Empat

14 1 0
                                        

Its me!!!

⏳ Selamat membaca ⏳

Hari-hari berlalu. (Name) sudah satu minggu tinggal bersama ayah anak itu. Mereka semakin dekat. Keseharian (name) hanya mengurus Ryo dari bangun tidur hingga tidur lagi dan bebenah apartemen milik Ran serta membuat makan untuk ketiganya.

(Name) ingin mencari kontrakan saja. Ia tahu diri karena sudah banyak merepotkan Ran yang baru ia kenalnya, tapi saat keduanya tengah membicarakan hal itu, Ryo datang dengan menangis tak mau (name) pergi.

Hari ini, (name) akan menjemput Ryo dari sekolahnya. Ia berjalan kaki karena jarak antara apartemen dan sekolah Ryo tidak terlalu jauh. Itu juga yang membuat Ran tinggal sementara di apartemennya sampai nanti Ryo masuk sekolah dasar, ia akan kembali ke rumahnya.

Sampai di sekolah Ryo, ia langsung disambut oleh Ryo yang berlari sambil merentangkan kedua tangannya. Ryo meneriaki nama (name) dengan sebutan mama.

"MAMA (NAME)!!" Teriakannya. (Name) terkekeh geli melihat tingkah anak Ran itu. Ia lalu menggendong Ryo saat keduanya sudah saling berhadapan.

"Haii, Ryo! Bagaimana sekolahmu?" Tanya (name) dengan sayang. Mereka lalu berjalan bersama meninggalkan sekolah.

"Hebat! Tadi Ryo menggambar. Ryo menggambar papa, mama dan Ryo." (Name) tersenyum. Rasanya seperti memiliki anak.

Ryo berhenti berjalan dan membuka tasnya untuk memperlihatkan kertas gambarannya. "Lihat ini, ini papa, ini mama dan yang di tengah adalah Ryo." Tunjuk Ryo.

"Wah, hebatnya. Apakah Ryo akan jadi pelukis terkenal saat sudah besar nanti?" Respon (name) sambil berlutut dihadapan Ryo.

"Tidak, tidak, mama. Ryo akan menjadi Spiderman." Ryo berbinar menceritakannya.

Mereka kembali berjalan sesaat setelah memasukkan kembali gambaran Ryo ke dalam tasnya. "Tapi Ryo ingin jadi Spiderman yang warna kuning." (Name) terkejut.

"Benarkah? Itu terdengar keren." (Name) hanya tersenyum tidak ingin mengacaukan semangat dan imajinasi Ryo.

"Iya kan. Ryo akan semakin tampan mengenakan kostum jika itu berwarna kuning kan, mama?!" (Name) tersenyum.

"Wah, wah, lihat ini. Ternyata si culun ini benar-benar seorang mama." Ucap seseorang dari belakang mereka. (Name) menatap mereka sulit diartikan. Itu adalah orang-orang yang sama seperti orang yang telah memperlakukan (name) tidak baik di kampusnya.

"Benar, disaat semua orang di kampus sedang memperbaiki namamu, ternyata rumor yang hanya kita sengaja buat memiliki latar yang benar." Ucap perempuan yang lain.

"Bahkan tidak tertera kau 'sudah menikah' tapi ternyata sudah punya anak ya. Sudah besar pula." Para perempuan berambut pirang kotor itu menatap jijik kepada (name).

"Pergilah, aku tidak ingin ada masalah lagi dengan kalian." Ucap (name) menyembunyikan Ryo di belakang tubuhnya.

"Cih, dasar kampungan. Kau juga penakut ya." Mereka semua meludah pada (name). Untung saja itu tidak mengenai tubuhnya ataupun Ryo.

"Mama, siapa orang-orang jahat itu?" Taya Ryo takut.

"Tidak, bukan siapa-siapa. Mereka hanya orang tidak bermoral." Ryo tak paham.

"Tidak bermoral katanya. Lihat si jalang ini mengatakan kita tidak bermoral tapi ia memiliki anak diluar nikah." Perempuan dengan pakaian ketat itu maju menghadap (name) yang sedikit lebih pendek darinya.

"Apa yang harus aku lakukan terhadapnya?" Tanyanya kepada dua teman dibelakangnya.

"Jambak saja, setelahnya tampar."

"Buat dia menyesal mengatakan itu Jess!"

Perempuan yang dipanggil 'Jess itu tersenyum miring. "Mungkin ku mulai dengan ini-" rambut (name) ditarik dengan sangat keras olehnya. (Name) menjerit kesakitan dan itu membuat Ryo panik.

Saat Jess menjambak rambut (name) kedua temannya memulai aksi mereka dengan ikut menampar dan melukai (name).

"MAMA! MAMA! LEPASKAN TANGAN KALIAN, JANGAN SAKITI MAMAKU. PERGI KALIAN DASAR ORANG JAHAT!!" Tidak peduli dengan ucapan Ryo mereka terus tertawa sambil menyiksa (name).

"Heh, anak kecil. Kau tahu apa?!"

"Ryo, pergilah. Pulang ke rumah dan temui papa mu."

"Tapi, m-mama?!"

"Cih, sok kuat sekali, dulu saja menangis mengurung diri di kamar mandi."

"Tenang saja aku sudah terbiasa. Cepat pulang dan kembali secepatnya." Dengan ragu namun terpaksa, Ryo langsung berlari menjauhi mereka.

Di belokan pertama Ryo berlari namun terjatuh karena menabrak kaki seseorang. Ia mendongak dengan napas tersengal-sengal. Sambil menangis ia berusaha mengucapkan sesuatu.

Ran, yang melihat Ryo menangis terduduk setelah menabraknya berlutut ingin bertanya ada apa.

"Papa!" Tangisnya pecah.

"Ada apa, kenapa kau terburu-buru? Dimana (name)?" Tanya Ran khawatir.

"Mama dengan orang jahat." Ran membelalak kaget mendengarnya.

Bersambung.... ⏳

Serendipity | Haitani RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang