Pagi ini, Seulgi tidak ke pangkalan. Ia ditugaskan untuk pergi ke perpustakaan kota, mencari beberapa buku resep obat yang dibutuhkan rekannya untuk membuat antibiotik. Seulgi ingat betul, bahwa dirinya nanti akan bertemu dengan Irina untuk yang kedua kalinya di perpustakaan. Tapi ia sedikit tak yakin, sebab dirinya sempat mengubah beberapa kejadian kemarin, dan yang terjadi selanjutnya, kejadian lain juga berjalan tak sebagaimana seharusnya.
Seperti hari ini contohnya, Seulgi seharusnya pergi ke perpustakaan bersama Wendy. Tapi rekannya itu saat ini malah ditugasi ke pangkalan. Tak terlalu signifikan memang, tapi tetap saja setiap hal yang diubah oleh Seulgi, memiliki efek bagi kejadian lain. Seulgi tak terlalu memperdulikannya, toh Katie sendiri yang mengatakan bahwa dirinya boleh memperbaiki masa lalunya.
— — —
Seulgi menyusuri rak buku dengan berbagai macam buku yang membahas tentang obat-obatan. Tak lupa, rambut kecoklatannya ia ikat satu di belakang. Hari ini, dirinya memakai setelan kemeja rapi, dengan jas putihnya. Beberapa kali memilih dan mengambil buku, Seulgi nyatanya tak kunjung bertemu dengan Irina.
"Seharusnya kalau sesuai dengan masa itu, kita bertemu di tempat ini Irina," batin Seulgi.
Ia berdiri di sudut ruangan, menghadap ke kaca besar. Melirik ke sana ke mari, mencari sesosok wanita cantik itu.
Sebenarnya, Seulgi bisa saja langsung menghampiri rumah Irina. Namun, ia tak ingin gegabah. Ia kembali ke masa lalu bukan untuk menghancurkan apa yang sudah ada, melainkan hanya berniat mengubah sedikit demi sedikit hal yang ia anggap seharusnya tidak terjadi.
"Nona Angela?" Suara sapaan lembut dari Irina yang sedari ditunggunya membuyarkan lamunan Seulgi.
Seulgi tersentak, buku-buku dalam genggamannya berjatuhan. Irina reflek membantu memunguti buku itu, berbarengan dengan Seulgi yang juga sama berniat mengambil buku itu, hingga kedua tangan mereka bertemu.
"H-hai, Irina!" balas Seulgi gugup.
"Kau sedang mencari buku tentang resep obat? Untuk siapa?" tanya Irina ketika keduanya berjalan berdampingan menuju meja tempat membaca.
"Untuk rekanku, mereka membutuhkan buku panduan untuk meracik obat-obatan. Kau sendiri sedang apa di sini?"
Seulgi berusaha bertanya balik pada Irina, meski sebetulnya dirinya sudah tahu kalau Irina ke mari karena dipaksa membaca buku tentang pemerintahan oleh ayahnya.
"Ah—rutinitas. Aku disuruh membaca buku-buku tentang pemerintahan. Membosankan."
Tepat. Seulgi sudah tahu itu.
Irina hari ini terlihat begitu menawan. Dengan gaun sebatas lutut dan rambut yang diikat menggunakan pita. Irina selalu saja bisa membuat hati milik Seulgi berdebar kencang.
"Oh ya? Bukankah buku-buku tentang pemerintahan itu menarik? Kau bisa belajar strategi bagaimana saat berhadapan dengan musuh. Kau juga bisa jadi pemimpin, sama seperti ayahmu."
Irina meletakkan buku tebal yang sedari tadi ia genggam itu ke atas meja dengan keras. Raut wajahnya cemberut. Kedua tangannya menangkup pipinya yang kenyal. Seulgi berusaha menahan diri untuk tak menyentuh pipi manis itu, sebab dirinya masih belum sepenuhnya dekat dengan Irina.
"Sejujurnya, aku lebih suka menjadi sepertimu. Membantu banyak orang, membantu banyak korban. Tidak hanya duduk dan diam, menikmati kekayaan sedangkan prajurit di sana sedang kesakitan di medan perang."
Seulgi tersenyum, ia benar-benar merindukan Irina-nya yang baik hati dan penyayang, juga peduli pada sesama. Irina tetaplah Irina. Dan wanita itu selalu dapat membuat Seulgi jatuh berkali-kali. Si cantik dengan sejuta pesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andela [Seulrene]
FanfictionAngela Seulgi Kang, wanita tua berdarah Inggris Korea itu menatap makam cantik yang ada di hadapannya seperti biasa. Ia selalu membayangkan wajah cantik milik Irina Sophia yang tengah tersenyum memandangnya. Meski wajahnya sudah lapuk dan berkeripu...