4. Petunjuk

2.2K 487 25
                                    

⚠️13+ mention of kissing⚠️

(Name) menghela nafas keras keras. Sekarang ini, ia berada ditahap suntuk. (Name) merindukan ibunya, dan tentu saja Jotaro, bebek kecil pemberian neneknya.

Kira kira apa yang sedang mereka lakukan? Menyiapkan pemakamannya? (Name) tak tahu. Di sini ia sendirian, dan mulai merasa kesepian.

(Name) bangkit dari rebahannya. Kemarin malam, ketika membereskan kamar, (Name) menemukan sesuatu yang menarik. Sebuah amplop tebal berwarna cokelat yang berisikan surat dan kalung perak berbandul topeng kitsune.

Tanggal 13 september..
bayi perempuan yang tidak kusangka sangka ini terlahir. Aku bahkan gemetar ketika mengangkat bayi ini dari box tidurnya. Tapi aku harus melakukan ini.

Aku takut jika aku membiarkannya bersama wanita itu, dia akan jauh dari jangkauanku. Dari awal, aku memang tidak boleh terlibat dengannya.

Nak..
Ketika kamu membuka matamu, aku sudah tahu bahwa kamu mirip sekali dengannya. Wanita itu mewarisinya padamu, aku benci hal itu karena itu membuatku semakin susah membawamu untuk tinggal damai bersama.

Kamu putri kecilku, satu satunya hartaku yang harus kujaga. Aku akan berusaha keras menghidupimu, meski aku tahu waktuku tidak akan lama lagi.

Aku menyanyangimu selalu, dari hati terdalamku.

—Jung Kihyun, ayahmu.


Begitu selesai membaca suratnya, (Name) memakai kalungnya. Sudah dibaca yang ke dua puluh lima kali omong omong.

Nama ayah (Name) adalah Jung Kihyun. (Name) berniat mencari datanya di kepolisian atau tempat tempat lainnya. Tapi (Name) masih belum tahu siapa 'wanita itu' yang dimaksudkan sang ayah.

(Name) tersentak, mendengar gedoran di pintunya. Saat dibuka, tampak wajah Zin yang cemberut.

"Ada apa, kau diusir ibumu? Mau tidur disini, hah?" (Name) melipat tangannya.

"Sembarangan! Aku mau mengajakmu keluar." Ujar Zin, bersungut sungut.

"Wah, bagus itu, belikan aku makan malam ya," raut wajah (Name) berubah dengan cepat. Zin mendecih.

"Baiklah, kali ini saja. Jangan minta yang mahal mahal!" Ujar Zin.

(Name) mengunci pintu rumahnya, lalu menyusul Zin yang sudah melangkah jauh di depan.

"Zin, kau ini pelit sekali. Beli jaket harga jutaan lebih, kau mampu tuh," cibir (Name).

"Itu dua hal yang berbeda." Sahut Zin cepat.

Zin melihat sesuatu melingkari leher (Name), rasa penasaran pun dengan cepat timbul. "Sudah lama tidak melihatmu mengenakan kalung itu. Apa kau baik baik saja?"

"Hah?"

"Kau dulu bilang padaku, saat kau mengenakannya itu berarti kau merindukan ayahmu." Zin berucap hati hati, seolah olah ia baru saja mengucapkan kalimat terlarang.

(Name) terdiam, lalu tangannya mencekal pakaian Zin. "Hei, akhir akhir ini ingatanku memburuk, bisakah kau beritahu apa saja hal yang sudah kuberitahu padamu tentang diriku dan kalung ini?"

"Kau yakin? (Name), kau lah yang selalu melarangku membahas lebih tentang dirimu."

"Sekarangkan sudah tidak, ayo cepat katakan!"

"Yo! Zin, kau datang juga?"

(Name) menggeram tertahan, Hyundo dan kawan kawannya melambai dari kejauhan. Membatalkan Zin yang baru saja ingin berucap.

Other Dimensions [LOOKISM X READER]-[ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang