5. Festival

2.2K 473 58
                                    

Malam itu udara berhembus cukup kencang. Dibawah langit yang bertabur bintang, suasana kota Seoul yang dipenuhi gedung gedung. (Name) asik memakan tteok isi kacang merah yang ia beli sebelumnya.

(Name) juga menghiraukan desauan mobil yang berlalu lalang dibelakangnya. Ia sedang dipinggir sungai Han omong omong. Merasa bosan dan memutuskan cari angin hingga sampai ke sini.

"Aku harus mencari pekerjaan, uang dari Jonggun masih banyak sih, tapi aku harus punya tabungan. Kira kira apa pekerjaan yang mudah tapi banyak gajinya?" (Name) bermonolog ria sendiri.

"Wah, itu tidak bisa, nona. Kalau ingin uang maka harus bekerja dengan giat."

"AAH! SIALAN!" tteok malang itu harus terlempar dari tangan (Name) karena ia terkejut bukan main.

Sepertinya (Name) berbakat melempar sesuatu dari tangannya, pertama bebeknya lalu korban kedua ini tteok isi kacang yang tidak bersalah.

(Name) mendongak, hendak meneliti siapa gerangan pria menjulang yang berani membuatnya terkejut. Lagi lagi, jantung (Name) dibuat merosot.

"Ada apa? Kau melihatku seperti melihat hantu saja, nona." Pria itu tersenyum jenaka. (Name) ingin pingsan.

"Kenapa kau ada disini- ah, maksudku, mengapa kau menepuk bahuku tadi?" Tanya (Name) hati hati, berusaha menetralkan degup jantungnya.

"Awalnya ingin merokok, lalu aku melihat nona sedang termenung sendirian disini. Ku kira aku akan melihat aksi bunuh diri secara langsung, makanya aku mendekatimu."

"Aku tidak termenung, aku sedang makan, lihat! Itu tteok yang tak sengaja kulempar karena kaget tadi, tahu," sungut (Name), masih tidak ikhlas.

"Maaf, kalau begitu." Pria itu mengeluarkan sebatang rokok dan memantiknya dengan korek api. Ketika sudah tersulut, ia menghisap batang nikotin itu lalu menghembuskan asapnya perlahan.

(Name) terperangah, baru pertama kali melihat seseorang yang merokok dengan gaya yang sedikit uhuk, sexy.

"Mau coba? Ah, apa nona pernah merokok sebelumnya?" Pria itu mengulurkan batang rokok miliknya pada (Name).

(Name) tidak menjawab, ia mengambil batang rokok yang diulurkan. Asap rokok yang keluar dari mulut (Name) lebih banyak, karena gadis itu sengaja menghisapnya kuat kuat. Tercetak bekas merah tipis di sekitaran batang rokok. Lipstick stain.

"Kau naik apa kesini, heh? Tiba tiba sudah ada, jangan jangan kau nanti menghilang begitu saja?" Gurau (Name). Pria disebelahnya tertawa pelan, lantas memantik batang rokok lainnya.

"Aku naik mobil tumpangan, milik temanku." (Name) mengangguk singkat.

"Omong omong, namaku Seo—"

"Sudah tahu." (Name) mendongak, menatap langit langit malam.

Pria disampingnya menatap dengan heran, "Benarkah?" Tanyanya tak percaya.

"Kau perlu menyembunyikan mantelmu, sayang. Tidak ada yang tidak mengenalmu jika sering ke jalan itu." (Name) tersenyum gemas, mengangkat bawahan mantel yang dikenakan pria disebelahnya, terdapat bordiran nama dengan benang putih.

Tangan (Name) menarik rokok di mulut si pria, lalu membuangnya ke sungai. Menggantikannya kembali dengan rokok yang sudah penuh dengan bercak merah. (Name) menepuk pelan dada pria itu sebelum melangkah pergi.

"Sampai jumpa kembali, tuan Gangseo."

"Tunggu! Siapa namamu, nona?"

"(Name)."

"Ah, nomor teleponmu?!"

"Tidak dulu ya, akan kuberikan jika kau sudah naik pangkat. Kau nanti sudah kaya."

Other Dimensions [LOOKISM X READER]-[ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang