3

14 4 0
                                    


Seorang laki-laki sedang asik mencuci piring sambil bermain-main dengan busannya. Hal kecil itu sudah bisa membuat senyum terukir indah diwajahnya.

Selesai

Tinggal menaruhnya di rak piring. Theo dengan telaten  meletakkan satu-persatu piring itu pada raknya.

"Siapa kamu?."

Dua kata itu berhasil membuatnya terkejut bukan main seakan-akan dia ketahuan akan mencuri.  Bahkan Theo tidak sengaja menjatuhkan piring terakhir yang ada di tangannya.

"Siapa kamu?."

Deg

Tubuh Theo seketika membeku. Itu suara Yura. Gadis itu berdiri kaku di ambang pintu yang menghubungkan antara dapur dan ruang tamu.

"Saya ulangi. Siapa kamu?" Theo berbalik menghadap gadis itu. Gawat. Apa yang harus ia katakan.

"G...gwe keponakannya Bu Suri" Theo gugup.

Yura mengerutkan keningnya. "Ngapain di sini?."

"Tadi Gwe disuruh nganter barang kesini. Tp Lo nggak ada" Theo berbohong.

"Barang apa?" Yura menatap datar namun menusuk.

"Ah lupa tadi," Jujurly Theo sangat ketakutan. Keringat dingin membasahi keningnya.

Hening

"Gwe pamit ya" tanpa menunggu jawaban dari Yura. Theo langsung berjalan tergesa-gesa melewati Yura.

Namun tangannya dicekal oleh gadis itu. Theo menoleh melihat sepasang bola mata berwarna coklat itu.

Deg deg deg

Detak jantungnya berdegup kencang saking takutnya. Bagaimana jika ternyata Yura tau siapa dia sebenarnya?. Gawat jika itu terjadi. Apa dia akan diusir dari rumah Yura?.

"Aku udah menduga kalau kamu bakal bohong."

Baiklah Theo mulai was-was dengan kalimat Yura selanjutnya.

"Kamu....kamu itu Bubu kan?."

Sial, Theo tidak suka dengan suasana mencekam ini. Apa ia harus jujur? Mau berbohong bagaimana lagi.

"Jawab" ucap Yura penuh penekanan.

Laki-laki itu menunduk dan menghela nafas panjang. Lalu menatap gadis didepannya.

Ia mengangguk. "Iya."

Satu kata itu berhasil membuat Yura melongo tak percaya.

Ia melepaskan cengkeramannya.

"Jadi selama ini dugaan aku nggak salah. Ternyata kamu manusia kucing?" Tanyanya antusias hingga Theo pun terheran-heran.

Apa gadis itu tidak takut padanya?

Apa ia tidak diusir dari rumah ini?

Dasar gadis random.

"Ja...jadi selama ini Lo tau?" Yura mengangguk.

"Sejak kapan?."

"Kemarin. Waktu ada kucing Oren yang deketin aku. Nggak sengaja aku liat kamu berubah jadi kucing."

"Lo nggak takut sama Gwe?" Yura menggeleng cepat.

"Awalnya agak takut sih. Tapi nggak jadi karena keren aja gitu manusia bisa jadi kucing."

"Eh bentar kamu... Bukan makhluk halus kan?" Theo terkekeh kecil.

"Enak aja. Gwe bukan makhluk halus" helaan nafas panjang dapat ia dengar dari gadis itu.

"Baguslah."

......

Dengan baik hati, Yura tetap mengizinkan Theo untuk tetap tinggal di rumahnya. Yura menganggap laki-laki itu sudah seperti kakak laki-lakinya sendiri.

"Kok kakak bisa jadi manusia kucing sih, kak?" Theo menolehkan kepalanya setelah meletakkan beberapa cemilan dimeja ruang tamu.

"Dikutuk kayaknya."

"Lah bisa gitu ya?."

Theo duduk disampingnya sambil menggeleng tidak tahu.

"Kak! Tahu drakor Catman nggak?" Theo menggeleng lagi.

"Ceritanya tentang apa?."

"Tentang cowok yang jadi manusia kucing juga. Tapi tiap dia jatuh cinta, dia bakal berubah jadi kucing. Terus apa yah lupa. Dah lama nggak nonton."

Theo hanya tersenyum tipis melihat tingkah laku Yura. Sepertinya mood gadis itu sedang baik, ia terlihat ceria. Apalagi saat menceritakan tentang drakor apalah tadi namanya. Theo lupa. Yang jelas ia ikut bahagia saat Yura juga bahagia.

🤞🤞🤞


Tok tok tok

"BEBEB YURA. AYANGMU DATANG"  David datang hari ini untuk mengajak kekasihnya malam mingguan. Senyumnya luntur seketika saat melihat orang lain yang membukakan pintu.

"Loh. Lo siapa kok di rumah pacar Gwe?" Tanya David.

"Gwe..."

"Eh David! Ada apa kok sore sore kesini?" Ucapan Theo terpotong oleh Yura.

"Em ini. Aku mau ngajak kamu jalan-jalan."

"Jalan-jalan kemana, Vid?" Yura bertanya sangking penasarannya.

"Kamu maunya kemana?" Yura terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Ke minimarket aja. Aku lagi males pergi jauh-jauh" David dan Theo melongo mendengar jawaban gadis itu.

"Ngedate kok di minimarket. Yang kerenan dikit napa?" Theo bersuara di tengah keheningan itu.

"Bener tuh. Masa di minimarket sih, beb?" Yura mendengus kesal.

"Yaudah kalo nggak mau. Ngak usah."

Yura pergi meninggalkan kedua pria itu dengan kesal. Padahal dia sedang ingin duduk berdua dengan David didepan minimarket sambil meminum coklat panas dan menikmati keindahan langit malam.

"Dasar laki-laki nggak peka" gumamnya.

"Bebeb Rara! Jangan marah" laki-laki itu berteriak frustrasi.

"TERSERAH" teriak Yura kemudian gadis itu menghilang di balik dinding.

David mengacak-ngacak rambutnya frustrasi. Akan cukup sulit membuat kekasih agar tidak marah padanya lagi.  Ia memandang Theo dengan maksud tertentu.

Theo mengerti.

"Sorry bro. Gwe nggak bisa bantu."

David melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah. Namun teriakan Yura membuatnya menghentikan langkahnya.

"KAK JANGAN BIARIN LAKI-LAKI ITU MASUK RUMAH."

"Lo denger kan. Silahkan pulang sekarang" Theo mempersilahkan David untuk keluar dan pulang dari pada terkena amarah Yura.

"Heh lo sebenernya siapa sih?" Tanya David.

Plak

Yura melayangkan sendal jepitnya pada David dengan sangat kesal. Wajahnya memerah karena marah.

"Imut" gumam Theo tanpa sadar.

"PERGI" satu sendal jepit ditangannya siap melayang lagi jika David tidak segera pergi.

David? Laki-laki mengelus keningnya yang terkena sasaran utama sendal jepit Yura.

"Kayaknya dia lagi PMS. Jadi lebih baik lo pulang. Besok lagi ya" saran Theo itu dituruti David. Tanpa pamit ia langsung berlari masuk kedalam mobilnya sambil menenteng sepatunya. Karena takut jadi sasaran sandal jepit Yura lagi.

Jujur, Theo tidak bisa menahan tawanya. Kocak sekali sepasang kekasih itu. Ia memungut sandal jepit berwarna ungu muda yang tergeletak di depannya. Tak lupa ia juga menutup pintu rumah karena hari mulai malam. Takut ada hantu yang masuk rumah katanya.

.............

MY HANDSOME CATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang