6. Gelang Persahabatan

8 1 0
                                    

Sejak pagi Aileen sibuk membenahi rumah barunya. Baginya hal tersebut sangat melelahkan untuk dilakukan seorang diri, apalagi rumah yang ia tempati sangat besar dan luas.

"Oke, semuanya udah beres. Sekarang gue mau istirahat dulu." Aileen langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Ia memang sengaja memilih kamar yang jendelanya mengarah langsung ke rumah Selin, dengan begitu ia bisa lebih leluasa mengawasi pergerakan gadis itu.

"Kira-kira teropong baru gue bisa dipakai untuk memata-matai rumah di depan gak yah." Ide itu muncul begitu saja di kepalanya. Aileen bangkit dari kasur lalu pergi mengambil teropongnya. Benda itu belum ia keluarkan dari dalam kotak semenjak ia pindah ke mari. Namun, belum sempat ia mengambilnya, sesuatu tiba-tiba saja menyandung kakinya. Alhasil Aileen jatuh dalam keadaan telungkup.

Saat ia mencoba bangun, ekor matanya menangkap sesuatu yang aneh di bawah ranjang. Ia pun mengurungkan niatnya untuk berdiri. Tangannya kemudian merangkap masuk ke bawah ranjang. Di sana Aileen menemukan sebuah buku.

"Ini punya siapa?" Aileen buru-buru berdiri lalu memeriksa isi bukunya.

Di halaman pertama tertulis nama Graceila Ananta. Lalu di halaman selanjutnya berisi catatan harian Grace semasa hidupnya.

Aileen menggigit bibir bawahnya. "Kenapa buku ini bisa ada di sini? Di rumah ini?" Aileen mencoba memikirkan kemungkinan terbesarnya. Hingga sampailah dia pada satu kesimpulan. Rumah yang sekarang ia tempati mungkin dulunya adalah milik keluarga Grace.

***

Suara alunan tuts piano yang dimainkan oleh Selin terdengar sampai ke ruang tamu. Lagu beethoven yang berjudul fur elise sengaja dia pilih untuk ditampilkan pada saat kompetisi pianis tahunan nanti.

Awalnya permainan Selin baik-baik saja bak seorang pianis profesional. Namun, saat mendekati bagian akhir dari lagu, ia tiba-tiba saja memencet tuts yang salah dan mengacaukan permainannya.

"Ada apa ini Selin? Ini sudah yang ketiga kalinya kamu memencet tuts yang salah!" guru pianonya menegur.

"Maaf, madam Olla tanganku agak basah jadi..."

"Jangan banyak alasan!" sergah madam Olla.

"Jika Grace yang ada di posisimu, maka aku tidak akan terlalu bersusah payah untuk mengajarinya," ujarnya, membandingkan antara Selin dengan Grace.

"Jangan bandingkan aku dengan gadis sialan itu?!" Selin tak suka jika dirinya dibanding-bandingkan dengan orang lain, apalagi jika orang itu adalah Grace.

"Sebaiknya kau menjaga ucapanmu nona muda. Apa pantas seorang gadis dari keluarga terhormat berbicara seperti itu?"

Selin mendengus. "Jangan berani-berani mengaturku. SADARI DI MANA POSISIMU." Dia beranjak dari kursinya lalu pergi menuju pintu.

"Mau ke mana kamu Selin? Sesi latihan ini belum selesai!" teriak madam Olla.

Selin berhenti melangkah. Ia berbalik sebentar lalu berkata, "it's none of your business." Gadis itu kemudian pergi meninggalkan ruang latihan.

Wajah madam Olla memerah. Ia kesal dengan sikap Selin. Ia mengeluarkan ponselnya kemudian menghubungi Regina untuk melaporkan perilaku buruk putrinya.

***

Aileen heran melihat Saidah membuang semua obatnya ke dalam tempat sampah. Ia mencoba memastikan lagi mungkin ia salah lihat, tapi tidak. Gadis itu memang menumpahkan semua obatnya ke dalam tempat sampah.

KASTA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang