irina mengambil ponsel tersebut dan memberinya kepada Zayyan.

"Bukan punya gue," kata Zayyan. "Itu punya Kenzie."

"Lo tahu password-nya?" tanya Irina membuat Zayyan mengernyit. "Coba lo buka deh. Kayaknya penting. Dari tadi bunyi terus."

Zayyan menghela napas sebelum mengambil dan membukanya. Namun, seketika dirinya tersentak ketika nama kontak Anna mengirim pesan sebanyak enam kali dengan dua panggilan tak terjawab.

Tanpa pikir panjang Zayyan membuka pesan tersebut dan matanya melebar ketika membacanya.

Anna
Maaf, apa pekerjaan Bapak belum selesai?

Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang