8. Paprika TV (2)

1.2K 254 57
                                    

Mataku melirik kantung kantung yang teronggok di pojok ruangan. Semuanya berisi sampah. Sepertinya ini sudah waktunya membuang benda tidak berguna itu ketempat yang lebih baik.

Aku sengaja menjadwalkan waktu buang sampah karena di Korea, kita tidak bisa sembarangan buang sampah. Sampah yang bisa di daur ulang harus digabungkan sesamanya, begitu pula yang tidak bisa di daur ulang.

Udara malam ini sedikit dingin. Karenanya aku harus memakai hodie kebesaranku untuk keluar rumah. Baru saja melangkah dari rumah aku mengelus tengkuk, rasanya ada yang janggal.

"Kenapa hawanya terasa tidak enak begini ya? Apa aku akan mendapat musibah?" Ujarku ngawur.

Jalanan disekitar komplek terlihat lenggang. Mungkin hanya aku yang keluar rumah. Nah, kalau begini pasti enak untuk melamun sambil berjalan.

"Pe- permisi.."

"Ck! Baru saja ingin melamun," batinku kesal.

Aku berbalik, guna melihat siapakah gerangan yang berani mengganggu kegiatan melamunku. Tapi setelahnya aku melotot tak percaya.

"Saya mau tanya jalan, hehehe.." orang urakan penguntit Haneul itu sekarang berada persis di depanku. Menyeringai mencurigakan.

"Ah, aku tidak tahu jalan. Tanya sama tembok saja sana." Ujarku cepat buru buru berjalan kembali.

Tapi orang itu dengan lancangnya menarik lenganku dengan kasar. Aku ingin mengamuk, hendak menghajarnya dengan kantung berisikan sampah bau yang tidak bisa didaur ulang.

"(Name)! Cepat lari!" Seseorang berteriak kencang. Itu Hyungseok kecil. Masih dengan pakaian kerjanya, berdiri menghalangiku dari si penguntit.

"Apa yang kau lakukan disini, heh? Kenapa malah menolongku bukan menolong Haneul?" Aku kebingungan.

"(Name), orang ini berbahaya! Dia baru saja beli pisau!" Pekik Hyungseok.

Mendengar ucapan Hyungseok, orang urakan itu langsung mengayunkan pisau yang dari awal ia sembunyikan dibalik punggung. Mencoba melukai Hyungseok.

"Perempuan sial! Beraninya kamu seperti itu pada suamimu, (Name)!" Orang itu berteriak tidak tahu malu.

"Sejak kapan kau suamiku, sialan! Kutelfon algojo nih!" Seruku tak terima. Dengan cepat mendial nomor Jonggun.

Orang urakan itu semakin marah, Hyungseok mencoba melindungiku dengan sekuat yang ia bisa. Ayunan pisau itu hampir mengenai wajah Hyungseok namun dengan cepat ditepis dengan pukulan.

"Uwoh, kau keren! Ayo bantai orang gila itu!"

Hyungseok meneguk ludahnya gugup, lalu mengangguk. Tapi sayang sekali, pukulan keduanya meleset karena tangan Hyungseok terlalu pendek. Aku meringis kesal.

"Ah, kau ini siapa sih?! (Name) itu milikku, hanya istriku seorang!" Penguntit itu mulai memukul membabi buta, hingga Hyungseok harus menahannya dengan punggung.

"Hei, apa yang sedang terjadi disana?" Suara Jonggun mengalun karena aku menyetel suaranya pada volume full.

"Nih, ini baru suamiku yang menelfon! Enyah kau sana!" Ujarku panik, karena Hyungseok mulai tidak kuat.

Tiba tiba..

Duagh!

Sebuah barbel melayang, pas sekali mengenai kepala si penguntit. Orang itu berguling guling kesakitan. Vasko datang dengan peluh yang mengalir deras.

"Aku lihat semuanya, dasar brengsek!" Ujar Vasko ngos-ngosan, mengelap peluhnya, "kau harus dihajar."

"Lega sekali sudah tidak bawa itu." Ujar Vasko, Hyungseok tercengang. Rupanya Vasko berlari sambil membawa barbel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Other Dimensions [LOOKISM X READER]-[ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang