Part 04 (Republish)

674 86 16
                                    

Happy Reading

*
*
*

"Bagaimana dengan penduduk desa?" tanya Fey.

"Mereka hanya manusia biasa yang diberkati kekuatan untuk melindungi desa. Aku dan Rion memang berbeda dengan mereka, dengan kalian semua."

"Bagaimana bisa?" Lagi, Fey bertanya.

"Dulu, malam itu, aku dan Evan ditemukan tepat ketika ibu membuka pintu rumah."

Jadi, mereka tidak memiliki hubungan darah? Fey semakin serius menanti lanjutan cerita.

"Pada saat itu ibu sudah menikah, tapi belum memiliki seorang anak. Jadi, dia berpikir untuk mengangkat kami menjadi anaknya. Tapi, tidak mungkin dia akan merawat dua bayi sekaligus. Dengan berpikir matang, ibu menyerahkan Evan pada temannya yang juga bernasib sama seperti dirinya."

Evan menoleh sekilas pada Rion. "Sampai pada usia kami yang menginjak satu tahun, kedua orang tua kami bermimpi bertemu dengan seorang pria tua berjanggut putih. Di mimpi itu dia mengatakan bahwa aku dan Rion adalah pelindung. Dan suatu saat nanti kami akan membantu membawa takdir."

"Takdir?" gumam Felicia, "takdir apa? Siapa?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi, sejak saat itu orang tua kami mengetahui siapa kami sebenarnya."

Ketiganya wanita tersebut pun larut dalam pikiran mereka masing-masing.

"Lalu, di mana ayah Rion dan ayah ibumu, Evan?"

Evan diam sejenak. "Mereka sudah lama tiada karena sakit. Dulu, desa ini memang terdapat wabah penyakit yang mematikan. Pada saat itu aku memutuskan untuk tinggal di hutan ini dan melatih kemampuanku."

"Ayah meninggal pada saat ibu tengah mengandung."

Fey yang mendengar itu menjadi tidak enak. "Aku minta maaf."

"Kejadian itu sudah lama, kami bahkan hampir melupakannya."

Rion mengangguk membenarkan.

"Lalu, bagaimana dengan ibu dan juga adikmu? Maksudku ... kita sedang diincar." Chelsa melihat silih berganti mereka yang terdiam.

---

"Ibu, kenapa kak Rion lama sekali? Ria ingin bermain bersama kakak. Apa kak Rion diculik oleh kakak-kakak cantik itu, Bu?"

Bibi Sita menggeleng mendengarkan pertanyaan anaknya. Sudah beberapa kali Ria anaknya menanyakan hal yang sama.

"Tidak, Sayang. Tidak mungkin mereka melakukan itu. Tunggulah sebentar lagi. Untuk sekarang, Ria bermain bersama Ibu saja, ya?"

"Tapi, Bu, dari tadi Ria hanya bermain bersama Ibu. Ria mau kak Rion!" Anak kecil itu melipat kedua tangannya dengan mukanya yang ditekuk.

"Ria---"

"KELUAR!"

Bibi Sita dengan cepat membawa Ria yang ketakutan kedalam pelukannya. Pintu rumahnya didobrak paksa.

"Siapa kalian?"

"Tidak perlu banyak tanya. Kalian cepat bawa mereka keluar!"

Dua pria dengan badan kekar pun menangkap wanita paruh baya tersebut. Tidak terkecuali Ria yang mulai menangis.

"Hei, apa yang kalian lakukan?! Lepaskan anakku!"

"Ibu, sakit."

Para pria dengan pakaian mereka yang serba hitam menarik paksa kedua anak dan ibu itu keluar dari rumah mereka.

DESTINY OF THREE GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang