Happy Reading
*
*
*Terdengar helaan napas dari Evan. "Terlalu meninggi ternyata hanya seperti ini kemampuanmu?"
Mereka memang berhasil menghindar dari serangan Helen. Sebaliknya, Helen lah yang terluka akibat serangan keduanya. Namun, mereka menyadari sesuatu yang aneh dari wanita itu.
Rion mengernyit. Dia tertawa?
"Kemampuanku memang lebih tinggi daripada kalian!" Helen kembali tertawa, tidak memperdulikan darah hitam yang terus-menerus keluar dari tubuhnya yang terluka.
Bukan hanya Evan dan Rion, tapi juga para penduduk yang melihat itu juga merasa heran. Meskipun dia iblis seharusnya dia juga tetap merasakan sakit apalagi pedang Evan dan Rion bukanlah pedang biasa.
"Apa yang---"
"Makhluk Lemah! Kalian sudah masuk kedalam perangkapku, Bodoh!" Tiba-tiba wanita yang serupa muncul di belakang Helen.
"Kau!"
"Ya, aku ...." Ia tersenyum. "Helen."
Bersamaan dengan itu wanita tiruan yang tadi terluka, kini menghilang menyisakan ketiganya yang saling berhadapan.
Helen kemudian membuka tudungnya dan terlihatlah bola mata semerah darah dan wajah pucatnya. Para penduduk yang melihat itu tidak bisa untuk tidak terkejut terutama Evan dan juga Rion. Mereka tidak menyangka.
"Iblis memanglah iblis! Setakut itukah kau kepada kami sehingga membuat tiruan dirimu, heh?" Rion menyeringai menatap Helen. Tidak ada rasa takut sedikitpun pada dirinya.
"Takut? Tentu tidak, kalianlah yang takut padaku!" Helen menunjuk dengan kuku hitam miliknya.
"Jangan harap!" Evan mengambil ancang-ancang untuk menyerang Helen diikuti oleh Rion.
"Berani mendekat, nyawa mereka taruhannya." Helen menjentikkan jari tangannya. Seketika muncul sebuah sangkar besar yang di dalamnya terdapat tiga wanita yang diikat dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Lepaskan mereka!" Rion menatap nyalang pada Helen. Begitu pula dengan Evan yang seolah-olah ingin merobek-robek tubuh iblis itu.
Bagaimana bisa iblis itu menangkap tiga wanita yang berlindung di Hutan Suci? Begitulah sekiranya yang ada di pikiran mereka sekarang.
"Tidak akan, karena merekalah incaranku!" Helen tertawa setelah itu balas menatap tajam.
"Mereka hanya manusia yang tidak tahu apa pun!" Rasanya Evan sangat lapar hingga ingin mencabik-cabik iblis itu.
"Kalianlah yang tidak tahu apa pun! Jadi, sekarang, biarkan aku membawa mereka tanpa perlawanan. Maka, dengan senang hati akan kubiarkan kalian dan para manusia itu hidup."
Helen menunjuk Evan, Rion, dan penduduk desa yang sudah tak sadarkan diri akibat tekanan aura yang dikeluarkan oleh ketiganya.
"Kami tidak sudi menerima belas kasihmu!"
"Baiklah. Jika itu yang kalian inginkan, maka ...." Helen melihat kearah para penduduk, lalu teriakan menggema terdengar.
"Tidak! Berhenti! Jangan kau sakiti mereka!" Rion berusaha untuk melawan, tapi tubuhnya tiba-tiba terasa kaku, susah untuk digerakkan. Keadaannya tidak jauh berbeda dengan Evan.
Helen menghentikan aksinya untuk menyiksa para penduduk desa. "Kalian seharusnya membiarkan aku membawa mereka tanpa perlawanan apa pun, Makhluk Lemah!"
Gumpalan hitam muncul di tangan Helen, bersiap untuk menerjang. Namun, kegiatannya terhenti akibat cahaya terang yang tiba-tiba keluar dari tubuh kedua pria itu. Cahaya itu begitu menyilaukan sehingga mau tidak mau Helen harus menutup kedua matanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/312517164-288-k713391.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasyTAHAP REVISI Fey, Chelsa, Felicia, ketiganya hanya akan mencoba sebuah mitos yang beredar tentang gerhana. Hanya akan, mereka tidak jadi melakukannya. Namun, anehnya tanpa melakukan apa pun, gerbang itu terbuka. Seolah ... menanti mereka. ...