Happy reading
*
*
*"Evan?" gumam Fey, "jika benar Evan di sini, apakah Rion ... dia juga?"
Memikirkan itu membuat mereka entah harus bahagia atau sebaliknya. Mereka takut jika Evan dan Rion kenapa-napa hanya karena untuk menyelamatkan mereka.
Sedangkan di luar sana, kedua pria dengan gagahnya bertarung melawan para Monster dan juga para Iblis. Dengan lihainya mereka mengayunkan pedang melawan para musuh.
Jumlah lawan keduanya kian menipis membuat Evan dan Rion semakin bersemangat untuk terus bertarung. Di tengah-tengah pertarungan sesosok wanita tiba-tiba muncul dengan wajah menyeramkan dipenuhi amarah.
"Beraninya kalian mengganggu wilayahku!" Suara Lexa membuat kegiatan mereka terhenti.
Para Monster dan Iblis yang tersisa menunduk takut pada wanita dengan perawakan menyeramkan itu. Evan dan Rion mengambil kesimpulan, wanita itu adalah tuannya.
"Kami tidak akan menggangu jika kalian tidak menggangu kami terlebih dulu."
Lexa menggeram mendengar ucapan dari pria bertopeng di depannya. Tentu Lexa tahu siapa keduanya. Lexa pun tahu jika yang mereka inginkan adalah ketiga wanita yang disekap olehnya.
Kalian berpikir jika Fey, Chelsa dan juga Felicia disekap di Istana Kegelapan? Sama sekali tidak. Mereka memang Helen bawa ke Istana Kegelapan, tapi setelahnya, Carlos menyerahkan ketiganya kepada Lexa.
"Kalian melakukan kesalahan!" geram Lexa.
Pertarungan antara ketiganya berlangsung sengit. Bahkan sekarang Lexa sudah mengeluarkan tekanan aura yang membuat para Monster dan Iblis di sekitarnya menjadi enggan untuk mendekat.
Meskipun aura yang dikeluarkan oleh Lexa tidaklah besar, seharusnya sudah mampu membuat Evan dan Rion bertekuk lutut di hadapannya. Namum, yang terjadi malah di luar dugaannya. Kedua pria itu bahkan terlihat biasa-biasa saja tanpa merasakan apa pun.
Melihat hal itu Lexa kembali menggeram dengan semakin banyak mengeluarkan auranya. Bahkan bawahannya sudah kehilangan kesadaran mereka akibat tidak sanggup menahan. Tapi, tetap tidak berlaku untuk Evan dan Rion. Mereka tetap seperti tidak merasakan apa-apa.
Sementara wanita itu dilanda amarah, justru Rion dan Evan sebaliknya. Mereka menyeringai melihat para bawahan Lexa yang sudah tak sadarkan diri.
"Kau sendiri yang mempermudah jalan kami. Sangat bodoh," ejek Evan.
Lexa ikut memperhatikan sekitar. Dia memang sudah menyadari jika para bawahannya tidak akan mampu menahan aura yang dikeluarkan olehnya.
Sial!
Rion mendekat. "Kau terlalu gegabah dalam mengambil keputusan."
"Banyak bicara!" Lexa kembali menyerang.
Serangan yang dilakukan Lexa kali ini lebih gesit dari pada sebelumnya. Tapi, tetap saja kekuatan yang dia miliki tidak sebanding dengan kekuatan milik Evan juga Rion. Lexa lupa, Helen yang kemampuannya ada di atasnya saja hampir mati karena terlalu menganggap enteng mereka.
Lexa terbatuk-batuk akibat serangan telak dari Evan. Baiklah, Lexa akui jika kekuatan yang dia miliki belum cukup untuk mengalahkan kedua pria itu.
"Lepaskan mereka, maka kau tidak perlu merasakan sakit lagi," kata Rion.
"Tidak akan!" Lexa masih teguh pada pendiriannya.
"Dasar Iblis!" Evan menoleh. "Kau urusi dia."
Rion mengangguk, kemudian menggunakan api miliknya untuk mengikat wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF THREE GIRLS
FantasyTAHAP REVISI Fey, Chelsa, Felicia, ketiganya hanya akan mencoba sebuah mitos yang beredar tentang gerhana. Hanya akan, mereka tidak jadi melakukannya. Namun, anehnya tanpa melakukan apa pun, gerbang itu terbuka. Seolah ... menanti mereka. ...