Theo berdiri di depan sebuah rumah yang sudah tidak pernah lagi dia kunjungi belakangan ini. Rumah yang masih berdiri dengan kokoh itu pernah menjadi tempat tinggal Theo dan kedua orangtuanya.
Mata Theo menatap rumah tersebut dengan perasaan sendu. Ribuan kenangan yang ada di rumah itu terputar kembali di ingatannya.
Laki-laki itu tersenyum tipis di saat kedua matanya sudah berair untuk menguatkan dirinya, ia lalu menatap kunci rumah yang baru saja ia ambil dari saku jaketnya. Ia menghembuskan nafas sebelum akhirnya memegang kenop pintu lalu membuka pintu rumah itu dengan perlahan-lahan. Sepi. Dengan bantuan cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah melalui jendela rumah, Theo melangkahkan kakinya masuk lebih dalam ke rumah itu.
Ruang tamu. Ia meneliti setiap inci ruangan itu, pandangannya berhenti pada sebuah foto yang tertempel di dinding. Tangan kanannya kemudian merogoh saku celananya untuk meraih ponselnya dan menghidupkan lampu senter. Ia mengarahkan senter ke foto-foto itu. Di sana ada foto dirinya bersama dengan kedua orangtuanya, ada foto pernikahan orang tuanya, juga ada foto dirinya sewaktu masih kecil.
Theo tersenyum, lalu meraih foto pernikahan orang tuanya. Ia lalu mendudukkan dirinya di sofa yang tidak jauh darinya. Theo mengusap-usap foto pernikahan orang tuanya dengan lembut sesekali membersihkan debu-debu yang menempel di foto itu.
"Theo kangen kalian," ucap Theo dengan suara bergetar. Air matanya mulai mengalir membasahi pipinya.
Drttt....drtttt
Ponselnya tiba-tiba bergetar. Theo meletakkan foto figuran itu di sampingnya. Ia lalu membuka ponselnya.
Yura
Kaaak
Aku punya kabar baikApa, dek?
Tentang gerhana bulan merah
Itu sebulan lagi, kakKamu nggak bercanda kan?
Enggak lah
Ngapain aku bercanda tentang
hal penting kaya gini.Kamu marah nih?
Enggak
Yaudah
Makasih informasinya ya
Yura cantik.Theo mematikan ponselnya lalu bersandar kepada Sofa. Memikirkan kembali siapa cinta sejatinya.
"Apa Yura selama ini cinta sejati Gwe?," Theo bermonolog.
"Nggak mungkin sih, kan dia udah menganggap Gwe kakaknya."
"Apa...."
"Masak Bu Suri," pikirnya kemudian menggelengkan kepalanya.
"Nggak mungkin si Oren. Dia kan jantan."
"Apa......Salsa anaknya Pak Slamet? Masak sih."
Theo terdiam sejenak dan berpikir.
"Sahabatnya Yura?."
"Masak sih. Dari gerak-geriknya aja nggak menunjukkan kalo dia suka sama Gwe."
....................
Setelah dari rumah lamanya, Theo memilih untuk kembali ke rumah Yura. Di dapur, ia sedang menyiapkan makan malam untuknya dan Yura.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HANDSOME CAT
FantasyDiusia 18 tahun, Theo Edward Nevano harus menanggung akibat dari kesalahan kedua orangtuanya dimasa lalu. Sebuah takdir mengharuskan dirinya hidup sebagai setengah manusia dan setengah kucing. Apakah takdirnya bisa berubah? CERITA INI ADALAH CERI...