3. Park Hyungseok

2.3K 485 92
                                    

"Wah, nona, dalamanmu kelihatan loh,"

(Name) hafal betul siapa orang itu. Rambut klimis yang ditata dengan pomade serta kaca mata hitam yang setia bertengger dihidungnya. Yang tak lain adalah Park Jonggun.

Omong omong, Jonggun asal ngomong sekali. Padahal (Name) pakai sot hitam ketat. Jonggun  berbicara seakan akan melihat celana dalam (Name) saja.

Mata (Name) mendelik, berusaha melepaskan kakinya yang ditahan Jonggun.

"Kenapa harus bertemu dengannya sih, kan belum siap!" Batin (Name).

"Bisa jelaskan teknik apa yang kau pakai hingga pria itu sampai pingsan? Efektif sekali, tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga." Tanya Jonggun tertarik.

"Aku beritahu tapi serahkan dulu uangmu, om!" (Name) menyeringai, hendak memeras Jonggun.

"Licik, ya. Baik, berapa banyak yang kau butuh?" Jonggun mengeluarkan dompetnya. (Name) tersenyum senang.

"Teknik totok. Hanya membuat dia pingsan, kalau aku menotok alat vitalnya lebih banyak, mungkin saja dia akan lumpuh." Terang (Name) sambil menghitung uangnya dengan jumawa.

(Name) berusaha pelan pelan menjauhi Jonggun. Pria itu meski tampan, tapi berbahaya, (Name) harus mempersiapkan diri lebih dulu.

"Berikan nomor teleponmu." Tangan Jonggun menahan lengan (Name).

"Berikan uang lagi kalau begitu."

***


Mobil hitam mahal nan mengilat itu berhenti disebuah pekarangan rumah. Pemuda Park menapakkan kakinya lalu berjalan masuk. Jonggun melepas jaketnya lalu mendudukkan bokongnya ke sofa.

Jonggun membuka gadgetnya, mencari nomor telepon yang baru saja ia dapatkan. Seutas seringai tampak dibibirnya.

"Apa apaan kau, senyum senyum begitu. Dapat 'barang' baru, ya?" Suara renyah itu terdengar, menginterupsi aksi Jonggun yang baru saja ingin mendial nomornya.

"Lebih dari itu." Ujar Jonggun.

Kim Jungoo, partner Jonggun mencari uang haram, ikut duduk di sofa. Tersenyum lebar. "Wah, ceritakan dong!"

"Aku bertemu dengan gadis menarik dijalan tadi. Dia berhasil menjatuhkan seseorang tanpa menimbulkan banyak suara. Dia bilang itu teknik totok, teknik yang sudah lama sekali tidak kudengar namun aku tahu beberapa penggunanya."

"Lalu, dia bilang apa lagi?"

"Gadis itu menetapkan seratus won untuk setiap pertanyaan, jadi aku hanya bertanya sedikit." Jungoo sontak tertawa.

"Tapi aku berhasil mendapatkan nomor teleponnya, yah, hanya saja harga tarifnya naik dua kali lipat,"

"Coba telepon saja!"

Jonggun menyentuh layar dial. Selama beberapa detik sambungan telepon senyap, ketika tersambung, suara diseberang terdengar ramai.

"Halo, ada yang bisa dibanting?"

Pemuda Park bedeham pelan, "Halo, apa ini benar nona yang tadi?"

Hening sesaat, barulah orang diseberang kembali membuka suaranya. "Tidak menerima sedot wc pak, maaf." Lalu sambungannya dimatikan sepihak.

Jonggun mengerjap, sementara Jungoo sudah rubuh ke samping, terpingkal. Bahkan tawanya sudah memenuhi ruangan, membuat DG yang baru saja datang menaikkan alis dengan heran.

                                   ***

(Name) berjalan dengan terburu. Ia kesiangan dan sialnya meminta Mijin tak usah menjemputnya pagi ini. Alhasil (Name) harus berlari agar tidak terlambat.

Other Dimensions [LOOKISM X READER]-[ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang