6] Gagal

165 16 1
                                    

Adnan Winata Srijayanasa

|
|

Si fotografer pengagum rahasia~

Di terowongan gelap. Seorang cowok berkacamata berhasil menghindari buronan. Ia telah bersembunyi untuk sementara waktu sampai mereka bosan mengejarnya. Cowok yang terkenal akan kecupuannya ini bernama Adnan. Biasanya hidupnya sangat apes mentang-mentang takut bertarung, apalagi sekarang ia baru kelas X, si paling junior.

Adnan mulai mengeluarkan sebuah polaroid dari saku celana. Cantik, satu kata yang langsung terlintas di dalam hatinya. Senyuman tidak kunjung pudar dari bibir merahnya sejak foto cewek itu sukses menarik perhatian.

PROK, PROK, PROK...

Terdengar suara tepuk tangan dalam tempo yang pelan membuat fokus Adnan berkurang. Lebih tepatnya, Adnan melihat siulet cowok lain. Seiring berjalannya waktu, sosoknya semakin terlihat dengan jelas.

"Well, gue beneran ga ngerti sama isi otak lo. Sekarang malah pengen ngebet cewek incaran gue. Suka nyari masalah lo."

Cowok berkulit sawo matang itu lekas menghantam Adnan tanpa kesempatan kedua. Nampaknya Nanda sudah begitu muak terhadap tingkah adik kelasnya.

Adnan meringis sejenak. Ia lebih memilih untuk mengambil kacamata yang tergeletak di lantai. Naas, kaki Nanda sudah duluan menginjaknya sampai retak.

"Pernah kan lo ngasih pengaruh-"

WOE, JANGAN BERANI SENTUH DIA LAGI!

Tiba-tiba Darvin muncul dari sebuah cahaya yang menghubungkan jalan keluar lorong, akibat Darvin yang sempat mendengar gema dari suara Nanda. Sekilas mata Darvin menangkap benda di tangan Adnan. Terasa begitu aneh namun Darvin tidak ingin cepat berpikiran negatif.

"Ayo bangun cuy." Darvin membantu Adnan berdiri dari duduknya.

"Wuih, ternyata punya temen juga si cupu. Kakak kelas pula." Nanda tersenyum remeh.

"Lo punya motif apa sama temen gue sampe segitunya?!" bentak Darvin.

"Ga ada sih. Tangan gue cuma lagi gatel doang pengen ngantem dia hmmm..."

"Sahabat gue lo jadiin pelampiasan, sialan. Kalo ada masalah jangan bawa-bawa Adnan!"

"Impresif, HAHAHAHA!"

Puas sekali bagi Nanda untuk tertawa lebar di hadapan mereka. Nanda yakin kalau dirinya akan mendapatkan tantangan yang semakin seru dari mereka.

"Liat nih! Mata gue mulai berair, saking terharunya sama kisah kalian."

"Ga waras lo. Mental lo gangguan!"

"Hh terserah lo. Terus aja sindir gue sampe berbuih. Adek kelas ga punya attitude mentang-mentang emosian," cerca Nanda.

"Soalnya lo duluan yang bikin dia kayak begitu! Gue jelas ga terima," sahut Darvin keras kepala.

"Dia gaada manfaatnya sama sekali, mirip banget kayak lu. Beban keluarga."

Dengan kesabaran yang sudah habis, Darvin lekas mendorong bahu Nanda kencang. Ketua osis itu enggan bangun namun menatap Darvin penuh dendam.

"Sekali lagi lo ngomong-" seruan Darvin terpotong.

"Apa? Mau gue pecat bokap lo?"

"CK!" Sontak lidah Darvin langsung terkunci. Ia baru teringat kalau pekerjaan Sang ayah berada di bawah kendali perusahaan Nanda. Jangan sampai hari ini Darvin melakukan kesalahan besar. Darvin hanya bisa meninju telapak tangannya sendiri, terpaksa menghentikan pembelaan.

Pretended || Friendzone Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang