Castle Combe, Wiltshire - Tahun 2000.
Seperti biasa, suara kicauan burung di pagi hari menjadi alarm terbaik bagi sesosok tua bangka, yang masih tergolek dibalik selimut tipis berwarna abu.
Beberapa kali, sosok itu menguap, menandakan bahwa tidurnya belum cukup. Padahal bila diingat, ia bahkan sudah menghabiskan waktu 12 jam dalam sehari hanya untuk tidur.
Beberapa menit masih terkulai dibalik selimutnya, akhirnya wanita tua itu bangkit, kemudian memandang rupa miliknya di depan cermin berukuran 30 x 20 cm.
Tak ada yang spesial. Karena yang bisa dilihatnya saat ini adalah rambut putih, juga keriput yang sudah sepenuhnya ada di permukaan wajahnya.
Puas bercermin, wanita itu lantas bersiap untuk keluar dari persembunyiannya dan membersihkan tubuhnya.
Rutinitas yang sama, yang selalu dilakukan setiap hari.
Siulan demi siulan terdengar merdu dari balik ruang bilas itu. Meski umur sudah menjamur, siulannya tetap nyaring di sela kumur.
Basuh kepala, basuh badan, basuh muka, dan bersihkan gigi.
Tak ada yang terlewat satupun, meski ingatannya tak lagi setajam dulu. Ritual membersihkan diri tidak mungkin terlewat sedikitpun.
Teh hijau menjadi pilihan selanjutnya, sebagai pendamping kue kering yang sudah tersedia di dalam toples.
Seperti biasa, wanita tua yang biasa dipanggil Seulgi itu menghabiskan pagi harinya dengan menyeruput teh hijaunya dan menggigit beberapa kue kering dalam toplesnya.
Tak ada yang lebih indah dari ini, dunia bagi Seulgi sudah cukup sempurna pagi ini.
"Koran, Nyonya Angela?" Suara penjual koran membuat fokus Seulgi pada bukunya terpecah.
Wanita tua itu berjalan perlahan, mencapai pagar rumah miliknya yang tak terlalu tinggi untuk mendapatkan koran paginya.
Sang penjual koran langganannya, yang biasa dipanggil Joana itu setia menunggu langkah Seulgi sambil tersenyum manis hingga menampilkan giginya yang cantik.
"Pagi ini, tak ada berita yang terlalu heboh. Hanya ada kasus anak hilang. Orang tuanya sudah mencarinya lebih dari seminggu. Namun, anak itu tak kunjung kembali." Joana berucap setelah Seulgi menerima korannya.
Seulgi membenahi posisi kacamatanya yang tak sesuai. Ia membuka lembaran paling depan dengan berita hilangnya anak perempuan berusia kurang lebih 15 tahun.
Anak itu memakai sweater putih, dengan celana jeans panjang, dan sepatu coklat tua.
Sudah hilang hampir 2 minggu, namun belum juga ditemukan.
"Sepertinya penculikan. Mungkin modusnya memberi iming-iming hadiah." Joana kembali menjelaskan.
Seulgi hanya mengangguk, ia mulai paham duduk perkaranya, namun hanya bisa berharap bahwa sang anak segera dipertemukan dengan orang tuanya.
"Terima kasih, apa kau masih harus mengantar koran ini ke kota?"
"Ya. Masih ada beberapa yang belum ku antar." Joana menjawab dengan senyum manis lagi.
"Pergilah. Nanti kau terlambat."
"Angela Kang, kau terlihat lebih segar dari biasanya. Sedang bahagia? Uang pensiunanmu sudah cair ya?"
Seulgi tertawa kecil, seluruh tubuh rapuhnya ikut terguncang mengikuti gerak tawanya.
"Mampirlah ke rumahku, Chris terus menanyakan kabarmu. Kupingku sakit mendengarnya terus menerus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Andela [Seulrene]
FanfictionAngela Seulgi Kang, wanita tua berdarah Inggris Korea itu menatap makam cantik yang ada di hadapannya seperti biasa. Ia selalu membayangkan wajah cantik milik Irina Sophia yang tengah tersenyum memandangnya. Meski wajahnya sudah lapuk dan berkeripu...